Membahas seputar perempuan selalu menjadi hal menarik yang membuat saya ingin mendalami bagaimana karakter perempuan dan mengapa dirinya selalu saja menjadi objek dan korban dalam setiap lingkungan masyarakat. Bahkan kelebihan perempuan selalu menjadi senjata untuk melemahkan perempuan.Â
Apalagi kalau bukan masalah rahim, vagina dan keperawanan. Banyak perempuan yang terjebak dalam hubungan tidak sehat karena tubuhnya seolah-olah menjadi beban untuk dirinya sendiri, tapi tidak dengan laki-laki. Konstruk pemikiran seperti ini yang membuat perempuan dilematis dalam menghadapinya, padahal laki-laki pun mempunyai beban yang sama.Â
Namun, masih banyak permpuan yang merasa minder untuk menyuarakan pendapatnya.
Tanggungjawab tubuh perempuan dan laki-laki sama, hanya saja ada beberapa bagian-bagian tubuh yang berbeda namun itu tidak mengurangi rasa tanggung jawab kedua belah pihak dalam menjaganya.Â
Kita sebagai perempuan harus percaya diri untuk diri kita sendiri, selalu optimis dalam situasi apapaun toh kebahagiaan diri kita ada ditangan kita.Â
Maka kita berhak menyuarakannya untuk diri kita. Setiap perempuan memiliki keinginan berbeda dalam mimpinya sebagai perempuan, tapi mimpi itu jangan dibatasi karena alasan oranglain, tapi harus dari diri kita sendiri. Perempuan seperti sebuah makhluk yang terus terikat dalam kehidupannya, setiap langkah kakinya selalu dipertanyakan dan dibatasi.Â
Bagaimana tidak pemahaman masyarakat terkait perempuan masih banyak yang jauh dari kemajuan padahal banyak pahlawan-pahlawan perempuan yang sudah berjuang untuk hak perempuan contohnya Dewi sartika dan RA Kartini, dua srikandi yang telah membawa perempuan pada taraf yang setara dalam dunia pendidikan.Â
Namun masih banyak masyarakat yang berpikiran bahwas sekolah tidaklah penting karena pada akhirnya kodrat perempuan dirumah, mengurus anak.Â
Di jaman yang modern dan dengan banyaknya teknologi saat ini, masih ada masyarakat yang terjebak dimasa lalu, padahal jaman sudah berganti, kebiasaan sudah mulai berbeda.
Bagaimana tidak, perempuan masih dibatasi dalam ruang geraknya tidak dapat di ekspos kecerdasannya bahkan kehilangan  arah atas eksisteni dirinya sebagai manusia.Â