Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perasaan

3 Juli 2018   10:27 Diperbarui: 3 Juli 2018   10:25 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara tentang kehidupan manusia, merenung atau berteori hal hidup manusia, bagaimanapun harus mulai dari diri kita sendiri. Dan kehidupan itu adalah gerak maju proaktip, tidak hanya merespon saja. Maka yang perlu kita kerjakan adalah refleksi dan renungkan kondisi, kemampuan dan kemungkinan dari mana gerak itu harus diawali. Saya mulai saja dengan Perasaan, Kepekaannya dan energi kedepannya, secara keseluruhan Emosinya.

Teringat masa remaja dulu pernah terjadi peristiwa pertengkaran berdarah antar teman. Kami tinggal diasrama sekolah yang siswa dari pelbagai daerah dengan logat bahasa perangai dan perasaan yang berbeda. Sekali waktu melalui sindir menyindir akhirnya beradu mulut dan perkelahian antara Kesto dari Yogya dan Santo dari Magelang tak dapat dicegah lagi. Kesto bertubuh kecil Santo berbadan tegap besar. Kesto akhirnya merangsak kedepan dan menusukan pisau kecil yang biasa untuk meruncingkan potlot, ditangkis dengan lengan sasarannya. Pisau menancap dilengan dan tak dapat ditarik lepas menancap dilengan Santo. Perkelaian di klas ringan ini selesai.

Peristiwa itu berdampak panjang. Keduanya, Kesto dan Santo keluar dari sekolah dan asrama kami. Dan teman-teman seklas menjadi bertanya tentang "mengapa" dan mendiskusikan peristiwa itu dan sebabnya. Ternyata kami menyimpulkan bahwa mereka saling mengejek tentang pamakaian bahasa dan kepekaan perasaaan orang yang terungkap dalam sopan santun dan perilakunya. Dan itu disangkutkan dengan bahasa dan sopan santun kedaerahan. Orang Magelang dan orang Yogya di adu diperbandingkan. Harga diri asli daerah tersinggung. 

Kami teman seklas rupanya tanpa kata tetapi sepakat menjadi merasa perlu meningkatkan kesehatian dan melupakan segala perbedaan dari daerah masing-masing. Dan dari diskusi kami yang teringat seorang teman menarik kesimpulan saat itu bahwa perasaan yang halus dan lembut itu mungkin kurang kepekaan, sementara ada perasaan yang kasar kurang lembut, tetapi memiliki kepekaan yang tajam. 

Tidak selalu sejalan antara kelembutan dan kepekaan. Bahkan yang baper dan sumbu pendek itu kepekaanya tidak lembut. Cepat melihat kekurangan teman.

Selama ini banyak saya mengamati ada gaya berargumentasi ala Facebook, WhatsApp, Messenger, Twiter dan SMS.  Memang masing masing mempunyai model dan pola masing masing. Tetapi ada sedikit jelas tebalnya aroma perasaan. Dari segi thema dan bobot pernyataan cenderung emosional, atau curhat, cetusan baper kecewa atau sinisme, kadang sarkasme terhadap nasib diri, atau sindiran politis. 

Sisi kedua gaya argumentasi nya adalah  benar benar gaya SMS, short message - Pesan Pendek. Pesan demikian berbahaya bagi warga maya yang bersumbu pendek.  Tetapi mereka yang bergabung dalam satu grup baik dalam WA atau Messenger, memang dipengaruhi oleh visi misi grup. Namun juga sebaik baik semulia mulia Visi dalam berargumentasai pendek memberi dampak banyak kesalah pahaman atau gagal paham menerima dan merespon pesan. Sebab Perasaan orang banyak bicara disini.

Perasaan yang intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu disebut emosi. Emosi muncul ketika marasa senang, marah, atau takut. Emosi bisa datang dan pergi karena situasi kondisi lingkungan yang berubah pula. Sebab itu bisa berada lama bisa sebentar, seperti ledakan.

