Harapan anak itu mungkin dipertemukan dengan dua sikap orang tua ini :
A. Sikap mencintai, melindungi dan memanjakan
B. Sikap mendisiplin, mengekang, dan melarang.
Masing masing pasti diiukuti anaknya, yang serba berakibat buruk, dengan kemanjaan, atau berontak. Namun tidak mustahil anak dapat mengambil hikmah kedepan secara positip. Saya sendiri masih mengingat bagaimana saya memilih sekolah dan setia sampai lama pada alur pendidikan itu karena saya mau membuktikan saya bukan anak nakal seperti dikatakan oleh ayah dari seorang teman saya demikian sehingga teman itu dilarang bermain dengan saya. Konon kepekaan dan kecerdasan anak di umur "bocah", kanak2 itu umur 12 tahun. Dan "mata pelajaran hidup" bagi seseorang banyak ditimba pada umur kanak-kanak itu.
Pertanyaannya adalah daya dan semangat hidup yang muncul dari harapan harapan itu sungguh dipetik dan dikultivasi dipelihara untuk waktu panjang atau selamanya.? (bagi anak, bagi ortu)
Demikian kita sungguh belajar langsung dari kehidupan kita sendiri sejak dalam keluarga hingga berkeluarga dan selesai purna karya bahkan purna usia.
Maaf, tolong terima salam hormat saya,
Ganjuran, 15 Februari 2018, Emmanuel Astokodatu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H