Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelayanan dan Pengabdian

28 Maret 2018   09:33 Diperbarui: 28 Maret 2018   12:40 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
swadayaMANDIRI - WordPress.com

Pidato Bung Karno dahulu sering membakar semangat bangsa dengan kata-kata semacam: Tinggalkan mental kuli, mental budak. Bung Karno menghendaki bangsa bermental Pejuang yang bersemangat Merdeka.

Sebenarnya seorang Paul diabad pertama juga pernah menulis kurang lebih demikian: Tinggalkan semangat budak, tetapi kenakan jiwa seorang anak, karena kerahiman Bapak.

Pada tahun 1970 kakak saya yang tertua mengatakan kepada saya: Mengapa saudara kita semua menjadi pekerja upahan meski berdasi dan pakai mobil, Dat (panggilan saya) jadilah kau boss tuan biar kecil saja.

Pada tahun 1973 -- 1993 ketika saya aktif dalam politik kepartaian, saya mengamati figure-figure pemuka politisi ada banyak variasi dalam penampilan yang mencerminkan mentalnya.

Ada beberapa pemimpin terdepan (meski kadang "maaf, gelembung udara" saja), ada gaya penampilan selalu menjadi orang kedua, ketiga, keempat, tetapi sungguh berpengaruh karena pemikiran, semangat pengabdian dan pelayanannya terhadap warga kelompoknya.

Pada belakangan ini justru terlontar keprihatinan terhadap jiwa mental Pengchianatan terhadap janji kampanye dan/atau sumpah jabatan dengan semangat kerja santai menikmati serba fasilitas duit rakyat, dan menjadi sasaran KPK.

Apabila hal hal tersebut diatas dibahas ini bukan pembahasan agama, sebab pelakunya semua orang beragama, kalau jujur mengakui. Mental bangsa itu berawal dari mental pribadi. Padahal membangun mental bukan perbuatan instan dan sesekali waktu saja. Mental dan sikapnya untuk masing2 pribadi merupakan hasil proses pembiasaan atau pelatihan.

Lalu apa sebenarnya sekarang ini yang kalau ditarik dari ujung sejarah bangsa tadi, yang harus dikerjakan ? Disana dikatakan Semangat jiwa pejuang yang merdeka ? Ada istilah cukup popular juga "Mengisi Kemerdekaan".

Membangun Usaha Industri besar, mendirikan Bank, dan semua bentuk usaha ekonomi akan menyediakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Membangun sekolah dan pelbagai lembaga pendidikan berarti mempersiapkan bangsa dimasa depan. Membangun angkatan perang yang kuat menjaga kemerdekaan dan juga berarti mengisi Kemerdekaan.

Tetapi tidak kalah penting memperhatikan pelaksanaan  Pelayanan publik  yaitu "segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupunjasa publikyang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha milik Negara, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan."(Wikipedia)

Sementara itu ada istilah dan praksis juga yang masih berjalan baik di negeri ini apa yang disebut Pengabdian Masyarakat. "Pengabdian masyarakat adalah suatu kegiatan yang bertujuan membantu masyarakat tertentu dalam beberapa aktivitas tanpa mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun.

Secara umum program ini dirancang oleh berbagai universitas atau institut yang ada di Indonesia untuk memberikan kontribusi nyata bagi bangsa Indonesia, khususnya dalam mengembangkan kesejahteraan dan kemajuan bangsa Indonesia. Kegiatan Pengabdian Masyarakat merupakan salah satu bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi."(Wikipedia)

Apabila lebih jeli kita amati di negeri kita ini boleh bersyukur seperti di dunia pendidikan juga dibidang sosial banyak jenis lembaga swasta sosial dan kesehatan yang berkiprah.  Mereka melaksanakan pelayanan dan pengabdian menunjang apa yang menjadi tanggungjawab Pemerintah.

Pengabdian dan Pelayanan ini bukan karena mental budak dimana ada konotasi Penjajahan. Tetapi Pelayanan dan Pengabdian itu mengisi kemerdekaan dengan jiwa kesetaraan dan sebenarnya bentuk Cinta Kasih tanpa pamrih  saling menghormati saling melayani dan itulah Pengabdian di alam Kemedekaan.

Keduanya bila kita analisa akan terlihat ada beberapa kesamaan :

A. Abdi adalah hamba yang pekerjaannya melayani. Pelayan adalah orang yang tugasnya mengabdi. Abdi = Pelayan . Dan melayani = mengabdi. Penggunaan kedua kata itu hanya merupakan pilihan kebiasaan berbahasa keseharian seperti tampak dari definisi dari Wikipedia. Tidak tampak ada konotasi perbudakan yang generasi sekarang juga sudah tidak merasakan budaya perbudakan.

B. Meskipun demikian disana ada Komunikasi, dialog verbal atau jasa/karya. Itu adalah relasi antar yang kuat kepada yang lemah, ada penyaji kebutuhan dan ada yang membutuhkan,  ada yang lebih kuasa dan yang kurang kuasa, ada yang lebih berada yang kurang berada.

C. Relasi itu banyak dipengaruhi oleh tujuan yang ditentukan sikap mental visi, misi, para pihak yang terlibat.

D. Disana juga sangat mungkin terjadi Motivasi tambahan, berupa kepentingan pribadi ataupun kepentingan kelompok seperti kekayaan, politik, agama dsb

Terhadap Motivasi tambahan ini Pelayanan dan Pengabdian merupakan lahan yang empuk untuk menerima dorongan. Beruntung apabila pengaruh itu akan mendorong kearah dinamika yang positip seperti dari agama yang memurnikan motivasi. Tetapi bila Pelayanan dan Pengabdian kena pengaruh politik pengkotakan, atau agama politis, pengaruh kekayaan, akan sangat dirugikan. 

Pengaruh demikian akan merusak citra moral dari Pengabdian dan Pelayanan yang amanatkan oleh pesan murni dua kata itu : "membantu masyarakat tanpa imbalan" dengan tekanan option for the poor. (lebih lebih bagi yang miskin/lemah/difabel.) Boleh dibayangkan bagaimana pemerintahan tanpa korupsi, tanpa keluh kesah rakyat dengan pelayanan para abdi masyarakat, negara tanpa cemoohan anggota DPR yang malas meski gajinya tinggi.

Ketika Pelayanan dan Pengabdian bisa dipahami sebagai suatu sikap mental yang ideal maka kiranya di Indonesia ini masih sangat harus diusahakan oleh semua pihak proses pembudayaan praksis Pelayanan dan Pengabdian itu melalui pelatihan kebijaksanaan dan lebih-lebih keteladanan.

Demikian sekedar renungan menjelang Hari Raya Paskah  Selamat bagi yang merayakan. Semoga semangat Abdullah, Hamba Allah yang baik memberkati anda. Teriring salam hormat saya, maaf tolong diterima.

Ganjuran, Pekan Suci Kristiani 2018. Emmanuel Astokodatu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun