Mohon tunggu...
Hasto Suprayogo
Hasto Suprayogo Mohon Tunggu... Konsultan - Hasto Suprayogo

Indonesian creative designer & digital marketing consultant | astayoga@gmail.com | http://www.hastosuprayogo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ketika Kaya Jadi Panglima, Refleksi Kasus First Travel

4 Desember 2017   03:21 Diperbarui: 4 Desember 2017   04:17 4216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemilik First Travel. Sumber: Liputan6

Banyak yang akan menyebut pendidikan jadi faktor penentu. Ada pula yang menyebut pengaruh lingkungan tumbuh dan pergaulan. Atau bahkan menyatakan peran dan tuntutan pasangan hidup menjadikan banyak orang mau melakukan kejahatan demi menjadi kaya. Namun kalau saya sendiri menyebut sistem hidup jaman modern sekarang yang sarat nilai konsumerisme memainkan peran utama.

Setiap saat, khususnya bagi yang hidup di kawasan urban, kita terekspos 'godaan' barang dan jasa. Ratusan ribu bahkan jutaan brand merayu setiap pandangan, menggelitik pendengaran, membelokkan langkah kita untuk menghampirinya, untuk mencicipinya, untuk membelinya.

Ketika bulan ini kita baru saja membeli smartphone, belum ganti bulan berikutnya seri lebih baru dengan berbagai fitur dan 'nilai' baru ditawarkan. Ketika kita baru saja membayar cicilan mobil bulan ini, kabar tetangga atau kawan membeli mobil baru datang mendera. Ketika baju di lemari belum semua sempat dipakai, rayuan diskon di mall gencar menerpa.

Kita pergi ke mall tak hanya untuk membei barang, tak hanya untuk mendinginkan badan saat terik ibukota menyegat batok kepala, tak hanya bertemu kawan dan kolega. Kita ke mall juga untuk menegaskan diri bagian dari masyarakat modern urban. Kita ke mall untuk selebrasi pencapaian hidup materiil.

Media massa,  khususnya televisi dan belakangan media sosial semakin menegaskan pentingnya menjadi kaya. Tontonan tak mendidik yang hanya berisi pameran kekayaan dalam wujud film, musik, sinetron, reality show hingga pamer gaya hidup wah dari selebriti--baik beneran maupun endorsement brand membombardir setiap jengkal kesadaran kita. Coba cek Instagram Anda, figur siapa yang banyak Anda follow dan apa saja yang mereka pamerkan di sana?

Salahkah kita tergoda? Tentunya tidak. Namun, memenuhi godaan itu dengan jalan penipuan, korupsi, kejahatan itu baru salah.

Nenek moyang kita bangsa jawa mengajarkan, urip iku kudu tansah eling lan waspada. Hidup musti senantiasa ingat dan waspada. Ingat apa, waspada akan apa?

Ingat akan tujuan sebenarnya hidup. Dari mana kita berasal dan ke mana kita menuju. Filsafat hidup macam ini yang terkadang terlupakan di tengah kesibukan sehari-hari kita mengais penghidupan di kota besar. 

Waspada akan godaan hidup, karena dalam pandangan kosmologi jawa, semua hal di dunia adalah godaan semata. Semua pencapaian materiil adalah fana semata. Karenanya manusia jawa dianjurkan untuk mencari kasunyatan dalam ruang suwung jiwanya. Demi apa? Demi menentramkan diri dari semua godaan hidup.

So, terakhir kali, coba kita tanyakan pada diri kita masing-masing. Apakah yang kita jadikan panglima dalam hidup. Khususnya kita yang mengaku beragama. Sudahkan kita jadikan tuhan sebagai panglima dan tujuan akhir setiap langkah kita, atau jangan-jangan kita sebenarnya tak jauh beda dengan kedua pemilik First Travel yang alpa dan menjadikan kaya sebagai panglima.

Tabik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun