Mohon tunggu...
Asti Sundari
Asti Sundari Mohon Tunggu... Lainnya - Berfikir adalah salah satu cara bersyukur telah diberi akal. Sebab keunggulan manusia dari akalnya.

Nikmatilah proses yang ada, karena setiap proses yang dilalui mengajarkan banyak hal.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Kisah Pilu Anak-anak di Era Digital

25 Juli 2022   11:25 Diperbarui: 25 Juli 2022   20:17 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Anak Nasional diperingati pada tanggal 23 Juli, sudah berlalu beberapa hari lalu sejak tulisan ini ditulis. Namun, disaat hari anak nasional diperingati oleh banyak anak di Indonesia kisah pilu anak-anak masih saja kerap terjadi, entah anak yang menjadi korban orang dewasa atau kasus anak dengan anak kembali. Kisah pilu anak-anak khususnya dijaman digital saat ini sangatlah menakutkan bagi kebanyakan orangtua, karena dimudahkannya akses informasi sehingga kontrol orangtua kepada anak saat mengakses informasi sangatlah sulit.

Belakangan terjadi banyak peristiwa mengejutkan dimana sekelompok anak membuat konten menabrakkan diri ke depan truk, atau yang baru-baru terjadi bulyying anak di sekolah sampe kehilangan nyawa korban, padahal ini dilakukan oleh teman sebaya. Dalam menghadapi era digital saat ini kita tidak bisa menentukan siapa musuhnya, anak-anak harus dilindungi dari siapa, bahkan orang terdekat anak bisa saja menjadi pelakunya. 

Perlindungan anak belum mampu sampai pada titik aman apalagi dengan perkembangan digital, perlindungan anak harus mulai disesuaikan dengan kondisi saat ini. Bukan berarti anak-anak tidak diajarkan tentang teknologi, dijauhkan dari teknologi karena hal itu bukanlah solusi dan akan menghambat perkembangan anak kedepan. Namun, yang harus diajarkan pada anak adalah rasa tanggung jawab dalam mencari informasi, mengelola informasi dan memahami mana yang bersifat entertaiment, mana konten yang berbahaya, mana yang edukatif dan bisa dicontoh. 

Memberikan pemahaman bahwa tidak semua di dalam video benar atau salah namun alangkah baiknya tidak mudah mempercayai informasi yang belum tentu sumbernya. Namun sebelum mengajarkan hal-hal diatas pada anak-anak, sebagai orangtua kita harus menerapkan hal-hal tersebut ke dalam diri sendiri. Mengajarkan bukan tentang menuntut anak untuk paham dan melakukannya sendiri tapi malah tidak ditemani oleh orangtuanya. Alangkah lebih baik dibarengi dengan memahami bersama, saling belajar satu sama lain. 

Kisah pilu yang terjadi dimasa lalu semoga menjadi pembelajaran bagi kita semua, bahwa anak adalah generasi penerus bangsa ini. Maka harus diberikan yang terbaik agar anak-anak berkembang dengan baik dan penuh tanggung jawab dengan masa depannya. Memahami anak sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai perasaan, pikiran dan pendapatnya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun