Mohon tunggu...
Hasto Suprayogo
Hasto Suprayogo Mohon Tunggu... Konsultan - Hasto Suprayogo

Indonesian creative designer & digital marketing consultant | astayoga@gmail.com | http://www.hastosuprayogo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

London Dicekam Kejahatan Geng Sepeda Motor

21 Februari 2018   19:18 Diperbarui: 22 Februari 2018   13:54 1141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semalam saya menonton dokumenter menarik di BBC III; Inside Britain's Moped Crime Gangs. Dan sesuai judulnya, you guess what, isinya penelusuran kejahatan di Inggris yang dilakukan geng motor. Well, tidak sepenuhnya geng dalam pengertian kita, namun lebih ke kelompok penjahat yang menggunakan sepeda motor saat beraksi.

Wait, kalau Anda bertanya, emang di sana ada juga penjahat pakai motor kaya di Jakarta?

Aye, tidak hanya ada, tapi buanyak. Kepolisian Metropolitan London mencatat setidaknya di tahun 2017 terjadi lebih dari 23.000 aksi kejahatan yang melibatkan penggunaan sepeda motor. Sebut saja, pencopetan, perampokan, penyimaran air keras hingga pelanggaran aturan lalu lintas.

Laiknya kejahatan serupa di tanah air, pelakunya cerdik memanfaatkan situasi dan kondisi. Mereka beraksi di kawasan ramai di London--khususnya di London bagian Utara--di jam-jam sibuk orang beraktifitas. Bisa siang saat jam istirahat, atau sore jelang malam saat orang pulang bekerja. 

Mereka memanfaatkan sepeda motor karena alasan praktis, sepeda motor lebih cepat dan fleksibel bermanuver di jalanan metropolitan London yang ramai kendaraan dan banyak lampu merah. Sepeda motor bisa dinaiki 2 orang, di mana satu bertugas mengendarai, satunya melancarkan aksi kejahatan. Sepeda motor gampang dicari, dicuri, diganti nomor dan dibuang setelah tak lagi berguna. 

The Guardian
The Guardian
Kejahatan apa saja yang dilakukan geng motor ini? Well, seperti yang tadi saya sebut, umumnya mereka menjambret di jalanan. Smartphone, tablet dan tas jinjing adalah target utama. Ada 3 lokasi utama penjambretan favorit mereka; penyeberangan jalan, halte pemberhentian bus dan trotoar. 

Siapa yang dijambret? Siapa saja yang berada di tiga lokasi tersebut, dan dalam kondisi tidak waspada. Seorang penjahat yang diwawancarai menyebut korban mereka umumnya orang yang sibuk dengan smartphone di tangan saat menyeberang jalan, menunggu bis atau berjalan di trotoar. Pandangan mereka biasanya terpaku pada layar telepon pintar sehingga tak memperhatikan sekitar.

"It's like stealing candy from a baby. In 15 to 20 seconds I could get like two or three phones," ujar Mr. X.

Saat beraksi, geng penjahat ini tak ragu-ragu melakukan kekerasan. Di beberapa footage yang direkam saksi mata atau CCTV, geng motor tak ragu mendorong, memukul korban, menyeret mereka yang coba mempertahankan barang berharganya hingga yang paling mengerikan, menyiramkan air keras ke wajah korbannya.

The Sun
The Sun
Siapa para pelaku kejahatan ini?

Hasil penelurusan BBC dan catatan kepolisian London menyebut mayoritas pelaku kejahatan dengan sepeda motor adalah anak muda. Usia belasan hingga awal dua puluhan. Banyak dari mereka beroperasi di wilayah sekitar tempat tinggalnya, dalam kelompok 2 hingga 6 orang. 

Terakhir pihak kepolisian menangkap 10 orang remaja yang terlibat kejahatan perampokan di toko penjual telepon genggam. 

Minimnya lapangan kerja, rendahnya pendapatan, ditambah mudahnya melakukan kejahatan dan besarnya hasil yang didapat menjadikan para pelaku mengaku kecanduan melakukannya. 

Anyway, moral lesson yang bisa dipetik adalah, di manapun Anda berada, bahkan di kota seperti London yang terkenal aman dan dipenuhi CCTV di mana-mana, kejahatan selalu ada dan penjahat selalu mengintai. Kewaspadaan kita, serta kemauan untuk menghindari berada di situasi rawan mengurangi resiko menjadi korban kejahatan.

Seperti ujar almarhum Bang Napi, kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat, namun juga kesempatan. Stay save guys!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun