Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Wacana Senyum dan Senyum Wacana

17 Februari 2017   04:16 Diperbarui: 17 Februari 2017   04:26 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sehubungan dengan sasmita yang harus direspon oleh para “kawula” dimuka aku punya pendapat demikian. Mereka bisa tanggap, rumangsa, merasa/sadar akan adanya sasmita signal kalau kawula itu telah bisa merasa satu dengan rajanya. Kawula itu bisa tanggap sasmita kalau ikut merasa memiliki, merasa ikut membela, dan berani dari kesadaran diri siapa dirinya. Ada keterlibatan pada keseluruhan tetapi bisa melihat diri atau focus pada yang harus menjadi focus.

Bicara pada focus wajah, aku belajar berfokus pada “Senyum”.

Dari sejumlah foto yang saya ambil dari Facebook, sekitar hamper 670 foto aku mencoba baca senyum mereka. Dan aku peroleh senyum iti dalam beberapa kategori ini :

  • Senyum yang ekpresif, bangga, gembira, geli, senang, (180 foto)
  • Senyum yang tanggap, simpatik, memberi respon positip. (122)
  • Senyum yang menanti,menarik perhatian. (120)
  • Senyum yang keheranan, seperti terhenyak, dengan pertanyaan, (67)
  • Senyum yang sinis, sombong, sedikit menghina (95)
  • Senyum yang tertahan, kosong tanpa pesan,  mengesankan rasa terpaksa untuk foto. (85)

Foto ini diambil tanpa memperhatikan nama pemiliknya dan tidak akan dipublikasikan. Tetapi aku peroleh dari sana model senyum dan lirikan mata. Ada banyak pula mimic gaya bibir seperti lepas, atau yang tertahan dan justru seperti sedang mencium. Dengan belajar ini semua aku belum bisa gambarkan wajah senyum raja yang sedang marah……. Karena aku bukan kawula abdi dalem kraton.

Tetapi aku mendapatkan wacana tentang komunikasi non verbal, bahasa tubuh, dimana wajah menjadi bagian atau elemen yang panting dalam komunikasi kita, sehingga pantas orang bilang tentang raut muka senyum dan kerdipan mata sebagai candela hati. Komunikasi hati ke hati terbantu oleh senyuman. Tetapi jangan hanya tersenyum yang diwacanakan, atau senyum wacana. Melainkan  senyumlah selalu sehingga diperoleh respon positip dari mereka yang peka dan tanggap pada inner beauty anda sejalan dengan mulia hati anda..

Dan aku tersenyum sendiri…….menutup tulisan ini.

Salam hormatku, tolong diterima.

Ganjuran, 17 Februari 2017. Emmanuel Astokodatu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun