Dari kutipan berita tersebut saya ingin menunjukkan bahwa kita adalah manusia sosial yang semakin komunikatip. Sebagian hidup kita adalah pertama tama respon dalam komunikasi kita terhadap obyek, peristiwa, situasi, kondisi, orang lain, barang atau obyek lain. Â
Dan respon iti bisa positip (misal Peduli, Simpati, Cinta) bisa negatip (misal : Abai, cuek, jengah, sinis, beda pendapat, sanggah tolak) Sementara terhadap Kritik masih bisa positip bisa negatip. Sebagai misal kritik yang pada dasarnya netral dalam prosesnya bisa menolak, menyanggah, ataupun mendukung.
Kritik selalu harus membuka perspektif lain atau cara pendekatan yang spesifik dan dipertanggung jawabkan misalnya dari sisi BAHASA. Pencermatan Bahasa secara ilmiah memang ternyata dapat "menguliti" realita obyek yang jadi pembahasan.
Demikian pula Peduli, Simpati dan Cinta adalah respon positip terhadap peristiwa (peduli terhadap bencana,) respon positip terhadap situasi dan kondisi ( simpati kepada korban bencana), respon positip terhadap realitas yang baik yang dekat yang menjadi milik berharganya.(cinta keluarga, cinta tanah air).
Sasaran juga adalah pemicu pemanggil atau penentu spesifiknya bentuk respon yang diberikan (cinta kepadaTanah Air beda dengan kepada keluarga, cinta kepada sahabat beda daripada kepada isteri.).
Setelah kita cermati sasarannya atau hal hal yang sungguh diluar dirinya Peduli, Simpati dan Cinta  sebagai perbuatan manusia juga ditentukan oleh faktor didalam diri orang. Niat, Pilihan, Pertimbangan, Mindset, kekuatiran, ketakutan, motivasi, aspirasi. Pendek kata latarbelakang kehidupan akan memberi warna terhadap adanya Peduli, Simpati dan Cinta.
Menilik fungsi/peran faktor-faktor dalam diri orang maka Peduli Simpati dan Cinta sebagai sikap batin mapun perilaku manusia akan semakin tegas dibedakan dan dipelajari. Dan sebagai bahasa hati suka abaikan hukum logika. Ada orang melihat korban kecelakaan dan memberi pertolongan, dibawa ke R.S. terdekat.
Ternyata orangnya miskin dan sopan penuh rasa terima kasih dan sang penolong memberi simpati, mau rela menanggung pengobatannya. Dirumah sakit perlu rawat inap. Relawan tadi dengan rela mengikuti perkembangan penyembuhan kurban kecelakaan itu selama perawatan. akhirnya jatuh cinta.
Cerita pendek ini menunjukkan proses dampak awal perilaku yang diambil. Itulah bahasa hati yang di katakan oleh orang Jawa : Witing tresa marga saka kulina. Awal cinta karena terbiasa, menaruh kepedulian, menunjukkan simpati dan akhirnya jatuh Cinta.
Perilaku berbeda dari seorang yang lebih mengandalkan pengambilan keputusan dengan pertimbangan rational dan refleksi. Penulis sendiri mengambil keputusan memilih dan menikah atas dasar pertama rekomendasi orang terpercaya,kedua, komunikasi jarak jauh per surat (belum ada HP,WA,th 1967),ketiga, kunjungan 5x dalam satu setengah tahun.Domisili saat itu Jakarta dan calon bekerja rumah sakit.di daerah DIY.
Dasar keempat adalah refleksi dan niat. Dampaknya setelah nikah harus berlatih banyak kebiasaan hidup bersama dalam bahasa hati, bersimpati, menaruh perhatian dan peduli pada hal hal yang sederhana.