Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sukacita Kasih dan Cinta

8 Februari 2018   11:47 Diperbarui: 8 Februari 2018   11:57 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

D. William Blake (1757-1827) penulis pelukis Inggris: Barang siapa mengikat kesukacitaan (joy) untuk diri sendiri itu sama dengan mengenakan sayap kehancuran. Tetapi siapa yang mencium Sukacita yang beterbangan dia hidup dalam sinar mentari kekekalan.

E. Anne Lamott  (novelis Amerika +1954): Kedamaian itu sukacita (joy) dalam ketenangan, dan Sukacita (joy)itu kedamaian berdiri diatas kakinya.

F. Kebahagiaan hidup tertinggi bila memperoleh pernyataan suka (to like, to love) demi/atas dirinya sendiri, tegasnya "bila dicintai sebagaimana adanya". (Victor Hugo, Novelis Prancis, 1802-1885)

Psikology Rasa orang Jawa, hal mana saya sebagai orang Jawa sangat dipengaruhi olehnya, membawa pada diri saya kepada Olah Rasa, terhadap Hati, Stimulus, Lingkungan. Olah rasa sebenarnya integrasi fungsi kognisi dan emosi menuju pada intuisi. Maka ketika enam kalimat diatas plus dua pernyataan dua negarawan sebelumnya saya rasa dan rasa, saya melihat bahwa Hakekat, Sifat dan Fungsi benda dan peristiwa itu selanjutnya ditentukan oleh Pemaknaan dan maksud hati manusia. Apalagi perilaku manusia bisa muncul dari kelembutan hati, atau kebebasan selera,atau doa, atau cinta, untuk maksud dan tujuan apa. Sebab itulah pemaknaan dan niat akan memberi nilai benda dan peristiwa serta perilaku.

Maka langkah permenungan atau arah berrenang di danau peristiwa dan contoh perilaku serta opini kita sampai pada Pilihan. Tanpa meniadakan atau menilai negatip/positip lagi terhadap pemikiran pakar terkutip, saya memilih menggeluti Sukacita Kasih yang dibina dalam Keluarga sebagai Sukacita Kasih yang mulia, utuh-digambarkan, dan pantas mendapat perhatian.

Tuhan melalui hukum alam mengkaitkan sukacita kasih yang diberangkatkan dari cinta "amor" dan seksual terhubung denga panggilan alam melanjutkan keturunan. Awal kehidupan manusia dimulai di keluarga. Siapapun saya rasa percaya bahwa setiap awal itu sangat menentukan kelanjutannya dalam hidup ini.

Sukacita termulia adalah rasa dicintai sebagaimana adanya saya. Itulah pengalaman saya dalam keluarga, dicintai oleh ibu, ayah, dan saudara-saudara. Dari mereka saya menjadi tahu Cinta dan mencintai. Belakangan juga saya menemukan pasangan yang saya pilih dari banyak sahabat dan teman, orang yang memilih saya juga, disusul anak anak yang kami cintai dan tetap selalu mencintai saya. 

Itulah Sukacita Kasih dalam keluarga. Pembaca saya kira dapat mengalami sendiri bagaimana kasih dan cinta dibina dalam keluarga, bukan saja lewat pelukan belaian tetapi juga sapa tegor hardik dari ayah bunda kakak saudara serta peristiwa pengalaman pribadi anggota maupun seluruh keluarga. Kita boleh mencatat bagaimana keluarga seluruhnya merasakan tekanan ekonomi dan lainnya. 

Mungkin juga permasalahan anggota keluarga memberi dampak seluruh keluarga. Dalam hal ini mencuat di permukaan apabila permasalahan ada pada krisis hubungan suami isteri, sebagai fondasi kasih keluarga itu. Tidak bisa dibantah faktor lingkungan sering sebagai pemicunya.

Bicara soal lingkungan maka perhatian patut diberikan juga kepada peran media massa. Seperti tauladan orang tua kadang tidak terbaca maknanya oleh anak pada saat itu tetapi mungkin baru setelah orang tua tiada makna terungkap, begitu juga massa media adalah sebagai sarana terbukanya dunia tinggal bagaimana manusia memaknainya sekarang dan kemudiannya. 

Dalam hal ini yang banyak saya amati ialah terlalu dininya anak terlepas dari keluarga yang mestinya cukup waktu seperti telor dieram induknya. Namun juga Yang masih dalam naungannya saja pertumbuhan  dan pengaruh luar sudah membuat perubahan yang banyak orang tua tidak kuasa mengikuti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun