Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Harmonisasi dalam Dua Tiga Perspektifnya

18 Juli 2019   12:23 Diperbarui: 18 Juli 2019   12:37 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diberitakan Tempo, -Anggota Tim Hukum Tim Kampanye Nasional (TKN), Arteria Dahlan, mengungkapkanmakna tersirat dari pidato Joko Widodo atau Jokowi terkait penetapannya sebagaipresiden terpilih 2019-2024 di Komisi Pemilihan Umum (KPU), Ahad, 30 Juni 2019.Menurut dia, pidato Jokowi mengandung sejumlah falsafah yang kental diMasyarakat Jawa. Sikap Jokowi yang mengajak lawan politiknya, Prabowo Subianto- Sandiaga Uno untuk bersama membangun Indonesia merupakan implementasifalsafah adiluhung yang disarikan dari kehidupan orang Jawa. "Nglurug tanpabala, menang tanpa ngasorake,sekti tanpa aji, jer sugih tanpa bandha".

SebenarnyaBung Karno. Pak Harto dan Jokowi untuk orang penghayat falsafah Kejawen, akansangat terrasa bagaimana Rasa, Kerendahan hati, dan Kesombongan- tersembunyisebenarnya sangat mempengaruhi jalan pikiran dan keputusannya. Disamping itupula kesadaran moral terhadap alam dan ekosistem dijunjung tinggi berdasarkankesadaran akan penghayatan Imannya. Ada semacam kecenderungan oranguntuk mentaati tata tertib universal, akan hidup selaras dengan Sang Hidup(Allah) dan menjalankan hidup yang benar. Kehidupan manusia hendaklah dalamkeadaan harmonis seimbang-tenang dengan jagad raya; tidak bertentangan dengan kodrat alam, dan tidak terlalu mengejarmateri kebendaan.

Maka Move-on yang dinanti saat ini Indonesia menujupada proses dinamika harmonis bangsa bernegara bermasyarakat local maupunglobal dibawah Pemerintahan Jokowi yang masa kedua. Itu berarti menantikematangan pengambilan keputusan semua unsur politik bangsa ini setelahhiruk-pikuk Pilpres . Unsur waktu yang sudah dijadwalkan, dari pihak pemerintahJokowi, partai-partai, unsur masyarakat, kesiapan mental dan psikologi peroranganyang terlibat atau dilibatkan. Dinamikaharmonis atau Harmoni Move-on secara nasional mengsyaratkan kondisi tanpakekerasan, tanpa pemaksaan kehendak dan terus berlanjutnya arus alir hidupkeseharian yang aman nyaman bagi semua unsur dalam masyarakat.

Move-on kearahHarmoninya dinamika bangsa! Menyeluruh,meluas, dan mendalam pada perorangannya. Harmonisasi pada semua sudutpandang/perspektif akan membuahkan integralitas yang sangat potensial/serbabisa, luwes, terbuka. Salam move-on harmonis. Maafkan bila ada yang kurang berkenan. Wassalam.

Ganjuran, 18 Juli 2019.Emmanuel Astokodatu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun