Beredarnya video kekerasan dan aksi pemukulan dari seorang senior kepada juniornya di beberapa perguruan tinggi kedinasan (PTK) merupakan cerminan nilai pendidikan di negeri ini. Sangat memperihatinkan memang,namun masih tersimpan harapan di kawah candradimuka tersebut.
Landasan didirikan dan dikembangkannya PTK di setiap departemen, merupakan sebuah cita-cita untuk menciptakan aparat pemerintah yang profesional di bidanya, sehingga akan mampu menjalankan profesinya kelak dengan maksimal.
Namun, hal tersebut berbanding terbalik dengan keadaan dan paradigma yang berkembang di masyarakat. beragam kasus pemukulan mulai terkuak di beberapa PTK pada akhir-akhir belakangan. satu hal yang akan menjadi pertanyaan adalah pendidikan dan pembinaan macama apakah yang diberikan kepada calon pemimpin bangsa tersebut?, dididik untuk menjadi aparat pemerintah yang keras, ataukah aparat yang tegas dan mengerti hukum. bila dilihat hal tersebut sangat jauh berbeda. jika hal ini terus dibiarkan, dan setiap PTK terus membungkam agar "bangkai gajah" yang mereka simpan rapat- rapat, maka jangan salahkan aparat pemerintah sekitar 15 - 20 tahun mendatang adalah aparat yang cenderung keras dan otoriter, yang tidak menerima masukan apapun dari bawahannya, apalagi dari rakyat.
Jangan salahkan taruna - taruna tersebut, karena mereka adalah hasil dan korban dari sistem yang telah dibangun sebelum mereka. Mereka hanyalah objek dari "pembinaan dan pendisiplinan", yang mereka ketahui hanya "nikmati dan jalani, dari pada ngeluh, malah kena hajar sama senior". Dan yang terpenting, orang tua, pacar, keluarga, teman-teman, dan mereka sendiri pun merasa "bangga" dengan status "taruna" atau apapun yang mereka miliki, meski sakit dan luka membiru tetap bersarang dibalik seragam mereka yang "gagah".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H