Mohon tunggu...
Hasto Suprayogo
Hasto Suprayogo Mohon Tunggu... Konsultan - Hasto Suprayogo

Indonesian creative designer & digital marketing consultant | astayoga@gmail.com | http://www.hastosuprayogo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sabda Raja Hamengkubuwono X Hilangkan Khalifatullah Kecewakan Netizen

8 Mei 2015   13:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:15 918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Polemik penghapusan gelar Khalifatullah - sumber: Istimewa

[caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="Kekecewaan atas hilangnya gelar Khalifatullah – sumber foto: Istimewa"][/caption] Sebagaimana diberitakan Eveline sebelumnya, Sri Sultan Hamenkubuwono X pada Selasa, 5 Mei 2015 kemarin mengeluarkan Sabdatama atau Sabda Raja yang merupakan penegasan dari sabda yang disampaikan sebelumnya pada 30 April 2015. Terdapat 5 poin penting dalam Sabda Raja keraton Yogyakarta Hadiningrat ini, terkait perubahan gelar putri mahkota GKR Pembayun menjadi GKR Mangkubumi, perubahan kata Buwono diganti menjadi Bawono dalam gelar raja, penghapusan kata Khalifatullah, penggantian frasa kaping sedasa menjadi kaping sepuluh, perubahan perjanjian pendiri Mataram yakni Ki Ageng Giring dengan Ki Ageng Pemanahan dan terakhir penyempurnaan keris Kanjeng Kyai Ageng Kopek dengan Kanjeng Kyai Ageng Joko Piturun. Banyak pihak menyayangkan keluarnya sabda raja dengan poin-poin yang dianggap kontroversial. Penolakan paling kental datang dari para adik laki-laki Sultan Hamengkubuwono X yang memutuskan untuk tidak hadir dalam acara penyampaian Sabda Raja. Alih-alih GBPH Yudhaningrat, GBPH Prabukusumo, GBPH Cakraningrat, dan GBPH Cakrodiningrat memilih untuk berziarah di makam leluhur keraton Yogyakarta, Ki Ageng Pemanahan, di Kotagede, Kota Yogyakarta. Publik menilai penolakan mereka terkait dengan penetapan GKR Pembayun sebagai putri mahkota sekaligus calon pengganti raja. Sementara, protes tak kalah keras datang dari kalangan ulama di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Dua ormas Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah kompak mengkritisi poin penghapusan Khalifatullah dalam gelar sultan Yogyakarta. Dikutip dari Tempo.co, Ketua Muhammadiyah Kota Yogyakarta Heni Astiyanto menyebut “Penghapusan gelar pemimpin agama itu praktis mengubah pakem Keraton Yogya yang selama ini beridentitas sebagai Kerajaan Mataram Islam.” Wakil Ketua Tanfidziyah Nahdlatul Ulama Yogyakarta Jadul Maulana juga khawatir penghilangan gelar Khalifatullah membuat Keraton Yogya mengalami disorientasi. Menurutnya, Khalifatullah menjadi satu bagian utuh ajaran Al-Quran. “Bukan untuk tujuan diskriminatif, tapi membimbing pemimpin agar bisa menjalankan perilaku sesuai ajaran Allah. Ini sifatnya universal,” ujar Jadul. Tak kurang Ketua Umum Majelis Ulama DIY KH Thoha Abdurrahman menyatakan tidak paham mengapa Sultan harus melepaskan gelar Khalifatullah yang berarti wakil Allah dalam mengatur bumi (masyarakat-red). Meskipun gelar Khalifatullah dalan sejarahnya merupakan penetapan dari Kesultanan Turki Ottoman kepada Kerajaan Demak yang kemudian diwariskan ke Kerajaan Pajang dan akhirnya sampai di Kerajaan Mataram Islam yang menjadi cikal bakal keraton Yogyakarta, Kyai Thoha menyebut Ngarso Dalem tidak perlu sampai melepaskan gelar tersebut. Tak kurang dari anggota DPRD Yogyakarta, tokoh politik dan tokoh masyarakat pun turut mempertanyakan penghapusan gelar khalifatullah ini. Mantan Wali Kota Yogyakarta Sukri Fadholi menyebut keputusan Kanjeng Sultan ini tidak hanya merusak paugeran (tata aturan keraton) tapi juga melukai hati umat Islam di Yogyakarta dan Indonesia. Bagaimana publik, khususnya netizen Indonesia menanggapi polemik dihilangkannya gelar Khalifatullah oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X ini? Berikut redaksi Eveline merangkumnya untuk Anda. Pemantauan dilakukan terhadap perbincangan di media sosial, khususnya Twitter selama periode 6 – 7 Mei 2015. Terdapat total 14.043 tweet memperbincangkan tentang pemimpin keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X. Jumlah yang sangat besar untuk perbincangan di media sosial selama 2 hari, dengan rata-rata 7 ribuan tweet per harinya. Dari jumlah tersebut, mayoritas netizen menyatakan kekecewaan dan ketidaksetujuannya atas keputusan Sultan menanggalkan gelar Khalifatullah. Terdapat 9.164 tweet yang berisi ungkapan kekecewaan dan ketidaksetujuan ini. Netizen juga menyatakan dukungan kepada para kerabat raja yang menolak sabda tersebut dan mempertanyakan alasan di balik hilangnya gelar Khalifatullah ini. Sebanyak 5.859 menyebut hal ini. Sementara itu, netizen melalui 2.880 tweet menyatakan gelar Khalifatullah sebaiknya dipertahankan oleh Ngarso Dalem karena gelar ini merupakan bagian dari fungsi utama Sultan sebagai pengayom masyarakat dan alam. Sedangkan terkait dengan protes yang juga disampaikan para abdi dalem atas keputusan Sultan yang tertuang dalam 5 poin sabda raja, netizen membicarakan sebanyak 464 tweet. Kita semua berharap polemik di keraton Yogyakarta Hadiningrat tidak berujung pada perpecahan internal dan Sultan Hamengkubuwono X sebagai pemimpin bisa arif menyikapi keresahan publik akibat keputusannya tersebut. *** sumber: http://eveline.co.id/berita-utama/sabda-raja-hamengkubuwono-x-hilangkan-khalifatullah-kecewakan-netizen/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun