Mohon tunggu...
Astatik Bestari
Astatik Bestari Mohon Tunggu... Guru - Astatik ketua PKBM Bestari Jombang Jawa Timur

Pendiri Yayasan Bestari Indonesia. Domisili di Jombang Jawa Timur. Pengelola PKBM Bestari Jombang Jawa Timur. Guru MTs Darul Faizin Catakgayam Mojowarno Jombang Jawa Timur Ketua 2 DPP FTPKN Ketua bidang Peningkatan Mutu PTK DPW FK-PKBM Jatim

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Salak Kukus Rasa Manisnya seperti Madu

8 Agustus 2022   03:12 Diperbarui: 8 Agustus 2022   06:16 1055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penampakan salak yang sudah dikukus (Dokpri)

Salak Kukus Rasa Manisnya seperti Madu 

Pamit ke De Durian Park bulan Februari 2022 lalu, saya dipesani suami agar membawa oleh-oleh salak. Baiklah, pulang dari kegiatan Safari Literasi Duta Baca Indonesia, saya membawa 2 kg salak.

Beliau meminta saya mengukus salak tersebut.

"Abi ini ada-ada saja." Batin saya, tapi tetap saya kerjakan. Setahu saya, buah salak itu dibikin setup. 

"Kalau dikukus tidak ada kuahnya, mana terasa segar?" Saya bertanya dalam hati.

Sekitar 10 buah salak kukus saya hidangkan di meja kamar, waktu itu bakda Magrib. Saya sama sekali tidak ingin mencoba, atau ngincipi. 

"Kok ya ndak umum." Pikir saya begitu. Keesokan harinya, salak tersebut habis. 

"Mi, salak dangdangan iku enak lho.  Koyok metu madune, legine enak." Kata beliau salak kalau dikukus itu seperti keluar rasa madu, manisnya enak.

"Ijek ono ta?" Rupanya beliau benar-benar suka salak kukus tersebut.

"Tasik." 

"Engkok, dangno maneh yo!" Beliau minta dikukuskan lagi. Saya kukus lagi sejumlah salak. Setengah jam kemudian saya matikan kompor.

"Mi ambune salak e sedep." Iya juga ya, sejak mengukus pertama saya juga membau sedapnya salak kukus tersebut. Namun karena pikiran saya mengatakan tidak lumrah, saya tidak ingin mencoba.

Saya ambil salak satu persatu. Baunya memang sedap khas salak. Teringat kata suami kalau rasa manisnya keluar terasa seperti madu, saya coba satu.

"Lho iyo e enak!" Saya baru ambil satu siung. Sebelum yang lain saya sajikan untuk suami, saya habiskan salak incip-incipan tadi.

"Bi, kulo nyuwon gih?" Saya minta izin beliau untuk ikut memakan juga, yang di dapur tadi kan " incip", hehehe.

"Iyo." 

"Kulo mundut kalih gih?" Saya izin mengambil dua biji. Beliau mengangguk.

"Enak temen, Mi."  Beliau memberi penegasan.

Sejak saat itu, saya juga suka salak kukus. Kalau anak-anak mau beli makanan kesukaan mereka tanya saya

"Umi, adik sama kakak mau beli makanan, umi dibelikan apa?" 

"Abi biasanya suka salak. Belikan salak saja. Umi juga suka." Ehehe, ini kesekian kalinya saya ketularan menu makanan kesukaan suami.

Yang kenal dekat dengan Nia Ramadhani bisa disampaikan cerita saya ini.

Salak kukus lebih mudah cara mengupasnya juga.

Catatan ini pernah dipublikasikan di Facebook 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun