Terakhir penulis temukan demikian banyak guru perempuan cinta yang sejati. Yaitu berawal dari gagasan Inner Beauty dari perempuan. Wajah ayu siapapun yang punya yang merupakan keayuan yang terpancar dari perilaku yang mulia, dari kelakuan dan hati yang baik diterima sebagai nilai kemuliaan tertentu. Langkah kedua berangkat dari konsep Cinta diatas tadi Pecinta itu pemberi respon positip terhadap kondisi obyektif, maka penulis mencoba selalu berfikir positip. Sementara itu wajah wajah teman yang penulis kenal cenderung disebut orang baik, maka wajah ayu teman itu layak dianggap pemancar inner-beauty. Hampir setahun ini penulis belajar foto wajah, untuk dicoba dimaknai kemuliaan macam mana terpamcar dari setampang keayuan wajah itu. Keibuankah, keuletankah, kesederhanaan, kejujuran, keindahan kemurnian hati, wajah yang tak bersalah, innocent, atau wajah dengan beban berat. Sebab wajah adalah pintu depan penampilan kita, ketika perempuan memberikan cintanya, wajah dan matanya cermin hati cintanya. Sebearnya ungkapan, curhatan dan atau setiak kata yang keluar dari perempuan, atau ceritanya gaya bahasa, bisa dirunut cinta mereka.
Pembelajaran yang patut disimpulkan : Cinta dari guru kehidupan manapun merupakan proses. Hidup menjadi semakin hidup apabila dapat meng kultivasi Cinta. Dan tak ada orang terlepas / tak terpegang perempuan. Perempuan menghadirkan dan “peng-awal dan pengawal” kehidupan. Perempuan ibu dengan rahimnya buah dadanya dekapannya, hatinya, memberi susu kehidupan. Gerak awal kehidupan diawali di dekapan perempuan-ibu dan dikawalnya hingga dewasa dan bertemu pasangan atau pendampingnya semua itu dalam proses hidup dan belajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H