Mohon tunggu...
Hasto Suprayogo
Hasto Suprayogo Mohon Tunggu... Konsultan - Hasto Suprayogo

Indonesian creative designer & digital marketing consultant | astayoga@gmail.com | http://www.hastosuprayogo.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Skandal Ayam dan Wajah Murah Industri Pangan Inggris

22 November 2017   17:21 Diperbarui: 23 November 2017   14:53 4518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Publik Inggris seminggu belakangan dihebohkan oleh ayam. Bukan karena ada ayam yang menerobos gedung Parlemen lalu berdemo soal Brexit, atau ayam melakukan aksi koprol di atas Istana Buckingham. Namun soal manipulasi pabrik pengolahan ayam yang dijual luas di berbagai supermarket Inggris.

Adalah investigasi dua wartawan koran The Guardian dan stasiun televisi ITV awalnya. Keduanya selama beberapa minggu menyamar menjadi pekerja di pabrik pengolahan ayam milik 2 Sisters Food Group untuk mengetahui seperti apa praktik di lapangan. Penelusuran mereka, disertai rekaman video pada pabrik di kawasan West Bromwich pada pertengahan Agustus 2017 ini menemukan beberapa fakta mengejutkan.

Pabrik yam. Sumber: The Guardian
Pabrik yam. Sumber: The Guardian
Para pekerja perusahaan yang mengolah tak kurang dari 6 juta ekor ayam per minggunya serta menyuplai sepertiga konsumsi ayam di Inggris ini melakukan berbagai praktik melanggar hukum serta aturan higienitas. Pelanggaran yang ditemukan kedua jurnalis tersebut antara lain:
  1. Manipulasi tanggal penyembelihan (kill date) pada label kemasan ayam. Pekerja ditemukan merubah label ini untuk memperpanjang masa kadaluarsa sehingga ayam lebih lama bisa ditaruh di gerai supermarket nantinya.
  2. Ayam yang sebelumnya tak laku di suatu supermarket dan dikembalikan ke pabrik ternyata dikemas ulang dan diberi label baru untuk kemudian dikirimkan ke supermarket lain guna dijual.
  3. Bagian ayam dari tanggal pemotongan berbeda dicampur, untuk kemudian dikemas dan diberi label dengan tanggal terbaru. Sehingga menimbulkan ilusi bahwa kemasan tersebut berisi ayam yang lebih fresh dibanding aslinya.
  4. Potongan ayam yang jatuh di lantai diambil oleh pekerja dan dimasukkan kembali ke conveyor, padahal ada risiko kontaminasi di sana.

Begitu liputan mengenai praktik tersebut ditayangkan di kedua media tadi, publik pun meradang. Pemerintah Inggris melalui Food Standards Agency (FSA) langsung melakukan investigasi. Jaringan supermarket utama: Tesco, M&S, Lidl, Aldi, dan Sainsbury's langsung melakukan penarikan terhadap produk dari pabrik 2 Sisters Food Group tersebut. Mereka pun mengaku melakukan investigasi sendiri atas hal ini.

Bahkan parlemen Inggris, melalui Komite Urusan Lingkunan, Pangan dan Pedesaan berencana memanggil pemilik perusahaan, Ranjit Singh Boparan, yang termasuk orang terkaya di Inggris dengan nilai kekayaan mencapai 544 juta poundsterling atau setara 9,25 trilyun rupiah tersebut.

Mengapa isu ini penting?
Di luar soal pelanggaran aturan higienitas dan kesehatan pangan, di Inggris kita sebagai konsumen sangat tergantung dengan pabrik semacam 2 Sisters Food Group ini untuk kebutuhan akan daging, khususnya ayam. Karena apa, sistem pengelolaan pangan dan hukum di sini tidak memungkinkan publik untuk menyembelih sendiri hewan ternaknya.

Sebagai akibatnya, sebagian besar masyarakat mau tak mau musti membeli produk daging jadi di jaringan supermarket besar yang ujung-ujungnya disuplai oleh pabrik macam 2 Sisters ini. Tak peduli Anda mau masuk ke Tesco, M&S, Sainsbury's atawa lainya, supplier mereka sama-sama saja.

Memang bisa kita membeli daging di local butcher shop, alias toko daging lokal, namun secara pilihan dan harga kalah dengan produk serupa di supermarket. Khusus bagi umat muslim, biasanya memilih membeli daging di toko halal karena alasan agama.

Di Indonesia, di mana jaringan bisnis produk makanan olahan belum semasif ini, di mana tak ada aturan hukum yang melarang publik memelihara dan atau menyembelih sendiri hewan peliharaannya, kita lebih bebas memilih. Kita bisa membeli ayam hidup untuk kemudian menyembelihnya sendiri. Memastikan dagingnya segar. Atau kita bisa pergi ke pasar tradisional yang menyediakan ayam fresh yang baru dipotong penjualnya.

Meski terkadang kita temui penjual ayam, atau peternak nakal yang menyuntikkan formalin untuk mengawetkan ayam jualannya, namun kontrol publik, pemerintah serta media di tanah air reatif lebih kuat dibanding di sini.

Jadi, pembelajarannya adalah, next time Anda berkunjung ke Inggris, khususnya saat belanja ke supermarket, perhatikan seksama label di kemasannya. Apa yang tampak di sana, belum tentu benar adanya. Tak ada jaminan bahwa daging ayam segar di rak supermarket sesegar aslinya.

Waspadalah...waspadalah.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun