Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Begadang di Gardu Ronda

13 Agustus 2010   10:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:04 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di bulan Ramadhan ini saya senang ikut bergadang di gardu ronda. Saya ragu apa saat ini masih pada setia menjalankan ronda. Tetapi gardu ronda enak untuk kongko-kongko. Omong kesana kemari. Gardu ronda RT 06 dusunku baru dibangun bagus dikaitkan dengan gudang kekayaan RT. Beaya mencapai limabelas juta. Ditambah kegotongroyongan masyarakat.

Baru hari kedua bulan puasa, Bang Wita ketua Rt-ku jam 12 malam membangunkanku untuk duduk omong kosong di gardu. Kemudian datang pak Harjo, Bang Kemat dan Mas Guru, yang bergelar "SPd" sebab kapanpun namanya disebut jangan dilupakan dibelakangnya ada tambahan SPd.yaitu Sarjana Pendidikan. Pembicara utama selalu Bang Wita, sebab memang orang senang bicara, sering diundang sebagai MC pada resepsi dan kondangan. Bahkan tiga hari yang lalu berbangga kepadaku bahwa dia sudah di booking untuk bicara memberi pengajian di 7 tempat. Waktu itu untuk menulis di Kompasiana bulan Romadhan ini, saya minta diberi ayat ayat sakti untuk topic yang saya mau sajikan. Sayangnya dia bilang angka-angka ayatnya banyak lupa kendati dia hafal melafalkan isi arti dan mau dibawakan untuk apanya.

Mulailah babak pertama seminar gardu ronda RT 06, Dk VII, Desa Sumbermulia..........(maaf, karena saya bukan panitia dan bukan moderator jadi topic ini tak dapat saya cegah, agak jorok). Dimulai oleh Bang Kemat kepada Bang Wita dan semua saja "para peserta seminar ini".

== Gimana ya Bang, perubahan waktu makan membuat saya agak kacau seharian, karena paginya saya belum bisa buang air....

== Barang yang masuk malamnya belum selesai diolah kali.. (teman2 mulailah beri tanggapan)

== Apa lagi saurnya penuh semangat ya......

== Tentu takut kagak kuat bertahan sampai saat berbuka kali...

== Seharian itu kacaunya bagaimana ? -- tanya Bang Wita

== Perut rasa sesak, kuatir ditempat kerja atau dijalan tiba-tiba datang panggilan alam.... Kan kuatir aja. Pokoknya kalau kampung tengah belum beres dari pagi, kerja jadi kagak enak deh Bang.

Rupanya Bang Wita mulai keluarkan sifat-sifat kearifan seorang pengkhotbah :

== Nah itulah, dibulan Ramadhan ini kita mesti melatih seluruh tubuh lebih lebih jiwa kita. Buang kotoran jiwa itu yang penting. Kita meshi belajar lagi tentang diri kita tubuh dan jiwa. Buang jauh-jauh kotoran jiwa raga kita......

Sayapun mulai tersentuh untuk ikut ambil pembicaraan.

== Ya betul itu. Dan buang kotoran itu memang perlu perhitungkan waktu, tempat dan cara yang pas. Kalau begitu badan kita nanti segar bugar. Sabar aja nanti dapat puasa seminggu semua tentu tertata..... butuh waktu untuk perbarui diri.

Entah diseling dengan omongan lain dan ketiduran ternyata segera terdengar suara ........saur, saur, saur, ........................... rekaman saya hentikan......

(bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun