Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kesenjangan Sosial

29 September 2020   10:01 Diperbarui: 29 September 2020   10:02 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kesenjangan pandangan juga memang tidak bisa bahkan tidak boleh ditiadakan. Dan IT dewasa ini menjadi sangat berpengaruh untuk distribusi informasi.  Dan politisi didalam maupun diluar pemerintahan juga sangat sangat menyadari akan peran alat komunikasi itu sekarang. Tetapi alat boleh canggih, senjata pun boleh modern, namun harus tetap: "ditangan siapakah senjata itu(??)". Para politisi kadang kurang peduli terhadap dampaknya mereka bermain dengan IT mengolah pelbagai kesejangan untuk kepentingannya

Kesenjangan sosial dan Komunikasi plus alatnya memang harus menjadi titik-titik perhatian yang tidak terpisahkan. Warga sipil yang kebanyakan masih kurang warpada menikmati buah IT dipengaruhi oleh penyaji informasi pesan dan hiburan yang bertendensi membodohkan mereka.

Kesenjangan yang sedang kita bina adalah kesenjangan sosial oleh Jaga jarak sosial dari Protokol Kesehatan. Protokol kesehatan adalan sesuatu yang normatif, terrasa, terukur. Kesenjangan sosial yang diakibatkan oleh protokol itu sangat lentur bisa sederhana bisa berekor panjang..

Sudah menjadi percakapan sehari hari, keluh kesah orang tua siswa yang harus menggunakan gadget dalam menuntut ilmu. Apalagi didaerah yang jauh dari jaringan seluler, tentu menuntut adanya peralatan yang lebih baik.

Ada pula pengalaman isteri saya yang mendapat undangan untuk mendapat bantuan sosial sembako dari sebuah Perkumpulan yang diketuai oleh Kades. Undangan itu mengambil tempat di Balai Desa. Saya tidak tahu dari mana bantuan itu dan untuk kategori warga yang bagaimana. Kebetulan tetangga dekat saya beberapa waktu yang lalu sedikit marah karena keluarganya tidak mendapat "bantuan sosial" yang disebut PKH. Nah karena saya tidak tahu saya bertanya kepada seorang pengurus Rukun Tetangga (RT). Olehnya dijelaskan (sebenarnya kurang jelas juga, plus komentar Bapak cari saja di Google) bahwa PKH adalah kepanjangan dari Pembinaan Keluarga Harapan. Dan bahwa ada beberapa program bantuan sosial dari Pemerintah melalui lembaga desa yang ada. Dan tentang itu banyak warga masyarakat kurang paham sehingga sangat sering menimbulkan kecemburuan antar warga.

Dengan cerita super pendek diatas saya hanya mau mengatakan bahwa warga saya kehilangan media komunikasi yang biasa kami selenggarakan 35 hari sekali setiap "Malam Minggu Pon", dimana berkumpul bertemu muka sarasehan dan lain-lain segenap warga RT dan disana didapat semua informasi yang kami butuhkan. Pertemuan itu tidak ada lagi semenjak ada Protokol Kesehatan masuk desa.  Jaga jarak membuat kami "kehilangan". Ada kesenjangan dalam komunikasi "politik" desa.

Kwalitas dan dampak kesenjangan social seiring dengan kwalitas komunikasi masyarakat menjadi tantangan buat kita semua untuk menyikapinya. Hal itu perlu direfleksi, dicari jawaban sesuai dengan tantangan yang muncul...atau yang hilang dicari penggantinya. 

Demikian permenungan tentang, dan dalam peri kehidupan pedesaan keseharian saat ini, yang bisa saya berbagikan. Tolong maafkan bila ada yang kurang berkenan. Dan tolong terima salam hormat kami.

Ganjuran, September 27 2020. Emmanuel Astokodatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun