Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selera, Menulis, Ramadan...

1 Juli 2016   07:16 Diperbarui: 1 Juli 2016   08:34 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Who looks outside, dreams.Who looks inside, awakes. ..pernah saya baca sebagai frase tulisan Carl Gustav Jung. Carl Gustav Jung (IPA: [ˈkarl ˈgʊstaf ˈjʊŋ]) (Kesswil, 26 Juli 1875 - Küsnacht, 6 Juni 1961) adalah psikiater Swiss dan perintis psikologi analitik. Mau melihat lebih jauh.

Sebenarnya saya hanya ingin menulis tentang Selera. Itupun tentang selera makan. Karena saya kagum kepada presenter-presenter yang membahas tentang wisata kuliner. Saya tak bisa bayangkan betapa selera rata rata mereka, sebab bisa memberi komentar demikian dahsyat tentang hidangan yang mereka “kisah”kan.

Ternyata yang muncul dibenak saya : Apa selera saya dalam menulis ? Jujur saya berselera menulis Seputar Ramadhan. Ramadhan adalah moment yang sangat dahyat bagi Indonesiaku. Meskipun saya bukan Muslim, jujur lagi, saya menulis tentang Ramadhan dan Islam dengan berguru kilat ditetangga sebelah. Sebab lagi saya sering menulis : “seandainya saya pendeta saya tulis dari Metheus ayat…” atau : “seandainya saya ustadt saya kutip ayat ini :….” Saya piker saya jujur, bahwa yang saya tulis, sudah saya pikirkan, dan sumberpun saya tahu, sudah menjadi kepahaman saya yang ingin saya bagikan. Bicara soal menulis, jujur, saya membayangkan konsep MEME, yang bisa beranak pinak.

Baru-baru dalam rangka mencari data pendukung suatu konsep saya di artikel ini, saya buka Google yang menunjuk artikel Kompasiana. Pada komentar terhadap artikel rekan kompasianer itu diajukan pertanyaan yang belum terjawab saat itu, “Dari mana sumber tulisan anda ini?” Padahal seandainya saya seperti itu ditanya tentu saya jawab beberapa dipetik dari Kompasiana selebihnya dewasa ini mudah : “mBah Google” atau Googling.

Kembali kepada pembahasan hal Selera. Semula inderawi kita menemukan atau bertemu dengan obyek yang menarik. Obyek itu bisa lebih dari sekedar menarik, tetapi dapat mengundang perhatian dan menuntut respon. Manusia memberi respon. Respon yang positip menumbuhkan minat dan perhatian bahkan menumbuhkan Selera. Selera memupuk Minat dan Perhatian.  Minat, Perhatian berkelanjutan membuat Persepsi,atau bahkan Obsesi, dan Kecenderungan mengulang respon yang sama.  Maka matanglah terjadi Pilihan. Nah semua tersebut barusan sebenarnya mudah kita peroleh dari kesadaran dinamika diri, yang bukan mimpi. Dari proses ulang mengulang sebelum ada ‘pilihan’, daya nalar dan rasa, otak dan hati, masuklah berperan secara lebih mantab. Maka setelah terjadi ‘Pilihan’, dimana pada umumnya atau diharapkan masuk disana pertimbangan suara hati dan pemikiran nalar, barulah pilihan  itu dipertanggung jawabkan dan bernilai moral..

Dalam bergumul dengan istilah-istilah psikologi, yang sebenarnya saya gunakan secara spontan saja, untuk memenuhi kepuasan keilmuan saya kutipkan saja definisi2 ini :

Persepsi (dari bahasa Latin perceptio, percipio) adalah tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan informasi sensoris guna memeberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan.[1] Persepsi meliputi semua sinyal dalam sistem saraf, yang merupakan hasil dari stimulasi fisik atau kimia dari organ pengindra.[2] Seperti misalnya penglihatan yang merupakan cahaya yang mengenai retina pada mata, pencium yang memakai media molekul bau (aroma), dan pendengaran yang melibatkan gelombang suara. Persepsi bukanlah penerimaan isyarat secara pasif, tetapi dibentuk oleh pembelajaran, ingatan, harapan, dan perhatian.[3] Persepsi bergantung pada fungsi kompleks sistem saraf, tetapi tampak tidak ada karena terjadi di luar kesadaran.[2]

  • Sensasihanya berupa kesan sesaat, saat stimulus baru diterima otak dan belum diorganisasikan dengan stimulus lainnya dan ingatan-ingatan yang berhubungan dengan stimulus tersebut.
  • Ambisimenurut The Webstera’s Dictionary adalah keinginan yang kuat untuk  memperoleh kesuksesan  dalam hidup dan mencapai hal-hal besar atau baik yang  diinginkan. Sementara , definesi  Obsesiadalah ide, pikiran, bayangan, atau emosi yang tidak terkendali, sering datang tanpa dikehendaki atau mendesak masuk dalam pikiran seseorang yang mengakibatkan rasa tertekan dan cemas. Lebih jelas  :   
  • Dari Google :  tentang Selera,  

Orang sering mengatakan :  Seleranya tinggi orang ini.  Orang ini dipahami oleh orang lain sedang mengatakan mengakui merasakan sebuah opini, atau buah karya seni yang sungguh bernilai tinggi. Sementara ketika orang membualkan lelucon yang kurang bermutu, saya boleh mengatakan “Selera” orang ini rendah. Selera bisa dinilai dari obyek karena dari obyek tampak juga daya dan dinamika manusia macam apa yang digunakan: otak dengan ketajaman berfikir, atau perasaan rendah yang sedang berperan.

Kita juga dapat menilai selera orang dari persoalan yang dihadapi, apakah orang itu selektif dan sangat terbuka atau tidak peduli pada suatu perbedaan. Disana orang bisa berbeda pilihan, dan itu berbeda selera. Ada saja sebab sebab yang menjadi penyebab berbeda selera, berbeda keinginan berbeda kecondongan. Pun seorang bisa berbeda penilaian didasarkan pada bidang dan tujuan penilaian sehingga seseorang bisa dibaca “Selera” macam apa, seperti dalam berpolitik, berusaha/melakukan bisnis, dsb.

 

Akhirnya  kita dapat mengukur intensitas atau kesungguhan berseleranya, sangat suka,sedang-sedang, atau memang tidak berselera kendati cukup mau atau kadang-kadang suka.

Bulan Ramadhan ini bulan yang penuh peluang untuk memilih, makan tidak makan, istirahat dalam perjalanan di sini, disana, dirumah makan apa. Keputusan banyak diambil berdasarkan selera.

Pada tokoh politik saya boleh mengatakan Jokowi punya selera tinggi terhadap orang kecil, dengan perhatian banyak kebawah, dengan istilah populernya : “blusukan”. Ahok saya melihat punya kepekaan tinggi terhadap pelanggaran norma, responnya cepat maka bisa diistilahkan cepat marah, atau suka marah2. Polisi dan KPK seharusnya punya kepekaan terhadap korupsi dan pelbagai jenis kejahatan sehingga memiliki daya respon cepat dan tepat. Tetapi kepekaan belum bisa dikatakan dan dinilai sebagai selera sebelum kita baca tindakan dan pilihan caranya.

Selera memang bisa menjadi cirri khas seseorang karena selera tumbuh dari keseluruhan pribadi, disposisi orang, latar belakang dan wawasan (visi misi) seseorang terhadap sesuatu atau banyak hal yang menjadi kehidupannya.  Kendati demikian selera adalah sesuatu penghayatan positip, respon suka, dengan perilaku yang khas. Tetapi belum tentu seseorang bervisi tertentu selalu / otomatis konsekwen sehingga tampak seleranya yang sejalan dengan visi itu.

Saya kira suatu ilmu atau methoda pendekatan kearah keutuhan dan kematapan kepribadian banyak di tawarkan oleh motivator/trainer/choach Personal Branding.

Sementar penulis mengaku mempunyai visi ini : Bahwa Keindahan Hidup adalah dinamika damai dan syukur dalam Tuhan, Disana kita harus bertemu sebagai berkah kepada siapa saja, apa saja, termasuk dengan orang yang mau jahat kepada kita.

Tetapi pertanyaan kepada diriku dapatkah saya melakukan pesan John C.Maxwell* ini :

“Satu kata yang paling tidak penting: saya
 Satu kata yang paling penting: kita
 Dua kata yang paling penting:  terima kasih
 Tiga kata yang paling penting: semuanya sudah diampuni
 Empat kata yang paling penting: apa pendapatmu tentang ini?
 Lima kata yang paling penting: kamu telah lakukan dengan baik.
Enam kata yang paling penting: saya ingin MEMAHAMI kamu lebih baik.”

Selamat menyongsong hari Idul Fitri 1437H.

*)  John Calvin Maxwell is an American author, speaker, and pastor who has written many books, primarily focusing on leadership. Titles include The 21 Irrefutable Laws of Leadership and The 21 Indispensable Qualities of a Leader. WikipediaBorn: February 20, 1947 (age 69), Garden City, Michigan, United States.. Education: Azusa Pacific University, Ohio Christian University.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun