Mohon tunggu...
Hasto Suprayogo
Hasto Suprayogo Mohon Tunggu... Konsultan - Hasto Suprayogo

Indonesian creative designer & digital marketing consultant | astayoga@gmail.com | http://www.hastosuprayogo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bela Palestina Momentum Indonesia Berdikari

18 Desember 2017   21:09 Diperbarui: 18 Desember 2017   22:50 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demo Bela Palestina. Sumber: GettyImages

Belakangan marak kembali gerakan massa untuk memboikot produk Israel. Ini sebagai reaksi sebagian umat Islam, khususnya di tanah air paska pengakuan Jerusalem sebagai ibukota Israel oleh Amerika Serikat. Aksi demonstrasi besar-besaran di tanah air pun menjadi salah satu wujud penolakan putusan sepihak negeri adikuasa tersebut.

Bela Palestina adalah pesan yang diusung dalam demo dan ajakan boikot. Solidaritas sesama muslim adalah semangat yang dikobarkan. Dan tak butuh waktu lama untuk hampir seluruh elemen masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam untuk berpadu menyerukan pembelaan Palestina.

Saya mendukung penuh aksi pembelaan terhadap Palestina. Atas nama persaudaraan sesama muslim, juga sesama manusia. Tak semestinya ada penindasan macam yang terjadi di sana. Namun perkara boikot produk Israel, menurut saya sangat susah untuk diimplementasikan dan susah mengukur dampak nyatanya dalam upaya membela Palestina.

Dalam dunia nan serba kompleks dan terhubung satu sama lains eperti sekarang, bagaimana kita bisa memastikan produk apa yang semestinya diboikot dan mana yang tidak. Sejauh mana suatu produk bisa disebut 'produk Israel'? 

Apakah hanya yang mencantumkan label made in Israel? Ataukah yang diproduksi perusahaan Israel, tak peduli di mana lokasi pabriknya? Apakah termasuk juga produk yang dibuat perusahaan yang pemilik saham, pemodal atau pimpinan perusahaannya warga Israel? Atau bagaimana?

Juga, apakah kita, umat Islam, akan menyamaratakan antara memboikot produk Israel dengan memboikot produk orang Yahudi? Let's say, Facebook yang kita pakai saat ini besutan Mark Zuckerberg yang seorang Yahudi, apakah kita akan memboikot tak menggunakannya? 

Saya melihat pemerintah Indonesia sudah melakukan langkah-langkah signifikan untuk menunjukkan kepada Israel dan Amerika Serikat perihal dukungannya atas Palestina. Salah satunya lewat forum OKI yang secara politik global lebih punya gigi dibanding Indonesia sendirian. 

Ada memang pengamat yang menyarankan pemerintah melakukan aksi protes lewat pembalasan secara ekonomi, khususnya kepada Amerika Serikat. Yaitu dengan menaikkan bea masuk produk impor dari Amerika, macam kedelai, gandum dan lain sebagainya. 

Namun itu hanya bisa dilakukan terhadap Amerika Serikat, sementara kepada Israel kita tidak bisa melakukan kebijakan serupa secara ekonomi. Karena Indonesia secara resmi tidak mempunyai hubungan diplomatik dan perdagangan dengan negerinya Gal Gadot ini. Meski secara prakteknya perdagangan itu ada, hanya lewat tangan negara ketiga.

Kembali lagi soal ajakan boikot tadi, di luar soal memilah produk mana yang akan diboikot dan mana yang tidak, bagaimana kesiapan kita dengan produk penggantinya. Misal, kita memboikot Whatsapp, siapkah kita dengan layanan penggantinya? Bukan cuman sekedar uninstall app ini dan menginstall app sejenis. Namun kalau mau membuat dan menggunakan app buatan anak negeri sendiri.

Saya justru akan sangat senang jika gerakan boikot produk Israel (dan Amerika) ini ditindaklanjuti dengan gerakan nyata merancang, membuat dan menggunakan produk-produk pengganti buatan dalam negeri. 

Gerakan berdikari macam yang divisikan Bung Karno puluhan tahun lalu mungkin menemukan momentumnya sekarang. Salah satunya lewat sentimen solidaritas Palestina ini. Jangan biarkan suasana kebatinan publik yang positif ini terhenti hanya di slogan dan teriakan saat demonstrasi, namun berlanjut ke gerakan riil menuju Indonesia Berdikari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun