Mohon tunggu...
Astiella KarinaFrasta
Astiella KarinaFrasta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

Hobi saya menulis

Selanjutnya

Tutup

Bandung Pilihan

Akankah Banjir di Kawasan Cekungan Bandung Terhenti atau Malah Menjadi Separuh Kehidupan Warga?

7 Juli 2023   09:15 Diperbarui: 7 Juli 2023   09:19 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wilayah Cekungan Bandung merupakan wilayah yang sering terjadinya banjir. Kepala Pelaksana Badan Pengelolaan Cekungan Bandung (BP Cekban) yakni Tatang Rustandar Wiraatmadja mengatakan bahwa terdapat tiga faktor yang memengaruhi banjir di wilayah tersebut yaitu pertama, kawasan Perkotaan Cekungan Bandung secara tipologi berbentuk seperti cekungan, di daerah dataran datar memiliki peluang banjir sangat besar atau biasa disebut daerah retensi banjir. Kedua, semakin berkembangnya pembangunan perumahan dan dibangun pertanian-pertanian bermusim yang tidak sesuai dengan kondisi tanahnya di daerah resapan air, yang mengakibatkan pengendapan air di hilir sehingga menjadi sedimentasi (proses pengendapan). Ketiga, terjadi penyumbatan tanah untuk permukiman di badan-badan sungai hilir, yang menyebabkan sungai semakin sempit.

“Di Jawa Barat ini banyak sekali nama daerah yang pake nama Ranca ya, jadi kan memang daerah dataran Bandung ini di bawahnya itu yang di bawah perbukitan di tengahnya itu memang daerah banjir, daerah istilah ilmiahnya daerah retensi banjir, daerah tempat air berparkir gitu ya,” jelas Tatang. “Karena manusia malah mendiami tempat air. Jadi bukan air yang mendatangi manusia, tetapi manusia mendatangi air. Permukiman banyak dibangunkan di daerah-daerah ranca tadi,” tambahnya.

Daerah Cekungan Bandung meliputi Kawasan Inti yaitu Kota Bandung dan Kota Cimahi serta Kawasan Sekitarnya yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan 5 Kecamatan di Kabupaten Sumedang. Dikutip dari artikel website itb.ac.id yang berjudul “Peneliti Belanda Ungkap Geologi Cekungan Bandung dan Potensi Riset di Masa Depan” dengan narasumber spesial dari Netherlands Enterprise Agency, Dr. Rien A.C. Dan, menyampaikan bahwa Cekungan Bandung ini merupakan daerah yang spesial karena salah satu yang paling menarik adalah endapan danaunya. Endapan danau purba ini terdiri atas material lepas berukuran lempung, danau, pasir, dan kerikil yang bersifat tufaan serta mengandung sisipan breksi. Hal ini bukan hanya di Jawa Barat saja yang spesial dan unik, tetapi di Asia Tenggara juga karena hanya sedikit tempat di Asia Tenggara yang memiliki sifat-sifat geologi dan geohistori. Namun karena hal ini, tentu pasti ada hal negatif salah satunya banjir. Banyak daerah yang sering terkena banjir yaitu di daerah yang cekungannya terendah seperti di Kecamatan Baleendah, Bojongsoang, Rancaekek, Dayeuhkolot, Ciparay, Majalaya, Cibaduyut dan Kab. Bandung.

Kisah Warga Cibaduyut

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Asep Darmawan (50) merupakan warga asli yang sudah sejak lahir tinggal di Cibaduyut Kidul. Kesehariannya yang berjualan nasi dan lauk bersama istrinya Rani (55) di gerobak pinggir jalan perbatasan Kota dan Kabupaten Bandung. Namun sangat disayangkan ketika musim hujan terjadi, banjir menggenangi seluruh kawasan Cibaduyut terutama di bawah jembatan layang atau flyover tol Cibaduyut yang cukup tinggi hingga sepinggang orang dewasa.

“Airnya kesini gede pembuangan dari Cibaduyut kota kesini semua. Dari mana-mana kesini turunnya, tumpahnya kesini. Kalau hujan duluan dari sana besar, kesini banjir. Jadi turun gitu, walaupun disana hujan disini ga hujan ya airnya turun kesini,” Jelas Rani. “Emang struktur tanahnya menurun Cibaduyut ini arahnya ke Citarum,” tambah Asep.

Daerah yang sudah bertahun-tahun terendam banjir ini salah satu penyebabnya yaitu drainase yang tersumbat karena sedimentasi dan sampah yang  menjadi penyebab utamanya. Ketika banjir terjadi Asep beserta istrinya tidak berjualan seharian dikarenakan gerobaknya yang sulit dikendalikan, makanan jadi tidak higienis, dan juga kemacetan lalu lintas yang tidak terkendali. 

“Kalo jualan bapak libur yang jualan semua disini juga yaudah pada pulang. gaada pemasukan, kan pada pegang roda, semua pada ngapung. Kalo dipegangkan nanti tumpah,” jelas Asep. Masyarakat hanya bisa melihat keadaan disana, karena jika banjir terjadi maka lalu lintas mengalami kelumpuhan. Sehingga akses jalan raya di perbatasan ini tidak bisa dilalui oleh kedua arah. “Ya paling masyarakat disini cuma bisa ngeliatin, sebagian anak-anak ya kalo ada yang susah nyebrang ya dorongin motor gitu,” tambah Asep.

Setiap terjadinya banjir, pemerintah selalu turun ke lapangan jika sewaktu-waktu banjir tidak kunjung surut dan meninggi. Ketika selesai surut pun terdapat dari petugas khusus dari kelurahan yang jumlahnya 5-6 orang di setiap kelurahan yang turut membantu warga membersihkan lumpur dan sampah hasil dari banjir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun