Simak foto di postingan saya kali ini. Bisakah Anda tebak bangunan apakah ini?
Well, jika Anda jawab gereja, dan saya yakin sebagian besar Anda mungkin menjawab demikian, Anda separuh benar. Ini adalah foto bekas gereja. Lokasinya di tengah kota Bournemouth di mana kami tinggal.
Kenapa saya sebut bekas, karena sekarang bangunan dengan arsitektur menarik ini sudah tak lagi berfungsi sebagai rumah ibadah. Alih-alih, ia digunakan sebagai night club, alias klab malam. Ya klab malam di mana pengunjung datang, bergoyang mengikuti dentuman musik sembari bersenang-senang.
Kaget? Tak percaya? Well, teruskan baca dan Anda akan tahu alasannya.
Meski secara resmi Britania Raya bukan negara agama, namun Inggris (England) sebagai bagian terbesarnya mengakui Church of England (CE) sebagai gereja kristen resminya (disebut Kristen Anglikan). Di mana segala urusan formal keagamaan dilakukan dan jadi pertanggujawabannya. Ratu Inggris memegang jabatan tertinggi dalam struktur gereja ini.
Namun, beberapa dekade belakangan, trend keagamaan warga Inggris menampilkan wajah pucat. Di mana berdasarkan survei yang dilakukan British Social Attitudes pada 2017, hanya 14% dari 54,8 juta penduduk Inggris mengaku sebagai penganut Kristen Anglikan. Sementara 52% penduduk Inggris mengaku tidak menganut agama apapun.
Sebagian besar mereka yang masih mengaku beragama berada di rentang usia tua. Sementara di kelompok muda, hanya 2% saja yang mengaku berafiliasi dengan Gereja Anglikan, sementara 7 dari 10 anak muda mengaku tak beragama.
Dari jumlah penduduk Kristen tersebut, hanya 1 dari 5 orang yang masih aktif pergi beribadah di gereja setidaknya sekali dalam sebulan. Ini di luar menghadiri pernikahan atau upacara kematian.
Mungkin statistik di atas bisa memberi kita gambaran mengapa ada bangunan rumah ibadah yang akhirnya dikonversi jadi fasilitas hiburan macam tadi. Dan jangan salah, jumlahnya tidak sedikit lho.
So, silahkan Anda renungkan dan ambil hikmahnya sendiri-sendiri.
Tabik!