Mohon tunggu...
Hasto Suprayogo
Hasto Suprayogo Mohon Tunggu... Hasto Suprayogo

Indonesian creative designer & digital marketing consultant | astayoga@gmail.com | http://www.hastosuprayogo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Kopi Jokowi

19 Desember 2017   23:07 Diperbarui: 19 Desember 2017   23:19 2022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi Ngopi. Sumber: Konfrontasi

Kopi dan Kerja Keras

Adalah sudah jadi pemahaman umum bahwa kopi minuman para pekerja. Lihat seberapa banyak dari kita yang menyeruput kopi sebelum berangkat kerja, saat makan siang, waktu break sore atau bahkan saat musti lembur hingga tengah malam. Memilih kopi menunjukkan preferensi etos kerja macam apa yang ingin ditunjukkan Presiden. Etos kerja para pekerja, yang tak pandang waktu, akan terus berkarya. Tak akan dihalangi lelah atau kantuk, karena selalu ada kopi sebagai pendorong stamina.

Kopi dan Kesederhanaan

Lewat kopi juga, Presiden ingin mentransferkan pesan kesederhanaan. Ya, meski Anda bisa menikmati kopi luwak seharga ratusan ribu secangkirnya, namun rata-rata kopi yang kita seruput di Indonesia harganya tak akan lebih dari beberapa lembar ribu rupiah. Kopi adalah minuman yang relatif terjangkau untuk hampir semua kalangan. Kopi adalah minuman yang sederhana dan mencerminkan kesederhanaan. Pesan kesederhanaan ini pula yang nampaknya coba ditunjukkan Presiden Jokowi.

Kopi dan Filsafat Hidup

Buat Anda yang menonton film Filsafat Kopi, tentu familier dengan ide bahwa setiap racikan kopi melambangkan satu filsafat hidup. Namun, di luar racikan apa yang Anda sukai, kopi sendiri mengajarkan kita filsafat hidup yang dalam. Kopi berasal dari biji di dalam buah, di mana lapisan luar manis, dalamnya getir. Untuk bisa mendapatkannya dibutuhkan ketekunan menanam, merawat hingga memanen. 

Sudah berbuah musti diproses panjang, dari pemetikan, pemisahan, pengeringan, hingga penggorengan. Ada filsafat ketekunan, kerja keras dan pantang menyerah di sana.

Bahkan saat kopi sudah jadi dan siap diseruput, ada makna yang bisa dipelajari, yaitu tentang kesabaran untuk tidak tergesa-gesa menyeruput minuman yang terlalu panas, menunggu barang sesaat hingga suhunya aman di lidah dan aman diminum. Bahkan saat diminum, kita bisa berkontemplasi akan rasa pahit yang ditimbulkannya. Bahwa kopi pahit adalah pengetahuan umum, namun bahwa di balik rasa pahit, ada banyak lapisan rasa yang bisa dicercap. 

Sebagaimana juga hidup. Akan selalu ada momen dan hal pahit dalam hidup, namu kita bisa dan akan terus menjalaninya, karena di balik semua kepahitan hidup ada layer demi layer lapisan rasa yang kita bisa rasakan. 

Saya pandang, Presiden Jokowi amat cerdas memilih kopi sebagai salah satu bahasa politik yang digunakannya. Belum ada presiden kita sebelumnya--sejauh yang saya tahu, mohon koreksi jika keliru--yang melakukan hal serupa. Mendayagunakan hal sesederhana kopi untuk menyampaikan pesan kepemimpinan yang sebegitu luas, kompleks, lintas batas dengan sebegitu apik.

So, pertanyaan berikutnya adalah, kapan kita ngopi bersama kawan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun