Perempuan seolah makhluk yang dipenuhi dengan aturan-aturan tapi laki-laki tidak. Setiap ruang geraknnya perlu meminta persetujuan orang-orang disekelilingnya.Â
Padahal sudah jelas perempuan sama dengan laki-laki adalah manusia yang diciptakan tuhan dengan akal yang sama. Perempuan selalu saja menjadi objek kekerasan, objek yang harus dikendalikan tanpa melihat bahwa potensi yang dibawa perempuan sangatlah kaya.Â
Pernah kamu mempertanyakan mengapa kamu diciptakan menjadi Perempuan? Mempunyai ruang gerak yang terbatas dan cita-citanya hanya menikah. Menikah dengan laki-laki yang mempunyai harta berlimpah dan menggantungkan kehidupan di tangan laki-laki tersebut ?.Â
Aku pikir itu bukan impianku aku punya mimpi banyak sekali, apalagi diera modern ini perempuan harus lebih agresif dalam memegang prinsip kehidupannya. Menentukan jalan dan cita-citanya sendiri.Â
Aku sangat iri pada perempuan-perempuan hebat diluar sana yang mampu mendedikasikan dirinya untuk saling menjaga sesama perempuan.
Teringat pada kisah siti Khadijah seorang perempuan pengusaha besar yang berstatus janda beliau adalah idola perempuan muslim, bagaimana tidak kepintarannya mengelola keuangan menjadikan dirinya sangatlah dikagumi dan belum lagi keberlimpahan hartanya. Siapa gerangan laki-laki yang mampu menaklukan hati perempuan hebat ini.Â
Ditawari harta berlimpah tentu saja tidak bisa sebab dirinya pun mempunyai harta yang berlimpah, sikapnya yang ramah dan baik sungguh mengagumkan bahkan banyak orang yang sangat menyukainya. Kelimpahan harta tidak membuat siti khadijah sombong, sebagai pengusaha perempuan dirinya ringan tangan kepada sesamanya.Â
Jika kita melihat status Siti Khadijah sebagai janda, bukankah kita sering memandang perempuan janda dengan pemikiran Negatif padahal siti kihadijah dulu seorang janda sebelun Nabi Muhammad Saw menikahinya.Â
Tidak ada yang menginginkan perceraian namun, jika dipertahankan membuat kesengsaraan dan berakibat menyakiti diri sendiri maka bercerai menjadi sebuah pilihan.Â
Rasulullah saw sangat mencintai Siti Khadijah bagaimana tidak istri yang mendampingi dirinya dalam suka maupun duka dalam berdakwah adalah beliau yang sangat ia cintai. Â
Sebagai sepasang suami istri mereka saling bekerjasama dan saling bahu membahu mengurus rumah tangga bersama, tidak ada yang mersa Super didalam rumah tangga beliau mereka hanya menjalankannya dengan bergotong royong.