Saya ingin menulis buat anda Yth Pembaca. Saya berusaha tidak cerita tentang diri saya. Tetapi jujur dengan hati dan lingkungan yang masih suasana berkabung ini saya ingin berbagi pendapat tentang Guru, Pejuang, dan Teman Belajar. Tiga butir itu tentu saya peroleh dari kesibukan "Mengenang".
Ternyata Mengenang itu dinamika kehidupan. Mengenang itu buah budaya yang tidak akan pernah ditinggalkan. Mengenang hari pahlawan setiap hari Kemerdekaan, Hari Pahlawan. Saya bukan warga NKRI yang baik bila mengabaikan itu.
Siapa buat saya, dan apa yang saya terima dari mereka: Guru, Pejuang, Teman Belajar. Tetapi kiranya perlu ditegaskan lebih dahulu sekelumit persepsi tentang juknis, juklak kehidupan. Jangan membiaskan juknis juklak dari hikmah kebijaksanaan. Ilmu mana itu, ilmu managemen pun bukan resep tatalaksana, tetapi dari sana tata laksana yang pas dirumuskan pimpinan perusahaan. Saya hanya ingin mengajak bersikap cerdas dan visioner dalam membaca kenangan. Dan itu membutuhkan kerendahan hari dan mampu memberi penghargaan siapapun yang itu orang lain dari kita kini.
Catatan sedikit pula bahwa berfikirCerdas belum pasti visioner. Yang visioner biasanya cerdas. Beberapa pengalaman mengajak berfikir tentang kecerdasan dan pandangan kedepan yang cerdas.
Pengalaman harus menilai orang dalam masa pemilu atau pilpres, mungkin bukan pengalaman ideal untuk melaksanakan kecerdasan memilih bagi rakyat. Cara kampanye menawarkan figure,identitas,dan mekanisme pencapresan bersamaan dengan system koalisi bukan pendidikan politik rakyat yang mudah diikuti dengan benar. Nilai kecerdasan dan visi kedepan yang segar baik pada rakyat maupun caleg dan bakal capres/cawapres itu sendiri justru menjadi carut marut.
Seorang rekan kompasianer Hartono Rakiman Bojongkulur Bogor,pernahmenulis di http://sosbud.kompasiana.com/2014/04/27/luka-tentang-sebuah-hal-651654.html, pengakuan PelukisbernamaHaris Purnomo dituliskan : "Haris Purnomo mengakui, sebenarnya lukisan potret itu bukan tentang tokoh atau orang yang dikenal luas. Baginya itu adalah tentang sebuah hal dengan H besar. Sosok Hoegeng, Gus Dur, Munir, dan Soekarno yang dikenal luas oleh publik menyimpan energi kehidupan luarbiasa yang mampu menginspirasi manusia." Haris Purnomo melihat seseorang obyek lukisnya tidak sebagai pribadi biasa. Haris melihat energy kehidupan...yang mampu meng inspirasi manusia. Inspirasi ! Inspiratif ! Nilai inspiratif dalam sosok orang untuk obyek lukisan.
Paus Yohanes Paulus II seorang paus yang sangat besar perhatiannya kepada banyak masalah Gereja, diantaranya ditandai banyak kunjungannya kepada umatnya dengan perjalanan panjang keliling dunia. Saya kopas dari Google : "Pope John Paul II, when giving a speech in Yogyakartain 10 October 1989, said that he stood on that day at the center of the Island of Java to commemorate those who had laid the foundations of the Catholic people, Father van Lith, SJ and two of his disciples, Mgr Soegijapranataand IJ Kasimo. (http://en.wikipedia.org/wiki/Frans_van_Lith) Paus Yohanes Paulus II ketika tg 10 Oktober 1989 berkhotbah di Yogyakarta, mengatakan bahwa dia hari itu berdiri dipusat pulau Jawa untuk mengingat pada mereka yang telah membangun paguyuban umat Katholik, yaitutokoh-tokohPater van Lith SJ dan dua orang muridnya yaitu Mgr.Soegijapranata dan IJ Kasimo.
Dari peritiwa tentang Paus Yohanes Paulus II, tertarik pada pribadi van Lith SJ. Pastur van Lith selain guru berjuang untuk pendidikan bagi orang Jawa (pribumi) dia secara politis juga berjuang melalui Dewan Pendidikan(1918) Juga menjadi anggota Komisi Pengawas Pendidikan, yang ditugasi mengawasi pelaksanaan pendidikan bagi orang pribumi di jaman penjajahan itu. BahkanPaus itupun bilangjuga : "He was also recommended as member of the "Volksraad" (People's Council) by the Sarekat Islam Party, led by van Lith's close friend, K.H. Agus Salim. However, he was never elected to the People's Council. (Google)" Sosok orang seperti Paus Johanes Paulus II, Pastor van Lith SJ, dengan lagi muridnya yaitu Mgr Soegijapranata SJ dan IY Kasimo, saya sebut orang yang cerdas dan visioner.
Melihat sosok orang, dan peristiwa mestinya dengan ketajaman pengamatan batin dan kebelakang dengan latar belakang, rekam jejak, posisi kini dengan substansi atau pokok permasalahan dan pemecahannya serta akhirnya pandangan kedepannya. Mungkin demikian dapat ditemukan kecerdasan dan sifat visionernya pada diri kita dan orang yang kita lihat. Catatan untuk diri sendiri : Mau menulis tidak cukup menemukan hal-hal yang actual, tetapi bagaimana yang aktualpun harus memberi inspirasi memberi visi yang bermanfaatjauh kedepan.(sebagian pernah saya tulis di Kompasiana pada th 2014)
Kembali pada pertanyaan awal tentang Siapa Guru, Pejuang, dan Teman Belajar bagi saya, dari renungan dimuka tidak sulit dijawab. Satunya terlebih dahulu saya sebut adalah Guru. Siapa guru utama setiap orang adalah I b u. Seseorang menulis Ibu yang dengan berdarah-darah membawa kita ke dunia, mengenal dunia kita, dengan melihat mendengar mencintai. Dan guru kedua adalah B a p a k yang mengajar anaknya mengelola dunia kita dengan teladan, perbuatan dan perjuangan menghadapi kehidupan. Harus dengan kecerdasan yang bagaimana kita harus memahami ini. Tetapi ada saja insan yang tidak ingat kita belajar hidup ari sana.
Guru-guru berikutnya adalah sekolah. Banyak sekolah seperti disebut dalam cerita Paus diatas menjadi sekolah yang harum memiliki brand selain oleh pribadi guru juga oleh alumni. Personal branding sekolah mengalir ke personal branding alumni. Banyak sekali bukti kurang disadari pula personal branding alumni yang mengangkat keharuman sekolah. Namun pula harus seperti apa para guru sekolah harus berjuang untuk masadepan siswanya. Tentu harus dengan sistem yang tersusun cerdas dan visioner. Program yang mantap mengantar siswa sehingga jiwa terbuka kemasa depannya pula.