Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Indonesia Belajar untuk Masa Depan

2 Februari 2021   10:01 Diperbarui: 2 Februari 2021   10:13 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintah dengan segala kebijakannya saya ambil sebagai penghadir pandangan saya tentang Indonesia masa kini, baik kedalam maupun keluar diforum internasional. Dan Pemerintah mungkin disenangi atau tidak disenangi saya melihat sangat diwarnai oleh visi, kebijaksanaan,sikap hingga perilaku sederhananya Presiden. Maka tidak segan saya akui perspektif Jokowi yang sepertinya saya munculkan. Namun sebenarnyalah Jokowi juga sungguh memakai dan memanfaatkan semua potensi bangsa dalam membangun negeri ini.

Tidak terlepas dari perspektif belajar untuk kebangkitan kemasa depan dengan orientasi pada ilmu pengetahuan (meluasnya pada iptek),manageman,dan kemajuan ekonomi, saya memilih sumber informasi lagi jasa seorang jurnalis, penulis serba bisa dan pemimpin majalah lokal dan nasional ternama. Kali ini Ibu Alberthiene Endah yang menulis biografi Jokowi, berjudul Jokowi Menuju Cahaya, penerbit Tiga Serangkai, Solo.2018.

Jokowi ditampilkan dari depan buku itu saja sebagai orang yang "berproses menuju cahaya". Dia tidak dari keluarga yang menikmati harta warisan tujuh turunan. Bukan. Orang tuanya dengan susah payah menghidupi keluarga dan membeayai sekolahnya Jokowi dengan bekerja keras.. Dan Jokowi mengalami itu. Pada halaman-halaman depan Alberthiene Endah menulis ucapan Jokowi tentang 'Siapa sesungguhnya Rakyat'. (halaman 12-15).

Saya melihat bahwa penulis Endah berhasil menulis biografi Jokowi bukan urutan tahun kehidupannya tetapi juga kejiwaan Jokowinya. Masa depan Indonesia sejak awal (masa jabatan) dilihat oleh Jokowi dengan cara optimistis. Jokowi memandang bangsa dan negara kita untuk perubahan menjadi sejahtera dan hebat. 

Bagi saya kata-kata 'sejahtera dan hebat' itu senilai dengan kata "guna lawan sekti" pada tembang Jawa. Dan dilanjutkan dalam tembang itu "kudu andap asor, wani ngalah luhur wekasane" (harus rendah hati, melihat nilai tinggi diakhirnya) Untuk menjadi (dedalane) 'sejahtera dan hebat' diperlukan "laku", yaitu managemen, misalnya terobosan dan blusukan, untuk dapat membuat pilihan prioritas (misalnya infrastruktur didahulukan).

Sejenis visi seperti itu diakui dalam kepemimpinannya sewaktu sebagai Walikota Solo. "Saya ciptakan satu konsep kesadaran akan budaya di Solo, yaitu The Spirit of Java. Konsep ini saya hidupkan melalui banyak langkah. (halaman 85). Dan sebuah visi biasanya akan lama terbawa dalam hidup. Apalagi visi yang dialami sejak kanak-kanak.

Demikian orangnya kepribadiannya, selanjutnya pertanyaannya bagaimana langkah pemerintahannya. Saya melihat pembawaannya masih dibawa terus dan mengesan bagi saya. Sebagai seorang insinyur yang bersemangat kerja nyata disini menjadi lebih punya arti, lebih-lebih pada perspektif pemimpin rakyat untuk kesejahteraan rakyat kedepannya..

Pemerintah mendirikan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau yang lebih dikenal dengan Sovereign Wealth Fund (SWF) bernama Indonesia Investment Authority (INA) untuk mengoptimalisasikan nilai investasi pemerintah pusat, meningkatkan foreign direct investment (FDI), dan mendorong perbaikan iklim investasi.Jokowi melantik Dewan Pengawas Lembaga Pengelola Investasi (LPI) di Istana Negara pada hari Rabu, 27 Januari 2021 

Kepastian komposisi Dewan Pengawas LPI diperoleh setelah DPR memberikan respon dan tanggapan positif dalam rapat konsultasi dengan Panitia Seleksi Dewan Pengawas LPI pada tanggal 20 Januari 2021. Berarti Jokowi tidak bertindak sendiri. Selanjutnya Pelantikan Dewan Pengawas LPI dilakukan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 6/P tahun 2021. Tiga nama Dewan Pengawas dari unsur profesional akan melengkapi 5 kursi Dewan Pengawas yang 2 diantaranya telah dijabat secara ex-officio oleh Sri Mulyani Indrawati selaku Menteri Keuangan dan Erick Thohir selaku Menteri BUMN.

Adapun ketiga Dewan Pengawas LPI dari unsur profesional tersebut yaitu: 

(1)Haryanto Sahari adalah akuntan publik senior yang dimiliki oleh Indonesia dengan lebih dari 30 tahun pengalaman dan saat ini sebagai komisaris independen di salah satu perbankan nasional. Ia pernah sebagai Country Senior Partner of Price Waterhouse Coopers Indonesia dan memimpin sejumlah inisiatif audit dari perusahaan- perusahaan besar Indonesia. Haryanto juga berpengalaman dalam restrukturisasi perusahaan dalam krisis Asia. Dia berreputasi baik dalam bidang tata kelola dan manajemen resiko secara nasional dan internasional.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun