Konsep masyarakat Bali seperti pada kearifan lokal Tri Hita Karana menekankan harmonisasi hubungan harmonis manusia dengan tuhan (parhyangan), manusia dengan manusia (pawongan), dan manusia dengan lingkungan (palemahan), adalah sebagai bukti bahwa masyarakat dalam tumbuh dan berkembang selalu mengutamakan harmonisasi dengan alam.
Konsep ini diyakini dapat memberikan dasar yang kuat pada masyarakat Bali untuk membangun karakter yang baik dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam konteks pendidikan karakter.
Implementasi Tri Hita Karana dalam pendidikan karakter melibatkan tiga aspek utama: spiritualitas (parhyangan), hubungan sosial (pawongan), dan tanggung jawab terhadap lingkungan (palemahan).
Kombinasi tiga aspek Tri Hita Karana dalam pembentukan karakter menghasilkan kepribadian yang seimbang secara fisik, mental, sosial dan spiritual. Hal ini sejalan dengan tujuan dan falsafah Pancasila yaitu pembentukan karakter, yang mana yang menekankan pemahaman moral yang kuat, tanggung jawab sosial dan lingkungan yang tinggi. Dengan demikian penerapan Tri Hita Karana dalam pendidikan karakter turut serta mewujudkan karakter warga negara Indonesia yang berjiwa pancasila.
Penting untuk menjaga kelestarian kearifan lokal dan budaya Bali dalam konteks sebagai landasan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjaga eksistensi Bali dengan kearifan lokalnya, dan budaya daerah sebagai bagian dari kebudayaan nasional.
Sebagai kesimpulan, Indonesia dengan kebhinekaannya dan Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara akan mampu menjaga persatuan dan kesatuan, hal inilah yang menjadi kekhasan bangsa Indonesia dibandingkan negara-negara lainnya, yaitu “Bhineka Tunggal Ika”.
Penulis adalah mahasiswa Program Doktoral Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H