Menulis hati itu sederhana saja.Yang saya baca tertulis bahwa Seni yang paling seni, ekspresi yang paling dihargai, karya tulis yang paling bersinar memberi pencerahan, adalah kesederhanaan.(Walt Whitman,1819-1892, jurnalis penulis puisi Amerika)
Saya pernah menulis lamunan mengenai kesederhanaan itu seperti kicauan burung-burung manyar. Terbang kesana kemari seperti mengisahkan cerita cerita untuk bocah bocah yang menunggu air susu ibu yang masih sibuk oleh kerja lainnya.(teringat tulisan JB.Mangunwijaya).
Diatas bukit ditepi tepi pantai kita bisa puas melepas pandang luas kelaut. Terpadu dengan dataran lembah daratan jadi suatu gelar pemandangan yang sangat indah. Begitu sederhananya kita boleh menikmati bahagia.
Kesederhanaan itu benar-benar dicapai ketika kita benar benar melihat cermat nyata realita. Kesederhanaan tidak terbatas pada literisasi atau kenikmatan paronama alam tetapi harus ada pada penghayatan visi dan sikap serta tingkah laku.
Beberapa kali saya menulis tentang sikap keterbukaan dan growth mindset. Baru saja saya baca tulisan bagus dari Tito Tri Kadafi tentang menanggapi perubahan. Salah satu istilah yang diberikan mengutip Burley adalah sikap asertif, tingkahlaku yang menunjukkan penghormatan terhadap diri sendiri dan orang lain dengan jujur terbuka komunikatif. (https://www.kompasiana.com/titokads6482/5fa0435cd541df7bfe70ac22/ jalan-panjang-menanggapi-perubahan)
Ada orang bilang bicara tentang Kesederhanaan itu bukan sama dengan  asal menyederhakan masalah . Dan itu tidak bisa sederhana. Mengamati fenomena sosial  seorang Tito menulis jalan panjang menanggapi perubahan. Saya melihat bahwa untuk mendapatkan kesederhanaan yang hahiki dan manusiawi harus membuat perubahan diri.
Kesederhanaan memang menjadi seperti misteri. Dari satu sisi ada tuntutan perubahan dari sisi lain itu suatu kemampuan seseorang yang spontan dalam melihat realita. Manusia sederhana itu seperti alami saja mampu menerobos realita melepas semua yang bukan hakiki.
Kebanyakan kita mudah kena pesona kecantikan lahiriah. Namun Manusia sederhana tersenyum melihat "inner beauty", seperti melihat indahnya pemandangan panorama alam. Tidak semua orang mampu merasakan. Manusia sederhana disatu pihak kehilangan, dilain pihak menemukan. Melepas yang bukan hakiki menemukan nilai yang berharga yaitu kesederhanaan.
Kesederhanaan adalah rasa syukur yang gandrung terpesona oleh nilai hakiki dalam realita dan fokus menikmati nilai-nilai itu. Kesederhanaan bahkan bisa menembus waktu, cenderung melupakan kekecewaan masa lalu karena mensyukuri rahmat masa kini.
Rasa syukur kesederhanaan juga terhadap kebodohan diri sendiri dalam komunikasi. Bukan orang lain yang lambat paham tetapi ungkapan dirinya yang tidak bermutu bagi yang lain itu. Dan sikap ini membuat orang selalu hati-hati dalam bersosialisasi dan karenanya orang sederhana bisa banyak relasi.
Rasa syukur kesederhanaan juga diterimanya kemudahan dalam banyak hal dan masalah, seakan akan masalahnya seperti mencair sendiri. Maka akhirnya kesederhanaan adalah kekayaan tiada ternilai dan tidak akan hilang mengikuti sepanjang jalan hidup orang sederhana.
Seorang pastur Greg.Utomo.pr (+2020) lama berkarya di desa kelahirannya, Ganjuran, Bantul DIY, dia tekun menggali sejarah Ganjuran itu. Setelah sekitar bulan Juni 1913. diperingati meriah 50 th tahbisan imamatnya, suatu ketika memanggil saya dan minta kepada saya menulis biografi ayah saya. Katanya ayah itu salah satu pelaku sejarah setempat yang dipelajari.
Ayah saya Sumadi Sumaatmadja (1900-1976),berasal dari Sala, Surakarta, datang ke Ganjuran 1919 menjadi guru sekolah rakyat yang didirikan oleh PG.Gondalipuro pada tahun 1919 itu juga. Dan dari saat itu hingga wafat menjadi guru dan pengembang masyarakat ditempat itu. Sempat saat itu terpilih menjadi wakil rakyat di Kabupeten Bantul satu periode.
Saya belajar betul kesederhanaan dari Guru Desa itu ayah, dan dari ayah itu saya belajar kesederhanaan dari kakek saya. Kakek R.Singakawaco. (+1919) adalah hamba hukum di jajaran kraton Surakarta dizamannya
Secara intensif pembelajaran saya itu ketika saya mewawancarai banyak orang yang mengenal ayah saya, dalam rangka tugas menyusun biografinya. Dan tentang kakek terkumpul dari ingatan ketika ayah, sejak saya kecil mengasuh dan memberi cerita cerita tentang kakek. Salan satu pesan kesederhanaan adalah pesan untuk kami jangan suka menunjukkan atau memakai gelar apapun pada nama, tetapi tunjukkan prestasi dan kerja nyata. Kesederhanaan cara berfikir melahirkan suatu sikap dan perilaku rendahhati serta kelembutan yang tidak meninggalkan ketegasan (hukum) dan disiplin (edukasi).
Kesederhanaan menelusuri kupasan diatas sungguh merupakan sifat yang seperti alam semesta ini sendiri. Alam memuat kekerasan, kekuatan, kecairan, kadang dirasa lembut dan indah serta dirindukan. Oleh karena itu kita bisa belajar kesederhanaan dengan bercermin kepada alam semesta ini. Sederhana bukan.
Kesederhanaan juga sangat sering diberikan oleh hubungan dengan sesama dalam pergaulan pergumulan hidup bersama. Sebaliknya dengan kesederhanaan hati kejujuran serta ketulusan harus kita perlihatkan dan praktekkan dalam kita terjun dikehidupan bersama.
Akhirnya kesederhanaan adalah secercah kemilaunya sifat kesatuan Illahi. Kesederhanaan beriman adalah karunia Tuhan pada oknum pribadi manusia. Sekaligus suatu target yang harus dikelola dan dibudidayakan dalam kepribadian untuk bersikap dan berperilaku yang manusiawi.
Habislah kata-kataku sesampai pada kata Iman. Amin renungan saya ini. Semoga bermanfaat, inspiratif, bahkan sekedar menghibur saja. Hiburan itu penting. Dan tolong terima salam hormat saya.
Ganjuran, Nopember 4, 2020. Emmanuel Astokodatu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H