Kadang sebuah kondisi membuat seorang perempuan harus bekerja, karena ia sadar hidup didunia ini tidaklah segampang dalam dongeng atau drama korea. Ada juga yang memang merasa nyaman dengan bekerja dan itu adalah keinginannya. Tapi tidak semudah itu bagi perempuan untuk bekerja, apalagi ketika ia harus bertemu dengan banyak laki-laki yang tidak ia kenal sepenuhnya.Â
Perempuan rawan dalam mendapatkan pelecehan ketika bekerja, inilah tantangan terberat perempuan dalam bekerja. Ironisnya tak banyak yang sadar bahwa perempuan terkadang merasa terlecehkan oleh sikap, tutur kata dan perlakuan laki-laki. Kadang jika atasan atau koleganya yang berkata seperti itu, mereka harus rela berpura-pura baik-baik saja hanya untuk tidak membuat keributan dan menjawabnya dengan senyuman.
Hal tersebut sungguh memperihatinkan kita sebagai perempuan, yang membuat ruang gerak kita terbatas padahal kita sebagai manusia mempunyai hak untuk memilih hidup dalam ruang Publik. Jika saja hal-hal tersebut tersebar diberita, maka yang menjadi sorotan adalah perempuan dan si laki-laki entah kemana. Tidak jarang perempuan sendiri menghujat dengan sangat menyakitkan padahal dirinya juga seorang perempuan.
Kata Pelakor dilabelkan untuk perempuan yang menjadi selingkuhan para lelaki hidung belang, padahal yang mendua hatinya adalah laki-laki itu, mengapa perempuan yang harus menanggung salah lelaki tidak bertanggung jawab diluarsana. Kita harus lihat semua secara utuh, jika saja laki-laki tidak membenarkan nafsunya dan mampu menjaga hatinya maka wanita secantik dan se seksi apapun tidak akan dapat menggoda hatinya.Â
Kata pelakor juga dilabelkan kepada perempuan yang merebut pacar seseorang yang menjadikan mereka putus hubungan. Semua terjadi tidak begitu saja, pasti ada sebab musababnya jangan hanya salahkan perempuannya tanpa perempuan itu, tetap saja laki-lakimu akan berselingkuh dengan perempuan lain.
Label janda pun kerap kali digambarkan seorang perempuan penggoda karena kesepian tanpa ada seorang laki-laki disampingnya akibat dari cerai dengan suaminya. Padahal tidak semua janda dapat merujuk pada perempuan penggoda, sehingga jika dikatan janda definisnya langsung pada pelabelan negatif.Â
Dan penggambaran ini diakibatkan dari media dan budaya patriarki yang seolah bahwa hidup itu selalu berpusat di laki-laki saja. Dan sesama perempuan juga ada yang berkelahi hanya demi satu orang laki-laki yang masih banyak stoknya di muka bumi ini.
Kalo perempuan memakai make-up katanya buat menarik para lelaki, atau melakukan perawatan agar laki-laki betah didekatnya. Memakai baju seksi juga agar menarik perhatian para lelaki, lalu menjadi perempuan shaleha juga agar mendapatkan lelaki shaleh. Memangnya hidup ini hanya tentang laki-laki saja.Â
Masih banyak ratusan alasan kenapa perempuan mau bermake-up, kenapa perempuan ingin menjadi shaleh. Dan kalau ada perempuan yang tidak suka dandan maka laki-laki bilang tidak bisa mengurus diri, atau perempuan  bisa masak untuk laki-laki juga. Apakah kita tidak boleh memilih mana yang ingin dan tidak untuk dilakukan?. Apakah semuanya harus beralasan laki-laki?
Perempuan harus survive harus lebih kuat dibandingkan laki-laki karena kadang kenyataan tidak berpihak pada perempuan, diremehkan, diberi label negatif, lalu di beri perlakuan kasar, bahkan sampai dipukuli hal yang sering perempuan alami. Jika dunia ini tidak cukup baik untuk kamu, maka perempuan lainnya harus mampu menjadi sandaran agar kita masih bisa bernafas dan bersandar dipundak perempuan lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H