Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Refleksi Iman oleh Orang Beriman

28 Maret 2017   09:34 Diperbarui: 28 Maret 2017   18:00 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Penulis merasakan ketika Umat Hindu Bali melaksanakan “catur brata penyepian” (amati karya, amati geni, amati lelungan dan amati lelanguan) sedemikian secara lebih radikal penghayatannya dalam sehari “Nyepi” itu. Umat kristiani tidak mewajibkan tetapi hanya menganjurkan umatnya melaksanakan retret (dari kata re-trahere = menarik kembali) menarik diri dari keramaian dunia sejenak untuk hening dan mendekat pada kekudusan. Dan pada ibadat Gereja harian/mingguan selalu tahapan awal adalah pengakuan dosa / permohonan ampun atas dosanya agar pantas menhadap Hyang Maha Kudus.

Semetara itu bila Umat Hindu Bali menyelenggarakan dalam rangka Hari Nyepi Acara Ngembak Geni. Mulai dengan aktivitas baru yang didahului dengan mesima krama di lingkungan keluarga, warga terdekat (tetangga) dan dalam ruang yang lebih luas diadakan acara Dharma Santi.  Mareka melaksanakan pesan Yadnya untuk mencapai kebenaran. Dalam Yajur Weda XIX. 30 dinyatakan :  Melalui pengabdian/yadnya kita memperoleh kesucian, dengan kesucian kita mendapat kemuliaan. Dengan kemuliaan kita mendapat kehormatan, dan dengan kehormatan kita memperoleh kebenaran. (lihat https://balipedia.id/sejarah-nyepi/)

Refleksi penulis diingatkan tentang gerkan APP (Aksi Puasa Pembangunan) yang mendorong umat untuk mentuntaskan niat ibadat puasanya dengan program kerja nyata dalam pembangunan mental spiritual maupun kemasyarakatan. Hal itu mengesan bagi penulis sebagi suatu tindak lanjut dari suatu ibadat. Dilingkungan penulis suatu semangat pengamalan ibadat sedemikian sehingga mengatakan :  “ibadat adalah suatu tindakan seperti kendaraan yang dibawa ke bengkel untuk dicek dan diisi bahan bakar, sedangkan yang penting adalah kondisi di jalan apakah orang bisa beramal dan melaksanakan hidupnya baik-baik.”  

Bagi Umat Hindu Bali tepat sekali memasuki tahun baru dengan acara dan upacara Hari Raya Nyepi ini. Menurut refleksi saya Perayaan Nyepi memmberi gambaran menyeluruh ibadat yang saya kira sangat utuh dari pertobatan hingga pengamalan pesah hikmah. Maka umat yang lain tidak ada salahnya kita dapat memahami dan mengambil hikmahnya, sambil menunjukkan dan mewujutkan apa yang menurut penulis ini merupakan toleransi serta pengamalan Sila Pertama Pancasila secara luas dan terbuka. Artinya tidak sekedar cuek dan ikut menikmati hari liburnya saja.

Terima kasih Umat Hindu Bali ikut mengawal dan menunjang rasa religiositas saya. Ini refleksi saya.

Salamat merayakan Hari Raya Nyepi, sukses dan tanpa hambatan suatu apa,Ida Sanghyang Widhi Wasa memberkati anda.

Salam hormat saya, tolong terima,

Ganjuran, di Candhi HKTY, menyongsong Hari Raya Nyepi, tg 28 Maret 2017

Emmanuel Astokodatu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun