Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Impian Akung Menjadi Penulis Lansia

12 Oktober 2012   03:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:54 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akung itu nama diri. Tidak penting, sebab siapapun dia ini ceritanya tentang pembaca peristiwa dan penulis tua seusia Dian Kelana, Wahyu, Adi Priatna, Astokodatu, kompasianers tua-tua Desa Rangkat.

Akung itu nama pemberian cucunya yang bermaksud mengundangnya Eyang Kakung. (Kakek)

Dalam renung merenung sendirian Akung teringat saat dia harus secara nyata terdukung memimpin sebuah perusahaan, selanjutnya di periode berikutnya terpilih menjadi ketua cabang sebuah parpol, dan secepat itu pula dipilih menjadi wakil rakyat. Semua "jabatan", funksi atau peran itu dihadapi, diterima, disandang dan laksanakan bukan dengan semata kemahiran keilmuan yang pernah diupayakan secara formal. Tetapi segala yang Akung miliki dan mampu lakukan diuji di asah di asuh dan dikasihkan untuk menghadapi kehidupan didepannya.

Akung belajar berusaha, berpolitik, bertani, berternak, berrelasi dengan semua kawan, dan belajar dengan berkomunikasi, bergaul dengan mereka yang pinter cerdas dalam kehidupannya. Itu berarti bergaul dengan pengusaha, penguasa, rakyat arif jelata. Bergaul itu melayani, berbagi dan belajar dari mereka.

Katanya belajar, tetapi tidak berarti bersedeku, mata melotot dan membuat catatan. Belajar dewasa belajar cerdas itu sambil berbuat, jatuh bangun, tekun dengan hati yang tetap berbunga.

Bunga hati pertama : Learning by Doing dan do always the best.

Bunga hati kedua : Sadar dan coba tahu betul tugas dan peran yang disandang.

Bunga hati ketiga: Rendah hati, tahan direndahkan, mampu dihandalkan.

Bunga hati keempat  : Tabah tegar pasti selalu sabar mencari tahu

Bunga hati kelima : Punya impian dan terus bermimpi... (gila!)

Akung saat ini merenung-renung, direnungi dirinya seperti mau menjadi wartawan dan penulis di ujung umur diambang lanjut usia. Mimpi apa Akung Tua itu.?

Menulis di Kompasiana tidak dituntut seketat Menulis Artikel di Kompas.

Di Kompasiana terbuka kanal lebih variatip baik opini yang prosa maupun fiksi dan puisi. Artikel Kompas lebih tegas terbuka luas untuk opini ilmiah popular, pergulatan pemikiran dari seorang ahli atas masalah yang sedang berkembang di masyarakat.

Akung berbahagia di Kompasiana menjadi pembelajar dan pegulat pemikiran sesuai visi, yang Akung miliki dan mampu laksanakan untuk hadapi pelbagai masalah yang sedang berkembang di masyarakat semampu Akung tangkap dalam segala keterbatasannya.

Masalah yang berkembang dimasyarakat adalah semua kegembiraan dan keprihatinan, harapan dan kecemasan keluarga, tetangga, lingkungan dan siapa yang ditemui sehari-hari. Pemikiran pengolahan penganalisaan dan pembelajaran itulah yang bisa dibagikan kepada semuanya. Dan bagi anda semua yang sudi membaca tulisan ini. Jadi jangan Akung kuatir kehabisan aspirasi.... Sebab ada Visi dinamis, Mimpi yang tak kunjung henti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun