Barang sekali pakai yang beredar sangat luas di pasaran akan menjadi sampah kemasan sekali pakai, misalnya sampah kantong kresek, sampah air mineral kemasan, sampah tisu, hingga sedotan plastik.
Love Hate Relationship with Plastic
Nggak cuma hubungan percintaan yang complicated. Hubungan antar kita sebagai manusia dan plastik pun complicated.
Hidup kita penuh dengan plastik, mulai dari rumah, kantor, sekolah, hingga bisnis. Rasanya nggak akan bisa lepas dari plastik. Kemasan plastik sangat memanjakan kita.
Mudah didapat, ringan, tahan lama, dan praktis, jadi alasan kita love banget sama plastik. Sisi hate dari penggunaan plastik seperti bahan dasar plastik yang bersumber dari minyak bumi dan tidak dapat diperbaharui, kemudian dampak lingkungan mulai dari polusi dan pencemaran di ekosistem laut, serta sulit terurai.
Kamu wajib tahu seputar fakta barang sekali pakai ini :
Kantong Kresek
Barang yang dianggap nggak bernilai ini dengan mudah kita dapatkan saat belanja ke pasar, warung kelontong atau sekedar beli bubur ayam dekat komplek rumah. Padahal udah bawa totebag khusus buat belanja, tapi selalu kalah cepat sama abang dan teteh penjual. “Gapapa neng, gratis ini kreseknya. Biar lebih aman dan nggak kotor tasnya”. Sedih euy dengernya.
Hampir semua transaksi jual beli melibatkan kresek. Belanjaan semurah apapun selalu ada kresek, order makanan online juga kreseknya double. Biar aman ceunah kata penjualnya.
Dari data greeneration 2009, setiap orang Indonesia menghabiskan minimal 10 plastik per hari. kalau diakumulasi nilainya sudah milyaran. Kebayang gak berapa juta barel minyak bumi yang digunakan per tahun (ini baru Indonesia saja).
Air Mineral Dalam Kemasan
Sejak awal tahun 90an Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) jadi kebutuhan dasar tiap orang. Gampang ditemukan di setiap tempat, dan menjadi barang wajib untuk berbagai acara tertentu seperti meeting, seminar, hingga menjamu tamu.
Kamu ngeh nggak kalau sekarang AMDK sudah tidak menggunakan segel plastik sebagai lapisan tutup botol. Dalam jurnal Science Dr Jenna Jambeck dari Universitas Georgia, Indonesia membuang limbah plastik sebanyak 3,2 juta ton.