Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Belajar di Kompasiana tentang Gaya Hidup

28 Januari 2021   23:04 Diperbarui: 28 Januari 2021   23:16 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Belajar di Kompasiana tentang Gayahidup harafiah kiranya cukup jelas maknanya. Maksud saya menulis itu pertama sambil menulis berproses belajar. Dan kedua menulis untuk berbagi pembelajaran tanpa bermaksud menggurui siapapun selain diri sendiri. Itu sebabnya saya sering memakai istilah permenungan atau pembelajaran dengan Catatan hasil pembelajaran.. Saya ingin berturutan lengkap menulis ini dengan rincian : Langkah, Tempat, dan Target.

Tulisan ini me"Langkah" dengan menyadari makna dari belajar, seperti sudah dikatakan diatas. Mungkin baik dikatakan selengkapnya bahwa Keseluruhan atau totalitas dari sesuatu itu pada umumnya adalah sinergi bukan sekedar bagian-bagian. Maka belajar itu juga proses perkembangan manusia seutuhnya. Manusia mereorganisasi pengalaman yang pernah diterima, dan belajar itu mudah bila ada minat dan suka. Belajar itu juga proses seumur hidup. 

Dekat dengan makna belajar itu ada lagi yang sebaiknya dikatakan sehubungan dengan tulisan ini.yaitu growth mindset. Harus belajar untuk mencapai mindset pola pikir yang tumbuh berkembang  Mereorganisasi pengalaman yang pernah diterima, dengan masukan saat pembelajaran dikuatirkan di mengerti sama saja dengan membuat fixed mindset., yang puas dengan pengalaman yang dibanggakan.

Growth Mindset adalah pola pikir yang berkembang, yang hidup terbuka serta mau berproses terus. Sikap suka belajar yang lebih lengkap dan asli dari dikatakan dimuka. Eloknya mindset-yang berkembang ini justru dimiliki orang yang berani mengakui kekurangannya. Dan dia bisa melihat memenuhi kekurangan itu sebagai tantangan. Dan hasil belajar tidak dianggap olehnya hasil akhir atau prestasi yang harus diakui. Sebab dia paham bahwa setiap tahap berproses selalu ada sesuatu yang baru, dan otakpun selalu mendukungnya. Sebab itu pula pemikir yang berkembang sanggup menerima kritik dan menerima masukan.

Merenung dan menulis kali ini sebelum meraih pemahaman tentang gaya hidup masih ada satu catatan yang harus dikatakan. Yaitu.Tulisan ini belajar sesuai dengan jamannya itu bersama Google. Silahkan klik pengertian yang umum akan dijawab Google karena saya ambil dari sana, kecuali yang saya sudah mengalami, memahami sebagai olahan dari sana sini..

Tempat dan arena pergumulan saya kali ini di Kompasiana, sebagai disebut pada judul. Klik maka muncul : "Kompasiana adalah blog jurnalis Kompas yang bertransformasi menjadi sebuah media warga (citizen media).Di sini, setiap orang dapat mewartakan peristiwa, menyampaikan pendapat dan gagasan serta menyalurkan aspirasi dalam bentuk tulisan, gambar ataupun rekaman audio dan video. Kompasiana menampung beragam konten dari semua lapisan masyarakat dari beragam latar belakang budaya, Didirikan: 1 September 2008. Format: Blog sosial, Pemilik: Kelompok Kompas Gramedia. Tipe:Media warga."

Realita dan peristiwa yang saya alami selalu saya coba hadirkan sebagai pengalaman dasar dan jaminan kebenaran dari pernyataan saya nanti. Maka dari Desember tahun 2009 terdaftar sebagai kompasianer saya merasakan Kompasiana berawal dari blog jurnalis Kompas yang bertransformasi menjadi blog warga.

"Mindset Kompasiana"  pun saya merasa bertumbuh berkembang.Terus bertransformasi. Tampak dari pertumbuhan jumlah warga yang juga tentu berdampak pada peraturan-peraturan untuk warga. Pada suatu bulan tahun tertentu daftar tulisan yang saya kirim saya catat dengan nomor linknya dalam arsip saya ternyata berubah dengan begitu link tulisan saya diarsip saya tidak berguna lagi.

Saya merasakan pula perkembangan variasi para Kompasianer. Itu pula dari diubahnya kategori kelompok tulisan. Dan dalam hal jumlah bisa kita lihat betapa cepatnya  tulisan warga tertentu muncul dietalase depan dibawah kolom "tulisan terbaru" bergeser disusul yang lebih baru.

Akan tetapi melihat saja dulu hal yang serba positip. Banyaknya penulis tentulah Admin Lembaga Kompasiana pasti menghitung positip dari segi banyaknya yang masuk membuka Kompasiana. Lalu sekarang banyak sekali disisipkan iklan. Selanjutnya blog-warga ini masih memberi peluang tempat untuk adanya komunikasi antar warga sesuai dengan jalur yang tersedia.yaitu penilaian dan komentar. Kutipan dibawah ini antara lain illustrasinya :

Kompasianer senior Tjiptadinata Effendi menulis ini : "Sebuah tulisan diharapkan dapat menjadi inspirasi dan syukur syukur sekaligus memiliki daya untuk memotivasi pembacanya, untuk dapat mengubah hidup menjadi lebih baik".(Contoh Tulisan yang Menyesatkan Pembaca Halaman 1 - Kompasiana.com) Dan ini :

"Hingga saat ini,saya masih terus belajar setiap hari,bagaimana dapat menuliskan hal hal yang sesuai dengan hasrat hati para pembaca. Karena seorang Penulis, betapa pun piawainya, bila tanpa adanya pembaca, maka sia-sialah seluruh karya tulisnya." tulis Tjiptadinata Effendi (Misteri yang Tak Terpecahkan di Kompasiana Halaman 2 - Kompasiana.com).

Dari catatan saya sendiri : pada tahun 2012-14 kira-kira pembaca tulisan saya bila dibawah seratus saya "menangis", normal sekitar 200 pembaca, pernah menghitung 350. . Saya tergabung pada salah satu grup kompasianer yang berkembang saat itu. Ada relasi emosional dan kedekatan hati. Dua grup pernah terundang bertemu dirumah saya. Beberapa sampai sekarang terhubung dengan WA, Sudah ada yang meninggal di catatan saya ada 4 orang meninggal dan banyak yang masih berelasi tetapi sudah tidak sempat sebagai penulis.  Dan warga Kompasiana saat itu belum sebanyak sekarang..

Seperti halnya pasar, banyaknya asset yang terjual bukan tergantung pada banyaknya penjual penyaji barang, tetapi datangnya pembeli. Para pembeli boleh banyak dan variatif, tetapi minat, dan duitnya pembeli menentukan sekali. Masih lagi masing-masing penjual barang mempunyai pelanggan tertentu, relasinya tersendiri juga.  Dipasar tepat dipasang media periklanan. Tetapi bukan semata-mata iklan dipasar yang menambah terjadinya pembelian.

Bahkan boleh diambil ibarat lain yaitu. Memasukkan material/bahan yang sudah lengkap terukur dan berkwalitas pada sebuah mesin produksi, maka akan keluar hasil seperti yang diharapkan, sekian prosen sesuai "ramalan" tehnisi. Tetapi anda menanam padi, atau apapun dikebun atau sawah, hasil produksi pertanian hanya bisa diramal dengan persyaratan: cuaca normal, air cukup, bibit sungguh terbukti baik, tidak palsu dan pemeliharaan terselenggara normal, ect,ect. Faktor alam, manusia, dan proses.

Pembaca yang budiman, Kompasiana bagaikan mesin produksi kebaikan dalam bentuk tulisan, gambar, vcd, dst.  Mesin itu sudah ada manualnya, berupa aturan, jalur, kolom kategori sistem nilai tata nilai (utama,pilihan, aktual, bermanfaat, inspiratif,menarik,dsb.) Tetapi perlu diingat ditempat itu di Kompasiana kita apabila melihat sebagai lahan pertanian maka faktor penentu hasil sangat variatip.

Layak kita belajar seperti rekan senior Tjiptadinata Effendi dan Ibu Roselina yang mendahului dan melampaui kita pada umumnya masih terus belajar dalam mau memasukkan kebaikan di Kompasiana.

Target tulisan permenungan ini untuk menemukan Gaya hidup yang pas, atau minimal sebagai penulis Kompasianer atau lebih luas memahami Gaya hidup yang elegan, terhormat dan bahagia sesuai dengan tata nilai, tata sosial, kondisi diri yang kita hidupi.

Gaya hidup gaya tulis jiwa semangat tulis Kompasianer sering sekali saya temukan sudah tampak dibawah nama Akunnya. Akan tetapi pada akun Kompasianer lain banyak belum tercermin Gaya Hidup atau Lifestylenya. Mungkin sens of life nya ya !

Gaya hidup menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah gambaran tingkah laku, pola dan cara hidup  Biasanya ditandakan dari Aktivitas, Minat, dan Pendapat.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya gayahidup seseorang atau kelompok diantaranya Mindset, Pengalaman, Kepribadian, Kesadaran Diri, Keinginan/motif, Pandangan atau Pilihan.

Dalam keseharian orang memandang gaya hidup orang lain dengan mengukur dan mengkelaskan dari sisi ekonomi. Juga kebiasaan acara hariannya yang dipengaruhi juga dengan penggunaan waktu, uang, dan teknologi serta status sosialnya.

Apabila Kompasiana menyatakan : "Kompasiana menampung beragam konten dari semua lapisan masyarakat dari beragam latar belakang budaya,", maka saya hanya ingin mengkonfimasikan saja pendapat Bp. Tjiptadinata Efendi , bahwa saya harus terus belajar di Kompasiana itu gaya hidup orang Indonesia dan segenap Kompasianer, sesuai jalur dan peluang yang ditempat itu tersedia sudah, supaya disana saya bisa belajar berbagi. 

Semoga tulisan ini menarik, untuk dapat memberi aspirasi syukur bermanfaat untuk aktualkan kebaikan seperti dicita-citakan Kompasiana dan kita sendiri.  Salam hormat saya

Ganjuran, Januari, 28 2021.  Emmanuel Astokodatu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun