Saya mengenang masa lalu adalah kebijaksanaan. Masa lalu adalah guru. Guru-guru yang penuh perjuangan. Perjuangan adalah manifestasi dari kecerdasan visioner dan cinta kasih. Tanpa cinta kasih terhadap apa dan siapapun tidak akan terjadi perjuangan. Seorang penjuang itu telah makan habis dihatinya dirinya sendiri dan masa lalunya lalu berupaya dengan seluruh kesadaran dan cintanya untuk yang tercinta. Pejuang itu melihat resiko tetapi berani menempuhnya sebab merasa dan percaya dalam proses akan ditemukan solusi.
Sekarang ketika kenangan semua itu kita makan habis kita orang menemukan teman belajar. Kita alumni sekolah masa lalu boleh berreuni. Meluangkan waktu dari jalannya perjuangan kita masing masing, sebentar menyadari betapa bahagia kita pernah mengalami masa lalu dan boleh berjuang untuk kedepan kita.
Pembaca yang budiman sekarang anda teman belajar saya. Belajar untuk menjadi cerdas dan visioner untuk melaksanakam tuntas perjuangan kita, sambil belajar untuk selamanya dihari kini dan kemudian.
Demikian renungan ini saya akhiri dengan permainan kata dari seorang filosof GK Chesterton : "Kau mengenang berarti menerima fakta untuk berterima kasih, atau kau mengenangnya dengan penuh syukur." Dilain dekade seorang menjawab : "Memang bersyukur itu kerjanya hati yang mengenang." Gratitude is the memory of the heart. Dan bersyukur itu nyanyian para malaekat.
Tetapi bagi Pembaca yang budiman, tolong terima permintaan maaf saya yang disertai salam hormat telah berkenan menjadi teman saya belajar.
Ganjuran, Februari, 24, 2021. Emmanuel Astokodatu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H