Emosi sering dikaitkan dengan kadar peran pemikiran. Sering dikatakan orang emosional kurang menggunakan cara2 yang rational. Padahal emosi sering juga memberi masukan bagus dalam pemikiran untuk mengambil pilihan dan keputusan. Pemikiran bisa berhutang budi pada perasaan.

Dan penting keseimbangan perasaan. Keseimbangan itu dibangun dengan menyadari diri dulu.Sepenuhnya sadar, disetiap waktu, disetiap tempat, siapa aku, sedang apa aku.Dengan siapa aku. Kesadaran itu modal bagi langkah mengendalikan perasaan.

Pengendalian itu sungguh pegang kendali, sadar setiap saat sedang seperti apa rasa perasaan ini. Kearah mana, positip. Harus positip damai setuju dengan situasi dan kondisi nyata ini. Pahami situasi sekitar  Pengendalian diri itu membuahkan sikap tenang dan pengertian terhadap perbedaan orang maupun sudut pandang/pendapat mereka. Dengan demikian juga berfikiran positip dan tidak reaksioner.

Dibanyak tulisan apa yang disebut diatas dikatakan sebagai indikator Kematangan Pribadi. Kematangan orang berperasaan  Sementara ketika saya buka Google, dapat terbaca di http://indosdm.com/kamus kompetensi-kematangan-pribadi-maturity.

Dalam persektifnya sendiri Rita J.Nainggolan dan Frans Budi Pranata dalam bukunya "Personal Success Cockpit"  mengedepankan "Kecerdasan Emosi"  Dan sambil mengatakan lebih pentingnya kecerdasan emosi daripada kecerdasan inteleltual, tetap menyebut managemen atau kultivasi perasaan itu sebagai "Kecerdasan"  Judul pembahasan tentang hal ini ditulis "Kecerdasan Emosi" (Emotional Intelligence).

Banyak penulis baik yang berbicara dalam sudut pandangnya untuk suatu fokus tertentu maupun yang membahas lebih melihat keseluruhan kepribadian kemanusiaan ini mengakui bahwa Perasaan atau Emosi sangat berperan menentukan keberhasilan atau kesuksesan membangun mutu kehidupan. Bahkan sangat telak dikatakan dengan terbitnya buku "Psikologi Raos" oleh Ryan Sugiarto, Raos (=Rasa) dari sistem penalaran lokal di bahas dan diilmiahkan dalam bukunya itu. Saintifikasi Kawruh Jiwa  yang integral disosialisasikan secara panjang lebar agar menjadi konsumsi masyarakat luas lebih daripada hanya untuk orang lokal saja.

Pembelajaran yang saya resapi dari permenungan ini :

Kehidupan dan mutu kehidupan itu sekali tempo tampak dan dapat didekati dari sana sebagai respon terhadap situasinya, sekali waktu tampak dan harus disikapi sebagai energi yang harus diarahkan oleh motivasi nilai.

Maka pesan utamanya yang harus diambil adalah : Pemikiran positip itu awalnya, kemauan baik itu modalnya, ketulusan sikap sederhana itu senyumnya dan ungkapannya.  Itu adalah :

Rasa hati Syukur : Terimakasih.
Rasa Hati penuh Permaafan.
Rasa jiwa penuh Peduli dan perhatian
Rasa siap tanggap dan sungguh Merespon
Mau berbuat merespon pasitif, siap melaksanakan perbuatan kebersamaan menurut kesehatian dan kepatutan. Artinya baru sekarang kita "aku dan kamu" saling menyatakan dan meneguhkan sikap berdialog menjalin komunikasi kasih dan lain2 seterusnya

Demikian permenungan saya yang bisa saya bagikan. Semoga manfaat. Tetapi tolong terima salam hormatku, terimakasihku sudah membaca. Semoga anda bahagia.

Ganjuran, 3 Juli 2018. Emmanuel Astokodatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun