Pernikahan suci itu berlaku sepanjang hidup. Sementara itu seperti contoh cerita bocah diatas yang sudah memperiapkan diri hamper 11 tahun, memilih mengundurkan diri, maka saya himbau kepada 13 pasang anak muda didepan saya itu untuk juga mengurungkan niatnya menuju kejenjang pernikahan, kalau tidak yakin uantuk berjanji menjadi orang baik untuk sepanjang hidupnya.
Tetapi ada anak muda yang berceletuk : “Saya berani dengan pertolongan Tuhan.”
Langsung saya petik peluang ini : “OK banget berarti anda menangkap inti dan tujuan pertemuan kita untuk membahas topic : membangun iman dalam keluarga.”
Bicara soal pertolongan Tuhan, kita tidak bisa hanya sesekali waktu kita membutuhkan. Sebab kehidupan ini bagi kita masing2 “selamanya” sepanjang hidup kita. Beriman adalah masalah hubungan kita dengan Sang Pencipta. Dan kita “kenal baik” tidak dengan Dia?. Mana mungkin ada hubungan baik minta tolong segala, kita sekedar kenal-kenalan saja.
Kita kenal betul sepanjang hidup dan setulus hati sering berkomunikasi dan pendengar suara petunjukNya. Itu iman yang mencerahkan dan mencerdaskan manusia sehingga kita bisa melihat petunjukNya kadang Kehadiran PengaruhNya dalam setiap situasi.
Bahasa sehari hari untuk iman, percaya, serah diri, bagi saya adalah Hidup semakin cerdas, santai tapi rasional, teliti setiap situasi, atur strategi kebutuhan, ikuti hokum kepatutan dan kesantunan, yang sederhana dan ugahari.
Gaya hidup sederhana dan ugahari, bukan rasionalnya ilmu filsafat dan teologi tinggi, tetapi keberanian untuk maju.
Salamku hormatku
Emmanual Astokodatu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H