PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) merupakan Lembaga Pendidikan yang dikhususkan untuk anak usia dini, yaitu sekitar usia dibawah 6 tahun, dimana pada masa ini merupakan masa ke emasan (golden age) dimana anak mulai peka dan sensitif untuk menerima rangsangan, anak diharapkan mampu untuk mengembangkan potensi dalam hal sosial dan emosionalnya agar anak dapat berinteraksi dengan lingkungannya serta memunculkan kesiapan anak dalam belajar.Â
Namun dalam praktiknya terdapat beberapa PAUD yang dalam pelaksanaannya masih menekankan anak pada kemampuan akademik yaitu seperti membaca menulis dan menghitung (calistung).
Apa aja sih faktor yang menyebabkan hal ini terjadi?
Faktor-faktor yang menjadi penyebab dari masalah ini terjadi adalah saat seleksi memasuki sekolah dasar anak dituntut untuk dapat membaca, menulis dan menghitung, faktor penyebab lain yaitu orangtua,Â
orang tua menganggap bahwa anak sebelum masuk sekolah dasar maka harus bisa membaca menulis dan menghitung, jika pada jenjang Pendidikan PAUD ini anak belum bisa membaca, menulis dan menghitung otrang tua akan berpikir "kenapa anak saya belum bisa membaca menulis dan menghitung?" dan menganggap anak memiliki keterlambatan.Â
Padahal dalam teori tahapan perkembangan yang dijabarkan Jean Piaget dikatakan bahwa saat usia anak memasuki PAUD yaitu sekitar 5-7, atau bisa dikatakan pada tahapan pra-oprasional (2-7 tahun) masa ini anak mulai berkembang kemampuan bahasanya walaupun kemampuan berpikirnya masih statis. Anak-anak belum siap untuk terlibat dalam operasi mental logis dan berpikir abstrak.
Karena seharusnya calistung ini diajarkan untuk anak sekolah dasar, maka jika halnya anak usia dibawah 6 tahun diajarkan calistung ini akan berdampak atau berakibat fatal karena anak-anak kehilangan periode emasnya dan masa bermainnya sehingga anak kehilangan semangat dalam belajar karena menganggap pelajaran tersebut sangat sulit dan tidak menyenangkan. Secara psikis anak akan mengalami tekanan karena harus menguasai materi dengan cara yang tidak disukai anak.
Anak akan merasakan bosan, jenuh dan malas saat belajar serta sekolah karena anak merasa adanya tekanan pada otaknya yang terforsir untuk belajar calistung membuat anak kelelahan.
 Ini juga akan mempengaruhi kecerdasan mental anak, misalnya, membuat anak tidak mampu menunjukkan emosi yang tepat dikarenakan pengendalian emosi intrapersonalnya terganggu, sulit menunjukkan empati, mengalami gangguan konsentrasi, gangguan komunikasi anak baik dengan teman seusia maupun dengan orang yang lebih dewasa, gangguan perilaku misalnya ketidakmandirian anak, serta ketidakpercayan diri, dapat beresiko strees, depresi dan gangguan mental pada usia remaja hingga dewasa lainnya.Â
Gangguan-gangguan tersebut menyebabkan anak menampilkan kemampuan akademik di bawah potensi standar anak dibuktikan dalam jurnal pada hasil penelitian dengan adanya perbandingan prestasi belajar siswa yang mendapat calistung lebih rendah dari pada siswa yang tidak mendapat calistung di PAUD, sebagian resiko itu baru muncul dan berdampak dalam jangka waktu panjang yaitu ketika anak memasuki usia remaja hingga dewasa.
Jadi solusi dalam penerapan pembelajaran yang dianggap paling tepat untuk anak usia dini adalah dengan model bermain karena kegiatan bermain jauh lebih efektif untuk mencapai tujuan dibandingkan dengan proses pembelajaran instruksional, dengan bermain anak mengenal aturan, bersosialisasi, menempatkan diri, menata diri, menata emosi, toleransi, kerja sama, mengalah, sportif dan sikap-sikap positif lainnya.Â