Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar dari Politik Negeri Kita....

17 Februari 2012   04:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:33 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setelah melihat, mendengar, membaca, bahkan berdiskusi tentang carut marutnya tata kelola negeri kita ini,apa yang bisa kita perbuat untuk diri kita……?

Apa tidak salah bertanya ? Biasanya barang siapa sudah berani melihat dan mengarahkan pemikiran ke masalah sosial termasuk politik tidak lagi berfikir untuk diri sendiri tetapi berlanjut pada kegiatan apa untuk sasaran. Bukan begitu ?

Menjawab pertanyaan ini kita memang perlu menyadari bahwa ada banyak pengambil sikap dan sikap terhadap politik. Bisa saja ada:

1. Warganegara yg tidak tertarik soal politik. Sampai mereka tidak ikutserta dalam proses Pemilu. Mereka ini juga tidak membaca hal terkait politik. Pokoknya Pasif , apalagi aktif dlm salah satu organisasi . Bahkan tidak punya pikiran apapun soal politik

2. Warganegara pengamat, yang dalam bentuk apapun tidak tertarik soal2 politik. Jadi juga tidak aktif atau terlibat dalam proses2 politik. Tetapi sering-sering juga berfikir soal politik, tetapi kurang mendiskusikan atau sharing.

3. Warganegara Aktif yang memperhatikan hal2 politik. Mungkin pula berpartisipasi, punya visi & pendekatan jelas soal politik. Hanya memang kurang aktif, mau diajak tetapi tak mau mengajak orang lain, tidak mau menonjol, terbatas menjadi bagian kelompok besar.

4. Warganegara yang bersemangat. Dia mungkin mendirikan kelompok politik dan proaktif. Minimal orang ini siap berpartisipasi dengan baik dan memiliki arah jelas. Disamping itu memiliki ketrampilan politik, mengembangkan ide politik dan kebijakan publik. Dia mungkin memang sedang memiliki tanggungjawab dalam pelaksanaan penyelenggaraan negara dan pengambilan keputusan politik.

Warganegara yang keempat ini yang menjadi ‘selebritis politik’ dan ditampilan dalan infotainment politik.

Membicarakan politik dan negara sebenarnya tidak jauh dari pembahasan tentang tatakelola yang baik yang mengarah pada tujuan, sumberdaya dan sistem serta pelaksanaannya.

Kita perlu jeli baik dalam hal-hal yang jelas-jelas sudah melembaga, atau itu baru menjadi sekedar kebijakan sesaat maka tentu sorotan mengarah kepada sifat yang berkenaan dengan :


  1. Legitimasi, dasar hukum dsb
  2. Relevansi, misalnya kebijakan tertentu memang diperlukan
  3. Kohenrensi atau keserasian satu sama lain lembaga atau kebijakan
  4. Efektifitas dan efisiensi lembaga dan sistem kerja
  5. Kesinambungan atau keberlanjutan
  6. Impacts menunjukkan keluasan pemerataan kemanfaatan yang dibuahkan.

Dengan Tata kelola yang dibangun atas dasar kebijakan dan kelembagaan yang demikian, didukung oleh SDM yang kompeten tentu bisa dicapai pemerintahan yg baik. Sebab Tata Kelola yang baik merupakan Ilmu seni menyatukan proses perencanaan, koordinasi, rentang kedali penggunaan sumberdaya dan sistim serta mekanisme kerja untuk mencapai tujuan yang disepakati bersama dalam batas2 etika nilai dan prinsip hidupbersama.

Pemerintahan yang baik memiliki ciri kurang lebih :


  1. Dapat melibatkan sebanyak mungkin warga sebatas sistem yg dipakai
  2. Berkiblat pada kesepakatan dan kepentingan umum
  3. Keuangan dipertanggungjawabkan secara nyata
  4. Terbuka terbaca oleh umum
  5. Tanggap keadaan dan masukan
  6. Serba mengena dan penuh dayaguna
  7. Serba serasi (luwes) serta mampu menampung dan menyelesaikan masalah, tantangan dan harapan warga.
  8. Hukum memimpin, aturan ditaati, digunakan kebijakan yang strategis. ( Without a strategy the organization is like a ship without a rudder (Joel Ross and Michael Kami, Business authors and consultants. )

Nah setelah kita menerima ‘infotaintment politik’ ini,apa tetap di posisi warganegara pertama, kedua atau menjadi ketiga, atau bahkan keempat. ? (Pemilahan yang kasar) Namun memang kita perlu memposisikan diri bila mau menjawab permasalahan awal. Setujukah anda pada “budaya cuek terhadap res publika. (kepentingan umum)” ? Dan apakah itu karena berita dan situasi politik nyata yang jenuh dengan hal yang memuakkan rakyat ...?

Padahal ada orang bilang : “Tidak memilih padahal sadar menjadi warganegara itu sebenarnya sudah berpolitik. Orang Yunani bilang: Zo’on politikon. Semua kita pada dasarnya adalah oknum politik.”

Saran Opini penulis : Bangunlah kembali bangsa ini melalui pendidikan dini dalam keluarga sendiri untuk anak bangsa penerus generasi dalam kejujuran, semangat cinta-kerja dan kerjasama menuju kebebasan terhadap penjajahan dari koruptor konsumerisme

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun