Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ramadhan dan Refleksi Nasional untuk Habitus Baru

4 Juli 2015   17:18 Diperbarui: 4 Juli 2015   17:18 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mencoba mereka-reka gagasan menghadapi realita nasional dalam melihat peluang adanya Gerakan Iman dan Moral berkenaan Ibadat Puasa Umat Muslim yang mayoritas di Indonesia. Maka timbul pertanyaan mengandung harapan: Mampukah Indonesia move on dan tampil baru …. mengatasi proses pemiskinan karena globalisasi dan sekularisasi, ruang public yang tuna adab, rawan konflik, korupsi, kekerasan dan perusakan lingkungan hidup.???
Ramadhan sebagaimana telah saya bahas pada tulisan sebelum ini merupakan bulan Gerakan Iman dan Moral serta budaya, dimana mayoritas melakukannya dengan motivasi terpadu dari aspek privat maupun publik dari aspek ibadat maupun budaya dan multi peran serta kegiatan.( http://www.kompasiana.com/astokodatu/catatan-seorang-pembelajar-fenomena-dalam-bulan-ramadhan_5591dd29317a611c1055d5d1)
Keprihatinan nasional meliputi :
1. Ruang public yang tuna adab karena salah urus, dan proses pemiskinan karena globalisasi dan sekularisasi. Penggunaan IT yang semakin pesat dan cepat berpengaruh pada budaya bangsa yang seperti “terkejut”, seperti prostitusi online, dan dari atas sampai bawah, seperti pula saya bahas sebelum ini. (http://www.kompasiana.com/astokodatu/prostitusi-online-mesum-itu-indah-nan-tak-elok_5588ee14c3afbd3508c75b56)
2. Korupsi, kekerasan dan perusakan lingkungan hidup.
3. Suasana politis yang masih rawan konflik antar kelompok dan lembaga Negara, buah persilatan politik Pilpres sebelumnya..
Keprihatinan tersebut diatas seperti arus air deras membawa sampah dan mendekati penyumbatan yang pasti berlanjut dengan banjir dan peluapan air berlimbah sampah melimpah……
Gerakan Iman dan moral dimimpikan.
Biasanya gerakan iman dan moral itu dilakukan oleh sedikit orang menghadapi atau dibanding sekian lipat jumlah dari yang tidak melakukan atau bahkan melawannya. Gerakan akhirnya harus berhasil mengajak keseluruhan demi kebersamaan. Tetapi pada bulan Ramadhan ini mayoritas saudara Moslem yang sedang mood untuk bergerak. Dan dalam kolektivitas komunitas, eksponen yang memiliki integritas tinggi dapat menjadi menara mercusuar petunjuk arah warga sekitarnya.
Modal dasar kepeloporan umat Islam dewasa ini : “ Saya catat “Hikmah” Puasa :
1. Puasa merupakan media untuk mensyukuri nikmat,
2. puasa mengantar kaum muslimin menuju takwa.
3. puasa mengendalikan syahwat.
4. puasa akan melahirkan rasa cinta, kasih sayang dan kelembutan kepada orang miskin atau kurang mampu.
5. puasa memiliki kekuatan untuk mengusir setan” (http://www.kompasiana.com/astokodatu/catatan-seorang-pembelajar-fenomena-dalam-bulan-ramadhan_5591dd29317a611c1055d5d1)
Kondisi dan disposisi tersebut diatas sangat kondusif untuk membentuk gerakan moral menyeluruh dan mendasar yang saya pinjamkan istilah “Habitus Baru”. Habitus baru itu pada dasarnya adalah gugus insting individual, kolektif, yang membentuk cara merasa, cara berfikir, cara memahami, cara mendekati, cara bertindak dan cara berrelasi seseorang atau kelompok.
Gugus insting kita perlu selalu diperbaharui. Habitus Baru yaitu gugus insting yang lebih di dasarkan pada iman harapan dan cintakasih sehingga tercipta kondisi yang konduksip untuk ketakwaan, pembebasan/pemerdekaan martabat manusia dan pelestarian keutuhan ciptaanNya. Dan diupayakan keseluruhan umat dan warga terlibat dalam kebersamaan. (sumber:”Baruilah seluruh muka bumi”. DKP.KAS 2006.Tidak ada larangan naskah ini disebarluaskan dlm bentuk apa saja).
Habitus baru sejauh itu tentu tidak berbeda dengan Semangat Roh dalam berpuasa. Dan Ramadhan kini saatnya bersama berupaya demi kedamaian manusia dihadapan Tuhan, sesama dan dalam pelestarian semua ciptaanNya.
Salam damai Selamat Beribadat Puasa.
(Artikel ini sekedar Catatan tambahan untuk dua artikel saya sebelumnya tersebut pada link diatas)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun