Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membangun Pola Dasar Kebersamaan

28 Juli 2015   13:03 Diperbarui: 11 Agustus 2015   20:48 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 [caption caption="gambar1"][/caption]

Pokok Pikiran/Substansi :

Pola dasar Kebersamaan adalah cetak biru tentang kebersamaan yang diambil dari pelbagai praksis proses kebersamaan dalam kehidupan.
Cetak biru proses hidup bersama disini maksudnya adalah hal-hal yang patut mendapat perhatian, ketika kita harus hidup bersama dalam kegiatan. Hidup bersama berproses dimulai dari cara pendekatan, menentukan target tujuan, aktivita hingga evaluasi semuanya dalam kebersamaan.
Kebersamaan dalam hidup kita hayati dalam kenyataan, yang disadari bahwa kita tidak pernah sendirian, tetapi tanggungjawab pribadi sendiri menjadi factor inti dari tanggung jawab bersama. Setiap anggota kebersamaan harus menyadari tanggung jawabnya terutama daripada haknya dan fasilitasnya.
Kita perlu mencari dan menemukan Pola Dasar Kebersamaan untuk membangun kebersamaan tetapi juga untuk mendapatkan sikap pribadi yang pas dari pengalaman dalam hidup bersama untuk kebersamaan selanjutnya.

Terhadap Pola Dasar Kebersamaan itu selanjutnya bisa ditindak lanjuti dengan Tindak lanjut permenungan perbaikan dan aktivitas nyata..
Apabila kita kembali berfikir tentang Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas, 2 Mei) bulan ini saya masih prihatin tentang Tanggapan para guru terhadap Permendikbud No.21/2015 Tentang Penumbuhan Budi Pekerti rupanya sama harus disikapi dengan Komunikasi intensip dan Kebersamaan. Nampaknya Penumbuhan Budi Pekerti masih mendapat variable tanggapan dan kecurigaan terhadap arah budaya bangsa. Pola Dasar Kebersamaan dilingkungan pendidikanpun rupanya harus terus dibangun demi kepentingan pendidikan nasional bangsa sebelum berulang terjadi kasus seperti di Tolikara.

Sumber aspirasi artikel ini :

1. Catatan Sejarah Filsafat, seorang Sokrates, abad pertama sebelum masehi, guru “academia” pertama, mengatakan metoda pengajarannya disebut : “mayetika”. Maksudnya guru membidani kelahiran ilmu pada diri muridnya. Pengetahuan sudah ada pada muridnya, guru membantu melahirkannya.
2. Pengalaman praksis sebagai motivator tani dengan methoda memetakan perencanaan bersama para petani, memancing gagasan-gagasan dan pengalaman tani untuk merancang program kerja mereka berdasarkan suka duka praksis yang sudah mereka alami dan membahas bersama dibantu pemolaan dan sistematisasi dari motivator.(1990-2010 bersama SPTN HPS Yogyakarta) Pengalaman yang sama dipraktekkan pada pembinaan kepemimpinan organisasi kepemudaan..(th.1973-1990 Yogyakarta).

3. Terbitnya 2012, Business Model You, oleh : penulis Tim Clark bekerjasama dengan Alexander Osterwalder dan Yves Pigner dengan Penulis Pendamping 328 pelaku kerja dari 43 negara. Edisi Bahasa Indonesia oleh Penerbit PPM Jakarta 2012, 248 halaman. Buku ini mengatakan : Metode Satu-Halaman untuk Menemukan Kembali Karier Anda. Dari buku ini saya mendapatkan peneguhan terhadap Wacana Sokrates dan pengalaman-pengalaman pribadi sendiri dalam bekerja sama dengan banyak potensi dalam kebersamaan.

4. Kompasiana, Topik Pilihan (Admin)

 

Paparan dan Pembahasan
Empat sumber aspiratif diatas semoga bisa ditangkap pesannya yang aplikatip untuk praksis. Meski nilai inspratif dari artikel ini diharapkan, tetapi ingin dicoba segera dipetik manfaat untuk siapa saja baik kelompok maupun pribadi yang belajar dari kebersamaan.
Hal-hal yang patut menjadi perhatian dalam kebersamaan itu idealnya ditemukan, digali, diambil dari praktek/pengalaman nyata dari pribadi lebih-lebih yang terlibat dalam kebersamaan itu.

Metode yang sudah sering digunakan dalam musyawarah kebersamaan, diantaranya membahas bersama dengan acuan :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun