Ada teman yang tidak tertib tampak luar melakukan kewajiban agamanya, akan tetapi aktivitas sosialnya tinggi dan hampir tidak punya waktu untuk istirahat. Kegiatan sosial di lapangan, rapat dan seminar kunjungan ke kelompok binaan adalah makan sehari harinya.Dan itu dilakukan dengan tahu dan mau serta memberi kepuasan.
Saya mempunyai teman yang seorang tukang pijat, kebetulan seorang Islam dan yang seorang tukang cukur, kebetulan seorang Katholik. Keduanya ramah dan selalu mencoba menyenangkan teman bicara.Tetapi dari keduanya saya mengundurkan diri menjadi langganan. Saya lama kelamaan malas dengan mereka karena selalu dipaksa untuk bicara soal perbandingan agama, dan atau orang yang seiman dengan saya menngajak diskusi soal agama.Â
Kepuasan mereka apabila bisa memberi atau mendapat masukan sisi-sisi kebenaran iman secara masuk akal. Biarpun pemijat itu bukan ustatd tetapi pernah dia kunjungi lembaga pendidikan yang bergengsi. Semangatnya tinggi  dan kemampuan pemikirannya luas dan cerdas.. Sementara tukang cukur bisa saya ajak menyalurkan hasratnya dikelompok umat setempat.
Kepuasan orang yang cenderung kuat dalam tertib ritus agama sering dimiliki oleh orang aliran Pietisme atau Ritualime. Sementara Kepuasan yang cenderung kepada aktivitas dan kegiatan  dimiliki oleh aliran Aktivisme. Dan kepuasan yang dicari oleh sahabat saya pemijat dan tukang cukur termasuk aliran rasionalisme dibidang keilmuan.
Memang apa yang dikatakan diatas mengatakan tentang "Kepuasan batin" yang dialami mereka mereka itu dalam melakukan perbuatan, upaya dst dalam kehidupan. Dibelakang perbuatan mereka tersirat atau terkatakan disini suatu status keadaan batin. Suatu pengelolaan tata kehidupan memang berangkat dari pengalaman hidup, pendidikan, dan pengaruh masukan lainnya sampai dengan perbuatannya.
Pengalaman hidup juga ditentukan oleh bakat dan kemampuan seluruh peran manusiawi, yang sejak Aristoteles dikenal sebagai akal-budi(kognisi), ingatan (memori), angan-angan (imaginasi), daya cipta (kreasi), lalu perasaan, simpati,hasrat, emosi. Belakangan daya kemampuan itu lebih di pelajari dan dikembangkan oleh para ilmuwan, pembina hidup rohani, pembina bisnis, pendamping kemajuan kemasyarakatan. Disana berkembang penggunaan Psikologi Transpersonal. .Disini sangat nampak perbedaan dan keterkaitannya pengertian "Pemikiran" dan "Kehidupan batin"
Seorang sahabat di Facebook @Mbah Kakung bertubi tubi sejak tanggal 6 bulan 7 ini menantang minta pendapat dan kritik saya terhadap tulisan singkatnya tentang : Spiritualias sebagai barometar Kwalitas batin; Hukum Karma dan posisi jiwa Suwung; Pentingkah perbuatan baik, Rasa keadilan, dan Kemerdekaan Batin. Sahabat ini banyak membahas tentang Pengalaman batin, Respon terhadap situasi negatip. Dan jiwa Kejawennya dalam Keseimbangan harmoni alam dan kehidupan manusia.
Pembelajaran yang saya terima ketika saya merenungi ini semua:
1. Peneguhan bagi saya mulia dan strategisnya Kerendahan hati dihadapan Tuhan dan sesama
2. Harus dikembangkan Kecerdasan spiritual, kecerdasan akal,kecerdasan emosional, dan kematapan keseluruhannya dari potensi manusia ini untuk merespon situasi dan mengembangkan diri seutuhnya.
3. Tata kelola kehidupan batin ter integrasi dengan kehidupan lahiriah, di pimpin oleh pemikiran akal sehat yang beriman
Tetapi maafkan dengan panjangnya opini dan permenungan ini, tolong terima salam hormat saya.
Ganjuran, 12 Juli 2018. Emmanuel Astokodatu