Mohon tunggu...
Asti Sundari
Asti Sundari Mohon Tunggu... Lainnya - Berfikir adalah salah satu cara bersyukur telah diberi akal. Sebab keunggulan manusia dari akalnya.

Nikmatilah proses yang ada, karena setiap proses yang dilalui mengajarkan banyak hal.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kenapa Bucin dalam Pernikahan Dimarginalkan?

9 Agustus 2022   13:02 Diperbarui: 9 Agustus 2022   14:18 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tergelitik dari salah satu cuitan tokoh perempuan di Indonesia, seorang penulis yang terkenal Kalis Mardiasih yang mengomentari tweet seseorang yaitu @Greschinov atau Erlangga Greschinov bertuliskan di akun twitter-nya. 

Di twitter nya @Greschinov menuliskan "Aku melihat pernikahan itu komposisi cintanya cuma 10%, 90%-nya adalah komitmen, kerja sama, ibadah kepada Allah, ekonomi, kompromi, prinsip, cara berpikir dan hubungan dengan keluarga besar," begitu tulis Erlangga.

Namun hal ini membuat seorang Kalis mengomentari cuitan dari Erlangga.

"Kenapa ga semuanya 100%?, bucin 100%, komitmen kerja sama dan kerja fafifu lainnya juga 100%," tulis @maridiasih.

Aku yang awalnya setuju dengan Erlangga menjadi berpikir ulang, apakah bisa hidup bersama sampai tua tapi tetap bucin?

Mungkin bagi sebagian orang merasa akan setuju dengan pendapat Erlangga dengan hasil testimoni para orang tua yang bertahan sampai detik ini bukan karena cinta.

Bahkan orang tua dulu di nikahkan tanpa pacar-pacaran jadi image cinta dalam pernikahan semakin diragukan keberadaannya.

Semua kembali pada pilihan kita masing-masing, mau bucin setelah nikah atau enggak yang menentukan adalah diri kita dan pasangan, mau diberi warna apa hubungannya.

Apakah hanya hubungan sebatas ikatan, kamu punya kewajiban aku punya kewajiban atau hubungan yang di bumbui dengan romantisme receh yang penting bahagia.

Kedua sudut pandang yang berbeda ini tentu saja diakibatkan oleh pengalaman hidup yang berbeda, pendidikan yang berbeda membuat keduanya berbeda pendapat.

Tapi disini kita bukan mencari mana yang salah dan benar, sebab yang harus menjawab pertanyaan bahwa pernikahan itu bisa bucin atau enggak adalah diri kita sendiri.

Diri kita sendiri yang harus menciptakan hubungan pernikahan yang diimpikan seperti apa, tentu saja jangan lupa berusaha untuk menggapainya. Karena butuh effort dan perjuangan yang tinggi untuk menggapainya.

Hal ini juga terjadi antara aku dan sahabatku soal pandangan tentang berapa anak yang harus di miliki, tentu saja jawaban kita berbeda, referensi dan dasar kita berdua memang berbeda.

Tapi itu adalah pilihan masing-masing bukan? setiap orang punya mimpi, goals yang berbeda-beda. Intinya jangan membenarkan pendapat kamu dengan oranglain.

Tapi Mbak Kalis dengan berkomentar seperti itu membuka perspektif baru buat oranglain, bisa ko 100% bucin pas udah nikah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun