Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kau Sendiri Navigator dan Pilotnya

21 Februari 2018   14:33 Diperbarui: 21 Februari 2018   14:55 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebuah kelompok persahabatan yang saya ikuti beranggotakan 63 orang merencanakan tahun ini mengadakan acara wisata bersama. Dalam program setahun ada tiga macam kegiatan keluar/diluar gedung/lawatan. Ada tiga tujuan yang bisa disatukan yaitu : a. lawatan rekreasi atau wisata biasa, b. lawatan rohani, atau wisata doa, ziarah ke Lourdes Indonesia, c. rekoleksi tahunan/ retret bersama, yang biasanya dilaksanakan diluar daerah sendiri.

Pada pertemuan anggota pleno sebelum terjadi kesepakatan, tim pemandu acara sudah menyiapkan dan menawarkan beberapa alternatip target. Yang jauh dan yang dekat. Dirancang : satu tujuan wisata doa, tempat makan, target wisata hiburan, belanja. Dijelaskan masing masing situasi dan kondisi serta apa yang bisa dinikmati, didapat pada sertiap tempat yang dilalui.

Dengan demikan baru diadakan kesepakatan segenap anggota. Dari pilihan target wisata tahun ini akan diikuti 43 anggota yang menyatakan siap ikut serta. Dengan tawaran, rincian, perkiraan waktu beaya dsb, yang dijadwalkan maka diharapkan pelaksanaan lawatan akan mencapai tujuan dan manfaat yang diharapkan bebas perdebatan di tengah jalan.

Demikian pula pada tahun 1995 saya ikut dalam sebuah Tim Pengembangan Ekonomi Desa disuatu wilayah binaan LSM kami. Saat itu disepakati dusun sasaran yang terdiri dari 7RT, diadakan selalu rapat anggota disetiap RT, lalu rapat pleno dusun yang dihadirkan masing-masing 3 orang dari pengurus-pengurus RT. Target pertama adalah menyusun PETA potensi Dusun.  

Dengan menyusun peta itu yang melibatkan segenap warga, dapat dilihat diperhitungkan oleh semua warga dimana letak potensi dusun, sebagai gambar nyata didepan mata. Semua itu akan memudahkan mendesain program kerja seteliti mungkin. Dan dengan pelibatan warga akan makin menambah motivasi keterlibatan warga. Demikian boleh dikatakan nanti akan menjadi kerja bersama segenap warga.

Dua catatan diatas mengingatkan saya akan tulisan saya beberapa bulan yang lalu tentang Desain Kehidupan. Dalam budaya kita sekarang coach-coach, dan motivator-motivator merancang masing-masing desain-desain kehidupan buat pribadi atau kelompok melalui pelatihan pelatihannya. Kliennya coach /motivator diajak menemukan dirinya dan dilatih melalui desain motivator mencapai target pilihannya. 

Desain merupakan perencanaan dalam pembuatan sebuah objek, sistem, komponen atau struktur. Dalam artian yang lebih luas, desain merupakan seni terapan dan rekayasa yang berintegrasi dengan teknologi termasuk teknologi membantu membangun kepribadian dan peningkatan budaya kemanusiaan.

Peningkatan budaya manusia dimulai dengan perspekstif kedalaman diri meluputi tata batin : Semangat, Fokus, kerja keras dan ketahanan, ketulusan keutuhan diri, percaya diri, kelola akal rasa dan jiwa/roh. Juga tata lahir: kemampuan komunikasi, pengabdian dan kerjasama, dan kepemimpinan.

Tetapi sekarang ini juga ada praksis membuli pemuka agama, ulama atau siapa saja yang sebenarnya diharapkan menjadi suri tauladan kehidupan namun tidak tampak tanda tanda yang diharapkan. Seorang guru spiritual yang saya ikutipun pernah dituntut memberikan tanda tanda. Mungkin para penuntut mengharapkan sesuatu citra yang meyakinkan tentang diri Sang Guru. 

Tiga hari yang lalu saya menulis di Facebook ini :"Ssebenarnya jangan pusing pusing dengan kelakuan ustadt, pastor, pendeta, yang kurang pas, mereka menyampaikan pesan sorga buat kita". Sebenarnya banyak pesan kebaikan tersampaikan tetapi kita saja yang tidak menangkap tanda tanda zaman, dan nilai nilai universal yang ada didalam sanubari setiap insan.

Tanda tanda zaman, butir butir kebaikan bagaikan kata mutiara didalam lumpur, demikian pesan pesan kebaikan tertutup lumpur kemunafikan kebodohan kita. Ibarat pemimpin perjalanan hidup , kita tidak melihat rambu rambu jalan kehidupan. Desain dibuat tetapi petunjuk tidak disiplin diikuti , maka rancangan kerja pasti gagal membawanya sampai ke target tujuan. 

Sebab bukan kata mutiara manapun harus dipahami dimaknai dan dilaksanakan, selain kita sendiri dengan cerdas sebagai navigator penerbangan sekaligus pilot kehidupan sendiri harus melihat dengan cerdas seluruh medan hidup kedepan.

Renungan kecil dari bacaan pagi ini, maafkan saya menulis sebenarnya mau menggurui diri sendiri, mungkin anda bisa menolong kebodohan saya ini, Namun tolong dulu terima salam hormat saya.

Ganjuran, 21 Februari 2018.  Emmanuel Astokodatu..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun