Ungkapan itu bisa menarik “terjemahan” seperti ini :
Orang kecil bicara orang. (katakan “tetangga”, buahnya gossip)
Orang tanggung omong peristiwa, (katakan itu kejadian, buahnya issue politik, mungkin opini tertentu)
Orang besar bicara gagasan, (buahnya solusi pembangunan)
Secara mudah bisa juga dikatakan, bahwa mendekati gejala, fenomena, orang bisa mengajukan pertanyaan. Apabila cara bertanya atau pertanyaannya yang diajukan kurang pas maka hasilnya bisa tidak menjawab permasalannya dan pemahamannya sangat dangkal. Orang pertama bertanya : Siapa dia ? Siapa tadi yang mengatakannya? Orang kedua akan mengajukan pertanyaanya : Bagaimana kejadiannya ? Bagaimana suaranya pembicaraan? Kapan mulainya,? Orang ketiga bertanya demikian : Apa sebenarnya yang terjadi. ? Mengapa itu bisa terjadi ? Faktor apa yang……? Hal hal apa yang mempengaruhi untuk terjadi ? Yang memulai, yang meakhiri faktor apa.
Apabila mau mencari lagi bukti, ilustrasi, contoh soal, tentang bahas membahas maka silahkan berburu ditulsan rekan Kompasianer ini.
Menghadapi permasalahan harus menggunakan pisau analisa yang tajam. Kupas kasus dan peristiwa seperti menguliti kelapa, dari sabut sekeping demi sekeping hingga memecah tempurungnya, dan peroleh air kelapa dan dagingnya, bersih tertampung dan teriris sesuai kebutuhannya.
Seperti dalam program apa yang harus terjadi dipahami, diukur, diperhitungkan, dilihat dalam kenyataan, demikian dalam menghadapi fenomena dan realita jangan mata dibutakan oleh illusi dan praduga sendiri.
Menguasai permasalahan membuat obyeknya terpecah tetapi jangan terpisah pisahkan. Kita harus masih bisa melihat keseluruhan seutuhnya. Seperti kita melihat ketelanjangan dan masih membawa pakaiannya.
Melihat secara sederhana tetapi tidak menyederhanakannya, tidak melihat dengan menganggap remeh kenyataannya. Sebab melihat benar itu belum selesai, masih harus melanjutkan dengan mensikapi secara benar.
Dan tulisan ini tulisan saya yang ke 699, dalam waktu 7 tahun sejak tulisan pertama tanggal 10 Januari 2010.