Milikilah pandangan dan pemikiran yang luas, menyeluruh, utuh, tuntas, berbuatlah yang focus, sesuai keterbatasan, dengan kesederhanaan hati, hingga semua selesai.
Dengan sikap yang mendasarkan pada pemikiran luas biasanya anda akan menemukan, memilih tehnik dan atau kiat, method yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan dan pekerjaan yang anda hadapi dalam posisi dan situasi anda.
Sikap itu juga membuahkan penampilan yang elegan, mantab dan menyakinkan, menunjukkan integritas kepribadian. Â Hal itu akan mempengaruhi semangat anda sendiri dan orang lain yang peka membaca situasi. Hal itu mungkin juga akan mengundang partisipasi orang lain yang bisa membantu menyelesaikan target kerja.
Pandangan yang luas dan pemikiran yang jauh memberi bahan banding, membuka kesempatan memilih dan memberi kegembiraan batin yang tidak terkira. Keluasan pandangan memberi pembelajaran orang juga akan perlunya mendalami keseluruhan dari setiap obyek sasaran yang dihadapi. Pandangan yang luas harus didukung oleh segala daya kemampuan orang yaitu nalarnya, perasaannya, daya ingatnya, pendeknya seluruh kecerdasan otaknya, hatinya, jiwanya, emosinya, dari sisi-sisi latarbelakang, kini, dan kedepannya.
Maka pilihannya adalah "Act locally" sesuai dengan urgensi, prioritas kebutuhan dan kepentingan serta nilai nilai semuanya. Dengan itu ada focus kerja untuk efisiensi dan penghematan waktu serta energy dan memberi kegembiraan serta sukacita dalam beraktivitas.
Anehnya dewasa ini, pada zaman dimana ada juga orang yang menyebutnya Zaman Wawasan Global, dimana dengan teknologi informasi yang semakin canggih, dunia semakin terbuka, hanya dengan klik bisa membuka rahasia dunia, masih ada orang yang "Locally thinking dan globally act".Â
Berpandangan sempit, banyak tahu ada diotak tak mau sampai hati dan bertindak tanpa hati. Itulah dosa orang zaman sekarang merasa pinter tetapi bertindak tanpa perasaan dan hati sehingga membabi buta menabrak kesana kemari.
Padahal Adagium Globally thinking Locally act juga membantu saya dalam menyikapi permasalahan sosial yang berkembang akibat pandangan warga yang masal dan cenderung dangkal karena keterbatasan informasinya, atau keterbatasan rasa sosialnya.
Saya baru saja mengikuti sebuah ajakan berdiskusi di Facebook tentang hal yang menyangkut agama. Tegasnya dilontar pertanyaan tentang makna kata domba dan kambing dalam cerita metafora gembala memisahkan dua jenis sasaran penggembalaannya. (Math.25,32-33) Dengan menggunakan cara pandang Globally thinking saya mengingat adanya diskusi public tentang atribut Natal yang diharamkan bagi saudaraku yang Muslim.Â
Dari situ masalah globalnya menjadi anatara budaya dan agama. Bila melihat lebih luas lagi permasalahan didepan di Facebook tadi menjadikan saya berfikir tentang istilah kufur bila diartikan sebagai non Moslem versus kufur yang diartikan tidak beriman.
Disini bukan maksud saya mengajak pembaca artikel saya ini untuk membahas masalah itu semua secara rinci. Tetapi pada kesempatan manapun pun pembaca artikel ini dipersilahkan lagi meneliti bagaimana penanggap/pembahas/dari yang pertama sampai yang terakhir. Ada perkembangan skala dan muatan beropini : biasanya pada pembahas yang kemudian berpandangan lenih luas daripada pembahas awal.Â