Anda lupa sila kedua dari Pancasila : “Kemanusiaan yang adil dan beradab.” ? Lupa rumusannya mungkin tidak. Tetapi orang sering lupa konteksnya. Konteks ideal pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Konteks kedua ideal : adil dan beradab. Peradaban macam apa yang sekaligus adil. Saya tawarkan istilah baru saja : Budaya Kasih.
Lawan budaya kasih itu Budaya Hoach. Budaya Fitnah, Budaya Benci, Budaya Sinisme, Budaya membunuh karakter sesama, Budaya Barbar, kehilangan budaya hidup damai bersama…. Apabila Kepala Negara menyatakan Indonesia Darurat Hoach. Dan tentu kita semua juga dapat merasakan. Sebenarnya masih ada beberapa gejala fenomenal dinegeri ini yang secara politis melahirkan sepertinya membudaya budaya hoach mencuat di media masa. (Hoach A slang word used as an insult. Combination of the two words, Hoe and Roach. Dude, you are a Hoach. Mencemooh, merendahkan, mentertawakan.)
Alih alih bicara yang pahit mari kita bicara manis demi pandangan mata yang positif dengan bicara hal Budaya Kasih.
Budaya kasih adalah kebiasaan menghargai martabat manusia. Budaya kasih adalah kebiasaan bersama saling perhatian akan kesejahteraan bersama. Budaya kasih tidak kuat tanpa kebiasaan sadar akan Kasih Tuhan yang selalu mengundang memanggil manusia dengan konsekwen memberi kita sarana prasarana hidup di alam bumi Indonesia ini. Bangsa lain termasuk Raja Salman pun mengakui kebesaran bangsa dan Negara Indonesia ini. Berakar pada Sila Pertama ada rasa syukur yang mendalam dalam konteks kesadaran keindahan kesuburan dan kebesaran bangsa dan Negara kita Indonesia. Dan budaya kasih akan juga didorong untuk memiliki perhatian kepada kesejahteraan bersama. Dan disana karena keterbatasan budaya kasih masih harus ngejawantah dengan sikap peduli dan rela berbagi kepada penyandang kekurangan dan kemalangan hidup berupa kemiskinan, penyakit, difabel dan cacat tubuh atau mental. Apabila itu terjadi berarti terlaksana dan dengan praksis jiwa diteguhkan dalam pengamalan Sila Kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab, pengamalan peri kemanusiaan, pengamalan penghargaan akan martabat manusia. Sebab harkat manusia kendati beda beda asal usul suku ras bangsa bahasa adat istiadat tetap sama bagaikan satu keluarga besar kemanusiaan.
Belajar dari sejarah Budaya dan peradaban, adab dan budaya harus ada yang memulai dan mempelopori. Aktivis kesetaraan gender meng klaim perempuan adalah pemula budaya pertanian. Perempuan-2 ditinggal para suami berburu memelihara sisa sisa makanan bijian dari tengah hutan otomatis memulai budaya memelihara tanaman. Kebudayaan yaitu satuan satuan tersusun systematis dari perilaku manusia, ulangan ulangan upaya mencapai target untuk kehidupannya memang diwarnai oleh situasi lingkungan yang kadang kala hebat melawan kehidupan manusia. Tetapi manusia terus menerus mengupayakan tercapainya target kehidupan kesenangan dan kebahagiaannya.
Budaya Kasih juga sudah secara alami dipelopori Perempuan. Sedari penampungan dalam rahim perempuan, manusia diajar menangkap pesan kasih perempuan untuk hidup manusia. Emosi dan rasa kasih perempuan diterima, dipelajari bakal manusia. Lahirlah dia, didekap dan dihidupi dengan susunya. Dalam gendongan dan awal kehidupan hingga anak manusia dilepas dari asuhan keluarga kasih dan cinta manusia banyak belajar dari Perempuan.
Dewasa ini tanda tanda zaman dan trend kehidupan manusia baik secara global maupun local negeri kita tampak kehilangan sifat kasih dan penghargaan terhadap kemanusiaan. Kepentingan diri dan kekuasaan yang satu terhadap yang lain meraja lela dalam bisnis dan politik. Dan didorong oleh perkembangan teknik komunikasi semuaya menjadi semakin bergerak cepat.
Revitalisasi peradaban dan budaya kasih tidak dapat ditunda lagi. Demi kecepatan perlu gerak cepat disemua sector kehidupan dan semua strata kemanusiaan. Penghargaan kepada martabat manusia melawan trend kekerasan dan politik memaksakan kehendak. Hegemoni mayoritas harus dibenahi dengan prinsip sadar hukum dan keadilan. Kesejahteraan bersama harus ditopang oleh perhatian terhadap yang miskin lemah dan difabel. Kerelaan untuk berbagi rejeki lahir batin harus menjadi program Budaya Kasih. Budaya kasih saja yang akan mampu merevitalisasi peradapan negeri ini bergasarkan Sila Kedua.
Langkah nyata, mungkin kecil tetapi efektip harus segera dimulai. Sekelompok kecil umat katolik minimal di Jateng DIY mulai bln Februari ini siap memulai dengan gerakan Aksi Puasa Pembangunan. Gerakan akar rumput ini tentu akan menjadi kegiatan social yang aneka ragam bentuknya
Setidaknya ada upaya pengamalan Sila Kedua setelah sekian lama tidak terdengar kata “Pengamalan Pancasila”.
Tolong, Pembaca yang budiman, terima salam hormatku.
Ganjuran, 4 Maret 2017, Emmanuel Astokodatu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H