Oleh
Asti Diah Maharani
Dosen Pengampu : Puput Iswandiyah Raysharie,SE., ME
Pengantar Ekonomi Mikro, Universitas Palangka Raya
Pendahulan
Supermarket modern, hypermarket, dan minimarket, yang sedang disambut oleh banyak kelompok, telah menggantikan pasar tradisional di negara ini. Menurut hasil penelitian oleh A.C. Nielsen (2005), pasar modern Indonesia tumbuh sebesar 31,4% per tahun, sedangkan pasar tradisional Indonesia menurun sebesar 8% per tahun. Temuan Kementerian Koperasi dan UKM dengan PT Solusi Dinamika Manajemen (2005) menunjukkan bahwa pasar kontemporer telah melampaui pasar tradisional. Perbedaan utama antara pasar modern dan pasar tradisional adalah nilai daya beli yang menurun. Hasil dari studi Solfres (2002) tentang perbandingan antara pasar tradisional (pasar basah) dan pasar modern di Hong Kong juga menunjukkan bahwa meskipun pasar tradisional terus mendominasi, ada penurunan jumlah konsumen pasar tradisional.
Penurunan tenaga kerja pasar tradisional sebagian besar disebabkan oleh hadirnya kerja pasar modern. Hampir semua pasar tradisional Indonesia disiksa oleh masalah pasar internal, seperti manajemen pasar yang buruk, penjualan dan keuntungan yang sangat rendah, pasar tradisional berfungsi sebagai alasan untuk tindakan balas dendam, kehadiran pedagang kaki lima (PKL) yang menghalangi peserta pasar reguler, dan kekurangan dana yang tersedia untuk pasar tradisional. Trend ini tidak secara signifikan mempengaruhi pasar modern. (Suryadarma et al, 2007). Penelitian lebih lanjut oleh Suryadarma et al. (2007) menunjukkan bahwa kehadiran supermarket memiliki efek negatif pada upah dan kontribusi pekerja pasar tradisional. Namun, secara kuantitatif, tidak ada bukti dampak nyata. Penurunan pasar tradisional lebih mungkin disebabkan oleh faktor internal yang mengakibatkan penurunan harian dibandingkan dengan pasar modern. Selain itu, perlu dicatat bahwa pasar tradisional yang berada dekat dengan supermarket terkena dampak yang lebih buruk dibanding yang berada jauh dari supermarket. Demikian pula hasil penelitian Sulistyowati (1999) tentang persaingan pasar tradisional dan pasar swalayan berdasarkan pengamatan perilaku berbelanja di Kotamadya Bandung, menunjukkan bahwa dari beberapa indikator persaingan yang dianalisis dari perilaku berbelanja masyarakat dan karakteristik pasar tradisional dan pasar swalayan diketahui bahwa kehadiran pasar swalayan yang tumbuh dengan pesat belum sepenuhnya mampu menggantikan peran pasar tradisional.
Tujuan dari studi ini adalah untuk memahami kondisi pasar tradisional berdasarkan perilaku konsumen, karakteristik produk/komoditas, dan harga; untuk mengidentifikasi dampak penjual ritel modern (Indomaret dan Alfamart) pada kondisi kerja karyawan di pasar tradisional, berdasarkan biaya tenaga kerja, pendapatan karyawan, dan faktor-faktor lainnya; dan untuk mengenal pasti prinsip-prinsip pemberdayaan ritel yang dapat diterapkan pada penjual pasar tradisional.
Metode
Artikel ini adalah jenis artikel deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan perilaku pasar tradisional, dengan mempertimbangkan pengaruh pasar modern (Alfamart dan Indomaret), sehubungan dengan gaji, manfaat, dan jumlah hari kerja karyawan pasar tradisional. Pasar yang dipilih adalah yang memiliki tingkat kontribusi tertinggi. Di sisi lain, satu-satunya label modern yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah Indomaret dan Alfamart, yang jumlahnya hampir identik dengan yang di setiap pasar tradisional.
Metode pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumen yang komprehensif untuk menentukan pengetahuan yang dimiliki guru tradisional tentang penggunaan dan kondisi pasar saat ini serta keyakinan yang terkait dengan kegiatan mengajar. Di sisi lain, teknik analisis data menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif menggunakan Uji Sampel (Uji Beda Sampel Berhubungan) untuk menilai kelembaban sebelum dan berdasarkan keberadaan pasar tradisional. Di sisi lain, metode kualitatif digunakan untuk menggambarkan karakteristik pasar tradisional dan modern dan menilai kinerja mereka berdasarkan hasil masing-masing.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Pasar Tradisional Dilihat Dari Aspek Konsumen
Konsumen di pasar tradisional didominasi oleh konsumen toko atau warung sebesar 40,7%, yaitu konsumen yang membeli barang/komoditas di pasar tradisional untuk dijual kembali. Konsumen terbesar berikutnya adalah konsumen rumah tangga yaitu 37,3%, berikutnya pedagang kelilik sebanyak 15,3% dan konsumen lain yang tidak bisa diidentifikasi oleh pedagang (pembeli insidental). Demikian pula jika dilihat dari nilai transaksi, menunjukkan kondisi yang tidak berbeda, dimana konsumen toko/warung memiliki kontribusi nilai rata-rata transaksi terbesar (43,4%) dibandingkan nilai transaksi konsumen rumah tangga (33,5%) dan pedagang keliling (16,4%). Jika nilai transaksi toko/warung/pedagang keliling sebagai konsumen pengecer digabung, maka rata-rata nilai transaksi konsumen rumah tangga di pasar tradisional hanya sepertiga dari total transaksi di pasar tradisional.
Kondisi pasar tradisional sebagian besar didasarkan pada produk / komoditas
Produk atau barang yang dijual di pasar tradisional didominasi oleh barang-barang yang diperlukan, seperti nasi bran (sembako), yang menyumbang 44.2% dari total. Terus, mari kita bicara tentang kebutuhan rumah tangga lainnya, sayur mayur, dan lauk-pauk. Sehingga jika total produk-produk segar yang di pasar tradisional mencapai 88,4% dari keseluruhan komoditas pasar tradisional.
Jika kita melihat total barang dagangan atau komoditas yang dijual, sebagian besar anggota pedagang mendapatkan barang Dagangan dari produsen yang menjual barang ke pasar, atau apa yang biasa disebut sebagai produsen, yang adalah 43,4%. Selanjutnya, kami memiliki pemasok dari produsen yang menjual produk langsung ke pasar, yang merupakan 33,1%, atau mereka mentransfer produk ke anggota pedagang lainnya yang sedang melakukan pekerjaan dengan baik. Namun, hanya dua puluh empat persen datang melalui pasar tradisional dan grosir. Sistem pembayaran kedua yang sering digunakan oleh penjual di pasar tradisional adalah tunai yaitu 72,5%, kredit hanya 22,3% sisanya konsinyasi.
Kondisi pasar tradisional berdasarkan harga komoditas
Penetapan harga produk di pasar tradisional menyatakan harga jual ditetapkan keseluruhan pedagang yang diwawancarai, berdasarkan margin dari pembelian ke produsen dan keuntungan yang diharapkan. Energi pembelian termurah diharapkan dengan mekanisme tawar menawar dengan pengepul atau produsen untuk mensuplai produk di pasar tradisional, mampu mendapatkan laba yang tinggi.
Di pasar tradisional, setiap penjual menetapkan harga yang relatif sama untuk satu jenis komoditas; jika ada perbedaan, mereka sangat kecil, dan mereka berasal dari mekanisme yang menjaga penjual dan pembeli terpisah. Hal ini biasanya disebabkan oleh pedagang yang menjual kembali barang-barang dari produsen atau penjual yang sama, menghasilkan harga yang relatif mirip. Kondisi ini mengakibatkan ketatnya persaingan di antara siswa dalam menulis ulang harga jual. Persaingan harga antar pedagang di pasar tradisional terutama di antara sesama pedagang, berikutnya grosir yang juga pemasok dari pedagang-pedagang di pasar, baru berikut para pedagang kaki lima berdagang di halaman-halaman / jalan di seputar pasar tradisional.
Dampak Pasar Modern Terhadap Pasar Tradisional
Penelitian ini menggunakan kriteria omset, keuntungan, dan jumlah karyawan untuk membawa keuntungan dampak pasar modern terhadap kinerja pedagang pasar tradisional, dengan analisising perubahan yang adapat pada ketiga kriteria tadi setelah beroperasinya pasar modern (Alfamart dan Indomaret) di sekitar pasar tradisional.
Satu-satunya temuan penting dari survei yang dilakukan di lima pasar tradisional adalah peningkatan penjualan rata-rata sebagai akibat dari operasi Alfamart atau Indomaret di dekat pasar tradisional. Dari 60 pedagang, 65% dari mereka mengatakan bahwa penjualan mereka telah meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Hanya 8% melaporkan bahwa pendapatan mereka tetap stabil, dan 25,7% melaporkan pendapatan penjualan mereka telah menurun pada tahun 2008 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap pertumbuhan sektor pendidikan adalah implementasi strategi penetapan harga dan diversifikasi produk yang dijual oleh sektor pendidikan. Strategi penetapan harga melibatkan membatasi jumlah barang yang dapat dibeli dengan harga yang lebih tinggi atau lebih terjangkau, sementara strategi diversifikasi komoditas melibatkan mendapatkan sistem persetujuan untuk setiap produk yang dijual, mengakibatkan pasokan produk pertanian yang lebih besar dan risiko yang lebih kecil yang harus diambil.
Meskipun omset pasar tradisional meningkat, situasi sebaliknya diamati dalam hal penghasilan, di mana penghasilan penjual pasar tradisional lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan tanggapan dari peserta studi ini, kerugian rata-rata keuntungan antara 10 dan 30 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Selanjutnya, berdasarkan pedagang pengakuan di pasar tradisional, beberapa penyebab dominan menurunnya adalah pembeli berkurang atau sepi (31,3%), semakin ketatnya persaingan baik antar pedagang (25%) maupun dengan PKL yang banyak berdagang di pasaran tradisional (13,5%). Hal ini disebabkan kenaikan harga komoditas (18,8%), serta adanya persaingan dengan grosir yang melayani eceran (12,5%).
Sebagaimana persaingan baik antar pedagang, dengan pedagang sepanjang jalan (PKL), maupun grosir yang melayani pengecer, yang secara keseluruhan mencapai 50%, ternyata lebih banyak disebabkan. Namun, para guru juga melihat bahwa penurunan bagian pembeli, sekitar 31,3%, juga berkontribusi pada penurunan penjualan. Faktor ketiga adalah kemampuan masyarakat umum untuk menyesuaikan harga barang-barang untuk mengurangi jumlah pembelian.
Berdasarkan hasil analisis uji beda kinerja pedagang pasar tradisional sebelum dan sesudah berdirinya ritel modern (Alfamart dan Indomaret) diperoleh hasil bahwa dampak yang signifikan dirasakan pedagang adalah perubahan keuntungan dimana keuntungan mengalami penurunan dalam satu tahun terakhir dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Demikian pula jika dilihat dari aspek omzet ternyata ada perbedaan yang signifikan, tetapi justru omset pasar tradisional di Kabupaten Malang mengalami peningkatan, hal ini menunjukkan bahwa keberadaan ritel modern ternyata tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap penurunan omzet pedagang pasar tradisional. Hal ini terjadi karena di awal berdirinya ritel modern, pedagang tradisional merasakan adanya persaingan, sehingga strategi untuk bisa bersaing pedagang paras tradisional adalah menerapkan harga yang lebih rendah dalam proses tawar menawar (menurunkan persentase keuntungan), dengan tujuan mendapatkan pelanggan tetap atau agar konsumen tidak pindah pada ritel modern. Oleh karena itu walaupun omzetnya relatif tidak berubah, tetapi jumlah keuntungan yang diperoleh lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini didukung dari data yang diperoleh, dimana 65% dari pedagang yang diwawancarai menyatakan bahwa omset penjualan meningkat.
Kesimpulan dan Saran
Keberadaan pasar tradisional sebagai titik fokus aktivitas ekonomi regional disebabkan oleh karakteristik pasar tradisional berikut:
Konsumen yang ditindas oleh toko, warung, dan keliling konsumen adalah mereka yang membeli barang dan komoditas dari pasar tradisional untuk dijual kembali, sebagian besar konsumen rumah tangga.
Item/komoditas yang dijual terdiri dari bahan baku non-kerusakan (sayuran, daging-ayam-ikan, bumbu dapur) dan bahan bakar yang tidak kerusakan (perlengkapan mandi, deterjen, gula-susu-kopi-teh, makanan ringan, buah-buahan, dan perabot rumah tangga).Harga ditentukan oleh mekanisme tawar menawar, yang memungkinkan konsumen untuk menjadi sebanyak mungkin karena mereka mendapatkan harga yang diinginkan dari proses tawar berbelanja.
Ketiga karakteristik pasar tradisional tersebut merupakan keunggulan pasar tradisional yang tidak dapat digantikan oleh keberadaan ritel modern Alfamart dan Indomaret.
Kehadiran Alfamart dan Indomaret kontemporer di dekat pasar tradisional hanya berkontribusi pada tingkat keuntungan bagi penjual pasar tradisional; tidak memiliki dampak signifikan pada jumlah karyawan dan penjualan di pasar tradisional. Karena itu, modernisasi ritel Alfamart dan Indomaret telah meningkatkan permintaan konsumen, memaksa penjual pasar tradisional untuk menerapkan strategi penetapan harga yang mengurangi margin keuntungan dan meningkatkan harga untuk mencegah pelanggan beralih ke ritel yang lebih modern. Dengan kata lain, jika Anda melihat penjualan, Anda hanya akan mengalami pertumbuhan. Peningkatan usaha pedagang pasar tradisional dilaporkan oleh konsumen yang pindah ke ritel modern, yaitu konsumen rumah tangga. Bila di pasar tradisional, toko/warung dan pedagang keliling didominasi dalam jumlah besar.
Salah satu karakteristik utama dari teknologi modern adalah kemampuannya untuk menangani sejumlah besar data menggunakan mekanisme.
Saran-saran yang dapat dikemukakan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
Salah satu kelemahan pasar tradisional dibandingkan ritel modern adalah daya saing harga karena ritel modern melakukan pembelian dalam jumlah besar kepada pemasok sehingga memperoleh harga lebih murah. Pedagang pasar tradisional bisa meningkatkan daya saing dalam hal harga dengan melakukan kerjasama dengan pedagang sejenis di pasar untuk patungan dalam mengambil barang dari pemasok, sehingga total pembelian menjadi lebih besar dan dapat memanfaatkan potongan harga dari pemasok untuk pengambilan dalam jumlah besar. Dalam hal ini peran asosiasi pedagang pasar dalam melakukan pemberdayaan pedagang di pasar tradisional.Pemerintah daerah harus menyadari bahwa pasar tradisional, merupakan roda perekonomian didaerah, sehingga harus diberi perlindungan untuk menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat. Perlindungan ini bisa diwujudkan dalam bentuk kebijakan yang mengatur pendirian ritel. Kebijakan yang diambil tentunya diiringi dengan pengawasan dalam implementasinya.
Keterbatasan penelitian ini di antaranya adalah hanya menguji dampak keberadaan ritel modern terhadap kinerja pasar tradisional dari sisi pedagang pasar tradisional sedangkan dari sisi konsumen tidak diteliti, selain itu tidak mempertimbangkan jarak ritel modern dengan pasar tradisional, ada kemungkinkan jarak dengan pasar tradisional akan mempengaruhi dampak keberadaan ritel modern terhadap kinerja pasar tradisional. Sehingga perlu dikaji untuk penelitian yang akan datang dengan mempertimbangkan jarak ritel modern dengan pasar tradisional sehingga dimungkinkan menggunakan variabel kontrol baik jarak maupun pasar tradisional yang belum berdiri ritel modern.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H