Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pesan Pahlawanku untuk Adik-adik

17 Agustus 2018   10:22 Diperbarui: 17 Agustus 2018   10:53 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

(dialog imaginer  mereka berpesan dan aku mendengarkannya)

Dari Kamas Sesepuh: Mas Harjo....katanya:

Meski hari pesan ini tidak sempat kutulis, tetapi kalian pasti akan mendengar dihari hari baik, seperti hari ini. Masmu sempat bekerja di jaman penjajahan. Masmu mengerjakan sesuai bidang sekolahku yang kemana kakekmu mengirimku. 

Aku bekerja dalam bidang teknik yang terus kukembangkan dalam pengabdian pekerjaan untuk menghidupi keluarga. Pengabdianku dari pabrik ke pabrik milik Negara.

Negara mengirim aku ke Jerman ke Jepang beberapa kali bukan untuk pesiar darmawisata, tetapi diutus negosiasi dan belajar perkembangan teknologi yang dibutuhkan Negara. 

Hingga aku purna tugas formal masih di serahi beberapa tugas, bukan untuk kebesaran keluarga dan pribadi, tetapi semua kukerjakan sebagai Panggilan Hidup Yang digariskan dan harus aku kembangkan dari Tuhanku untuk sesamaku.

Pesanku untuk kalian: Hayati Panggilan Hidupmu, Perutusan dan amanah hidupmu, sebagai warga masyarakat, keluarga, yang harus kau bawa hingga akhir hayatmu bersama sasamamu.

Dari Kanda Kedua: Mas Sarjito, Kol.Inf....

Kita berpisah di Kalibata. Aku tidak meninggalkan kata tetapi hidupku kalian tahu sebagai sorang Pengawal Negara. Disaat Negara memanggilku bertugas keluarga dan kalian kutinggalkan. Pernah dengan keluarga beberapa tahun terpaksa aku mengemban tugas kenegeri Turki, tetapi bukan untuk pesiar.

Namun secara berkelanjutan memelihara hubungan antar Negara sahabat. Tugas yang mulia itu tidak demi kebesaran diri. Sampai saat aku dipanggil pulang, negeri ini hamper semua atasanku dipenggal hidupnya oleh Gerakan PKI, dan aku aku akan menjadi target berikut, bila Tuhan tidak melindungiku.

Pesanku untuk kalian: Disiplin itu bukan hilangnya kemerdekaan, tetapi kemerdekaan itu membutuhkan kehidupan berdisiplin. Sebab hidup kita telah dipolakan sesuai Panggilan hidup kita.

Dari Kanda Ketiga: Mas Gunawan,

Tuhan berkenan memberi tahun-tahun panjang kehidupan saya dari pada almahum dua saudara tua dan dua orang adikku. Aku merasa hidupku harus mendampingi anak yang diserahkan pada saya. 

Sudah kuhantar dari Si Sulung hingga si Bungsu, kelimanya Tuhan mengambilnya sabagai abdi-abdi terpilihnya, Deo Gratias. Dan hidupku sebagai abdi Negara di pindah dari Jakarta ke Jawa Tengah dan DIY semua sekedar untuk pengabdian dan pelayanan iklas sederhana saja.

Pesanku untuk adik dan semua adik2 dalam karya dan kehidupan : Laksanakan panggilan hidupmu dalam semangat pengabdian dan pelayanan yang tulus bagi negara, sesama. Dan untukmu sendiri Tuhan menyediakannya.

Dari Kanda Keempat: Abang Anton Saragih

Terakhir kalian hantar aku ke Makam Pahlawan Kalibata,Jakarta.Saudara dan sahabatku dari Simalungun Tanah Batak mendaftar aku sebagai veteran yang tidak pernah aku banggakan. Perjuangan masa laluku sudah beralih tempat dan cara. 

Aku hidup di Jakarta menjadi warga Betawi dan Jakarta. Aku mengasah otak berwiraswata demi keluargaku dan siapa saja famili yang membutuhkan. Itulah panggilan hidupku. 

Aku pernah dibesarkan aku bertugas membesarkan anak-anak tidak sendirian.  Tetapi selalu dalam kebersamaan, keluarga ataupun sesama warga masyarakatku, bansaa dan negaraku. Dengan jujur aku menjual jasa dan barang dari kantor ke kantor pemerintah dengan tulus dan jujur.

Pesanku untuk adik adikku, adik isterik:  Cerdaslah mengatur siasat menghadapi setiap masalah, yang ekonomi, yang politis, kemasyarakatan. Itulah kebijakan warga metropolitan Jakarta. Jangan tinggalkan kebersamaan meskipun jangan mau terjebak dan menjadi kehilangan jatidirimu.

Catatan Penulis:

Penulis adalah pendengar pesan imaginer, yang mempelajari hidup mereka dan merefleksikannya. Penulis menjadi saksi hidup dan karyanya bagi negara, keluarga dan sesama. 

Penulis memang menghormati dan mencoba memahami mempelajarinya sehingga mengajak pula adik adik untuk ikut menikmatinya. Adikku kandung seorang sudah dikebumikan pula tetapi yang imaginasikan (adik seperti saya memandang para Pahlawanku tersebut diatas) sebagai adikku saat ini adalah pembaca.

Semua yang menjadi penerusnya sebagai pengisi Kemerdekaan Bangsa. Mereka ini,  itu mungkin adalah anak mereka yang masih ada, kemanakannya penulis, mungkin cucu2 penulis dan saudara, sahabat, teman dll. Termasuk semua adik-adik saya imaginer dalam dunia maya ini.

Maka tolong terima salam sayang saya serta terima kasih saya, anda berkenan membaca tulisan di Hari Kemerdekaan ini.

Ganjuran, 17 Agustus 2018. Emmanuel Astokodatu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun