(Catatan peristiwa)
Baru saja selesai setahap proses pengadilan Ahok dengan dugaan Penistaan Agama. Di Pengadilan JPU sudah selesaikan hadirkan saksi saksi yang memberatkan tuduhannya. Bulan Maret nanti akan dilanjutkan Tim Penesehat Hukum Ahok mengajukan saksi saksi yang meringankan Ahok. Sampai disini telah suarakan kekalahan Ahok dan euphoria FPI. Tentu semua pihak boleh menanti selesainya proses dengan harapan masing-masing.
Sementara ini Kedatangan Tamu Negara Raja Saudi Arabia kita saksikan hari ini dan hari hari mendatang ini. Telah diselenggarakan sambutan-sambutan super meriah, acara kebesaran penanda tanganan MOU antara sepuluh menteri termasuk Kapolri semua dengan pasangan bidang kerjanya dihadapan Raja Arab Saudi, Yang Mulia Salman Khadimul Haramain As Syarifain dan Presiden Jokowi. Pada awalnya saya masih sempat menulis menjawab pooling pendapat pro kontra peyambutan meriah. Dan saya tulis : Pro. Kenapa tidak, tak ada alasan menolak. Menyambut meriah itu baik asal ada beaya apalagi penyambutan dan ada aturan protokoler serta nilai diplomasinya. Maka pemerintah ternyata demikian menjadi bagi pengamat pemahaman bagaimana terjalin relasi kenegaraan ini. Dan ternyata sampai malam ini artikel di Kompasiana bukan main padatnya dengan kedatangan Sang Raja Tamu Negara kita.
Kedatangan Raja Salman dari Arab Saudi semakin menyadarkan saya dari ulasan dan tayangan kupasan TV, siapa, darimana, betapa berartinya sebenarnya Raja dan Negara ini bagi Indonesia sebagai NKRI dengan Pancasila kita. Teringat saya akan kunjungan kunjungan Bung Karno ke Negara Negara sahabat selalu membanggakan Pancasila. Arab Saudi dan NKRI Negara mayoritas Islam tetapi bukan Negara Islam Radikal.
Maka dengan mengingat Sila Pertama saya juga hanya memberi catatan untuk diketahui ditengah gempitanya penyambutan meriah, bahwa tg 1. Maret ini kebetulan Permulaan Masa Puasa bagi Umat Katholik, masa persiapan dan pertobatan menyongsong Hari Raya Paskah tahun ini. Umat kristiani melaksanakan pertobatan dan doa ini memang “dalam kamar tertutup” tidak memperlihatkan “ditepi tepi jalan” (istilah Injil).
Didepan saya ada buku karya Tom Jacobs SJ, dengan judul “Paham Allah,- dalam Filsafat, Agama-agama dan Theologi”. Eloknya dikatakan buku ini bukan buku tentang Allah. Tetapi buku tentang manusia yang mencari Allah. Penulis buku ini yang seorang theoloog, mengatakan : “Orang hanya dapat merefleksi imannya sendiri”; padahal Tom Jacobs seorang kristiani. Tetapi dia menulis bukunya adalah refleksi yang metodis dan sistematis, dalam dialog dengan orang beriman dan beragama lain bahkan dengan orang yang menyatakan tidak beragama.(cfr.halaman 13)
Tom Jacobs di halaman 1 menulis bahwa sebelum terbit mengirim teks drafnya kebeberapa rekan diantaranya Romo Mangunwijoyo pr. Romo Mangun menyarankan sebaiknya sebelum buku ini terbit ditulis dulu pertama buku tentang Religius Bangsa Indonesia, dan kedua Tempat Agama Kristiani diantara agama-agama lain di Indonesia. Tetapi kedua buku tersebut diatas belum pernah tampak hingga sekarang. Saya kira kalau ketiga buku itu ada semuanya tentu akan menjadi bacaan berharga khususnya bagi para ahli agama Indonesia dewasa ini dalam memahami situasi kritis dewasa ini juga.
Sila Pertama Pancasila masih sering menjadi kontroversi diantaranya menghadapi radikalisme dan gerakan kekerasan. Minimal Ibu Mega terpanggil masih mengulang pidato Bung Karno berupa pengarahan jangan jadi orang Arab untuk menjadi Islam, jangan jadi Yahudi untuk menjadi Kristiani, dst. Saya sendiri teringat Mgr. Albertus Soegijopranoto SJ. Pahlawan Nasional, yang menasehatkan utuk menjadi Katholik 100% dan Indonesia 100%.
Berharap event event dekat hari hari ini, membawa kepada refleksi mendasar Sila Pertama Pancasila NKRI kita.
Pambaca yang budiman, tolong terima salam hormat saya.
Yogyakarta, 1 Maret 2017, Emmanuel Astokodatu
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI