Mohon tunggu...
Asti Sundari
Asti Sundari Mohon Tunggu... Lainnya - Berfikir adalah salah satu cara bersyukur telah diberi akal. Sebab keunggulan manusia dari akalnya.

Nikmatilah proses yang ada, karena setiap proses yang dilalui mengajarkan banyak hal.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Kesetaraan dalam Rumah Tangga Siti Khadijah dan Kesetaraan Cinta Simone

7 September 2021   12:20 Diperbarui: 7 September 2021   14:39 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membahas seputar perempuan selalu menjadi hal menarik yang membuat saya ingin mendalami bagaimana karakter perempuan dan mengapa dirinya selalu saja menjadi objek dan korban dalam setiap lingkungan masyarakat. Bahkan kelebihan perempuan selalu menjadi senjata untuk melemahkan perempuan. 

Apalagi kalau bukan masalah rahim, vagina dan keperawanan. Banyak perempuan yang terjebak dalam hubungan tidak sehat karena tubuhnya seolah-olah menjadi beban untuk dirinya sendiri, tapi tidak dengan laki-laki. Konstruk pemikiran seperti ini yang membuat perempuan dilematis dalam menghadapinya, padahal laki-laki pun mempunyai beban yang sama. 

Namun, masih banyak permpuan yang merasa minder untuk menyuarakan pendapatnya.

Tanggungjawab tubuh perempuan dan laki-laki sama, hanya saja ada beberapa bagian-bagian tubuh yang berbeda namun itu tidak mengurangi rasa tanggung jawab kedua belah pihak dalam menjaganya. 

Kita sebagai perempuan harus percaya diri untuk diri kita sendiri, selalu optimis dalam situasi apapaun toh kebahagiaan diri kita ada ditangan kita. 

Maka kita berhak menyuarakannya untuk diri kita. Setiap perempuan memiliki keinginan berbeda dalam mimpinya sebagai perempuan, tapi mimpi itu jangan dibatasi karena alasan oranglain, tapi harus dari diri kita sendiri. Perempuan seperti sebuah makhluk yang terus terikat dalam kehidupannya, setiap langkah kakinya selalu dipertanyakan dan dibatasi. 

Bagaimana tidak pemahaman masyarakat terkait perempuan masih banyak yang jauh dari kemajuan padahal banyak pahlawan-pahlawan perempuan yang sudah berjuang untuk hak perempuan contohnya Dewi sartika dan RA Kartini, dua srikandi yang telah membawa perempuan pada taraf yang setara dalam dunia pendidikan. 

Namun masih banyak masyarakat yang berpikiran bahwas sekolah tidaklah penting karena pada akhirnya kodrat perempuan dirumah, mengurus anak. 

Di jaman yang modern dan dengan banyaknya teknologi saat ini, masih ada masyarakat yang terjebak dimasa lalu, padahal jaman sudah berganti, kebiasaan sudah mulai berbeda.

Bagaimana tidak, perempuan masih dibatasi dalam ruang geraknya tidak dapat di ekspos kecerdasannya bahkan kehilangan  arah atas eksisteni dirinya sebagai manusia. 

Perempuan seolah makhluk yang dipenuhi dengan aturan-aturan tapi laki-laki tidak. Setiap ruang geraknnya perlu meminta persetujuan orang-orang disekelilingnya. 

Padahal sudah jelas perempuan sama dengan laki-laki adalah manusia yang diciptakan tuhan dengan akal yang sama. Perempuan selalu saja menjadi objek kekerasan, objek yang harus dikendalikan tanpa melihat bahwa potensi yang dibawa perempuan sangatlah kaya. 

Pernah kamu mempertanyakan mengapa kamu diciptakan menjadi Perempuan? Mempunyai ruang gerak yang terbatas dan cita-citanya hanya menikah. Menikah dengan laki-laki yang mempunyai harta berlimpah dan menggantungkan kehidupan di tangan laki-laki tersebut ?. 

Aku pikir itu bukan impianku aku punya mimpi banyak sekali, apalagi diera modern ini perempuan harus lebih agresif dalam memegang prinsip kehidupannya. Menentukan jalan dan cita-citanya sendiri. 

Aku sangat iri pada perempuan-perempuan hebat diluar sana yang mampu mendedikasikan dirinya untuk saling menjaga sesama perempuan.

Teringat pada kisah siti Khadijah seorang perempuan pengusaha besar yang berstatus janda beliau adalah idola perempuan muslim, bagaimana tidak kepintarannya mengelola keuangan menjadikan dirinya sangatlah dikagumi dan belum lagi keberlimpahan hartanya. Siapa gerangan laki-laki yang mampu menaklukan hati perempuan hebat ini. 

Ditawari harta berlimpah tentu saja tidak bisa sebab dirinya pun mempunyai harta yang berlimpah, sikapnya yang ramah dan baik sungguh mengagumkan bahkan banyak orang yang sangat menyukainya. Kelimpahan harta tidak membuat siti khadijah sombong, sebagai pengusaha perempuan dirinya ringan tangan kepada sesamanya. 

Jika kita melihat status Siti Khadijah sebagai janda, bukankah kita sering memandang perempuan janda dengan pemikiran Negatif padahal siti kihadijah dulu seorang janda sebelun Nabi Muhammad Saw menikahinya. 

Tidak ada yang menginginkan perceraian namun, jika dipertahankan membuat kesengsaraan dan berakibat menyakiti diri sendiri maka bercerai menjadi sebuah pilihan. 

Rasulullah saw sangat mencintai Siti Khadijah bagaimana tidak istri yang mendampingi dirinya dalam suka maupun duka dalam berdakwah adalah beliau yang sangat ia cintai.  

Sebagai sepasang suami istri mereka saling bekerjasama dan saling bahu membahu mengurus rumah tangga bersama, tidak ada yang mersa Super didalam rumah tangga beliau mereka hanya menjalankannya dengan bergotong royong.

Apakah karena Rasul seorang laki-laki lantas tidak mau mencuci baju, atau menjahit karena dianggap bukan pekerjaan laki-laki?. Atau ketika Siti khadijah menjadi pengusaha apakah Rasul sangat minder dan Siti Khadijah merasa paling Superior di dalam rumah tangga tersebut, karena mempunyai penghasilan besar?. 

Tidak, keduanya bekerjasama satu sama lain saling menghargai pendapat dalam menciptakan rumah tangga yang harmonis. Kecintaan Rasul terhadap Siti Khadijah membuata aku iri begitu beliau tidak dapat melupakan kekasihnya walaupun sudah tiada. 

Beliau selalu menjamu dan ramah bila kerabat istrinya bersilaturahim walau sudah tiada, dan beliau sangat bergembira. Romantisme yang terjadi antara keduanya menorehkan kisah cinta yang hangat.

Disisi barat aku menemukan cinta yang sangat menakjubkan, seorang filsuf perempuan yang mungkin beberapa pernah mendengar namanya bahkan sebagian belum pernah mendengarnya atau mereka tidak tahu bahwa filsuf tersebut adalah seorang perempuan. 

Ini membuatku takjub dari kisah panjang sejarah Filsafat, akhirnya menemukan seorang Filsuf perempuan yaitu Simone De Baeuver adalah seorang filsuf eksitensialisme yang berfokus pada masalah perempuan dan kekasihnya Jean Paul Sartre namun tidak mempunyai ikatan apapun selain ikatan pengetahuan dan cinta. 

Aku mengaguminya karena walupun berbeda jenis kelamin mereka mampu menciptakan posisi setara soal pengetahuan dan potensi sebagai manusia. 

Mereka berdua sering berdiskusi membicarakan banyak hal terutama soal perempuan. Simone menciptakan banyak karya besar, tulisannya bisa dicari, buku-bukunya banyak di produksi. 

Kedua kisah yang menurutku mempunyai kebudayaan yang berbeda pula. Namun yang harus digaris bawahi adalah kesetaraan nilai yang dapat diambil dari kedua kisah itu. 

Islam tidak pernah melabelkan sebagai agama yang maskulin, hanya saja banyak para ustadz yang tidak menerima tentang kesetaraan di dalam islam. 

Mencontoh kepada Rasulullah saw bagaimana sikap dan perlakuan beliau kepada istri-istrinya. Tidak ada alasan bahwa istri wajib melayani suami, sedangkan suami tidak wajib melayani istri. Tidak ada alasan istri wajib membersihkan rumah sedangkan suami tidak. Bukankah suami istri itu ibarat pakaian seperti dalam surat Al Baqarah : 187 dimana suami istri saling melengkapi dan menutupi satu sama lain? Maka kesetaraanlah jawabannya.

Seorang perempuan yang telah melakukan seks pra nikah akan menjadi perempuan yang mempunyai stigma negatif dimasyarakat, namun masyarakatpun masih tabu dalam membahas seks. Mereka hanya mengatakan bahwa seks itu salah tanpa memberi penjelasan yang jelas. 

Membicarakan seks tabu tapi menyalahkan ketika rasa pengetahuan mereka akhirnya berlari pada video porno. Membicarakan hal-hal sensitif seperti ini sebenarnya perlu bersama orangtua, agar anak tidak salah kaprah dalam mengartikan seks sehingga akhinya terjerumus dalam sebuah keadan dilematis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun