Mohon tunggu...
Assyifa Restu
Assyifa Restu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Indonesia

Suka Nulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Analisis Permberdayaan Masyarakat dalam Pencegahan Stunting di Surabaya: Tinjauan Literatur

22 Agustus 2022   23:47 Diperbarui: 22 Agustus 2022   23:50 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ABSTRAK

Latar Belakang : Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Stunting merupakan permasalahan yang semakin banyak ditemukan di negara berkembang, termasuk Indonesia. Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga tahun terakhir, pendek memiliki prevalensi tertinggi. Pada tahun 2015, hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) prevalensi Stunting di Jawa Timur 27,1% dan di Surabaya adalah 20,3% (Kementerian Kesehatan RI 2016). WHO memberikan batasan untuk Stunting adalah < 20%. Akibat dari Stunting dapat bersifat jangka pendek dan jangka panjang, termasuk peningkatan morbiditas dan mortalitas, perkembangan anak yang buruk dan mempengaruh kemampuan belajar, peningkatan risiko infeksi dan penyakit tidak menular di masa dewasa, dan berkurangnya produktivitas (Beal et al 2018). Metode : Systematic literature review yang melalui empat tahap, yaitu identifikasi, skrining, kelayakan dan hasil yang diterima didapatkan dari jurnal nasional. Penelusuran sumber pustaka melalui database Google Scholar tahun 2018 sampai dengan tahun 2022. Hasil : Hasil penelitian dari 2 jurnal bahwa jurnal dengan judul “Pemberdayaan Masyarakat dalam Pencegahan Stunting” melakukan program pengabdian masyarakat dan Pendampingan, pengumpulan data dengan pre-test dan post-test. Hasil pre-test peserta yang mengetahui tentang program pencegahan Stunting sebesar 14 orang (40%) , sedangkan berdasarkan hasil post-test peserta yang mengetahui tentang program pencegahan Stunting sebesar 27 orang (77,1%). Jurnal dengan judul “Pencegahan Stunting di Medokan Semampir Surabaya Melalui Modifikasi Makanan pada Anak” melakukan program pengabdian masyarakat mulai dari persiapan program sampai pada tahap pelaksanaan program. Masyarakat berpartisipasi secara aktif selama acara berlangsung. Program yang dilalukan selama 1 bulan yaitu penyuluhan, praktek menu modifikasi kudapatan sehat, praktek pengisian KMS, dan pembahasan keberlanjutan program.. Kesimpulan : program pemberdayaan masyarakat perlu dilakukan dengan bertahap mulai dari persiapan atau survey keadaan masyarakatnya hingga adanya keberlanjutan program. Pemberdayaan masyarakat selalu terkait dengan 3 aspek yaitu enabling, empowering, dan protecting. Pemberdayaan masyarakat yang baik terutama untuk pencegahan Stunting harus dilakukan dari adanya penyuluhan, lalu adanya upaya praktek langsung dari masyarakat dengan pendampingan oleh kader, kemudian upaya keberlanjutan program. Upaya pemberdayaan masyarakat ini bertahap sehingga hasil yang didapatkan juga bertahap dimana output yang ingin dicapai yaitu ibu benar-benar mandiri mengubah kebiasaan dan pola makan serta asuhnya sehingga balitanya dapat terhindar dari Stunting.

Kata kunci : Gizi, Pemberdayaan, Stunting, Surabaya.

 

ABSTRACT

Background: Stunting is a chronic malnutrition problem caused by lack of nutritional intake for a long time, resulting in growth disorders in children, namely the child's height is lower or shorter (short) than the standard age. Stunting is a problem that is increasingly found in developing countries, including Indonesia. Based on Nutrition Status Monitoring (PSG) data for the last three years, short has the highest prevalence. In 2015, the results of the Nutrition Status Monitoring (PSG) showed that the prevalence of Stunting in East Java was 27.1% and in Surabaya was 20.3% (Ministry of Health 2016). WHO provides a limit for Stunting is <20%. The consequences of Stunting can be short-term and long-term, including increased morbidity and mortality, poor child development and impaired learning ability, increased risk of infection and non-communicable diseases in adulthood, and reduced productivity (Beal et al 2018). Methods: Systematic literature review which went through four stages, namely identification, screening, eligibility and the results received were obtained from national journals. Search library sources through the Google Scholar database from 2018 to 2022. Results: The results of research from 2 journals that the journal with the title "Community Empowerment in Prevention of Stunting" carries out community service and mentoring programs, collecting data with pre-test and post-test. The results of the pre-test of participants who knew about the Stunting prevention program were 14 people (40%), while based on the results of the post-test the participants who knew about the Stunting prevention program were 27 people (77.1%). The journal with the title "Prevention of Stunting in Medokan Semampir Surabaya Through Food Modification in Children" carries out community service programs starting from program preparation to the program implementation stage. The community actively participated during the event. The program that was carried out for 1 month were counseling, practice of modifying healthy income menus, practice of filling out KMS, and discussion of program sustainability. Conclusion: community empowerment programs need to be carried out in stages starting from preparation or surveying the condition of the community to the sustainability of the program. Community empowerment is always related to 3 aspects, namely enabling, empowering, and protecting. Good community empowerment, especially for Stunting prevention, must be done from the existence of counseling, then direct practice efforts from the community with assistance by cadres, then program sustainability efforts. This community empowerment effort is gradual so that the results obtained are also gradual where the output to be achieved is that mothers are truly independent in changing their eating habits and patterns of care so that their toddlers can avoid Stunting.

Keywords : Nutrition, Empowerment, Stunting, Surabaya

Pendahuluan

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Stunting merupakan permasalahan yang semakin banyak ditemukan di negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) satu dari tiga anak mengalami Stunting. Sekitar 40% anak di daerah pedesaan mengalami pertumbuhan yang terhambat (Hasandi, Maryanto, & Anugrah 2019). Berdasarkan data World Health Organization (WHO), Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR). Rata-rata prevalensi balita Stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4% (Kemenkes 2018). Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga tahun terakhir, pendek memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk. Prevalensi balita pendek mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6% pada tahun 2017 (Kemenkes 2018). Pada tahun 2015, hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) prevalensi Stunting di Jawa Timur 27,1% dan di Surabaya adalah 20,3% (Kementerian Kesehatan RI 2016). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, prevalensi Stunting di Indonesia mencapai 37,2 %. Berdasarkan Pemantauan Gizi Tahun 2016, mencapai 27,5% sedangkan WHO memberikan batasan untuk Stunting adalah < 20%. Hal ini menunujukkan bahwa pertumbuhan yang tidak maksimal dialami oleh sekitar 8,9 juta anak di Indonesia atau 1 dari 3 anak mengalami Stunting. Selain itu lebih dari 1/3 anak berusia dibawah 5 tahun di Indonesia tinggai badannya di bawah rata-rata (Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi 2017). Akibat dari Stunting dapat bersifat jangka pendek dan jangka panjang, termasuk peningkatan morbiditas dan mortalitas, perkembangan anak yang buruk dan mempengaruh kemampuan belajar, peningkatan risiko infeksi dan penyakit tidak menular di masa dewasa, dan berkurangnya produktivitas (Beal et al 2018).

Pemerintah sendiri mencanangkan intervensi pencegahan Stunting ini meliputi ibu hamil mendapatkan tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan, pemberian makanan tambahan pada ibu hamil, pemenuhan gizi, persalinan dengan dokter atau bidan yang ahli, IMD (Inisiasi Menyusui Dini), Asi Eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan, pemberian makanan pendamping ASI mulai anak usia 6 bulan sampai dengan usia 2 tahun, berikan imunisasi dasar lengkap dan vitamin A, pantau pertumbuhan balita di posyandu terdekat, serta terapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Sebagai upaya menciptakan masyarakat yang sehat dan mandiri ini, permasalahan Stunting ini juga dapat dicegah salah satunya pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat adalah konsep pembanguan ekonomi yang merangkum nilai-nilai masyarakat untuk membangun paradigma baru dalam pembangunan yang bersifat people-centered, participatory. Dalam pemberdayaan masyarakat dapat dikaji melalui 3 aspek. Pertama, enabling yaitu menciptakan suasana yang memungkinkan potensi masyarakat dapat berkembang. Kedua, empowering yaitu memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat melalui langkah-langkah nyata yang menyangkut penyediaan berbagai input dan pembukaan dalam berbagai peluang yang akan membuat masyarakat semakin berdaya. Ketiga, protecting yaitu melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah (Noor M 2011).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun